Paparan Tenaga Guru BIPA dalam Lokakarya Evaluasi Pengiriman Guru BIPA Tahun 2015 dan 2016

Paparan Tenaga Guru BIPA dalam Lokakarya Evaluasi Pengiriman Guru BIPA Tahun 2015 dan 2016

Sentul, Bogor—Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), menggelar acara Lokakarya Evaluasi Pengiriman Guru BIPA Tahun 2015 dan 2016. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kawasan Pusat Pemeliharaan Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC), Sentul, Bogor, pada tanggal 1—3 Maret 2017.

Pada hari kedua (2/3/2017), seluruh peserta tenaga pengajar BIPA masa tugas tahun 2016, diminta untuk memaparkan pengalamannya selama berada di luar negeri. Berbagai cerita yang unik banyak disampaikan oleh mereka. Ada yang menyenangkan, juga ada yang kurang berkenan bagi mereka. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan budaya dan bahasa penduduk lokal, tempat tenaga pengajar BIPA bertugas.

Kegiatan pemaparan tersebut dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri atas wilayah Eropa, Australia/Amerika, Asia Timur, dan Afrika. Kelompok kedua terdiri atas wilayah Singapura/Filiphina/Vietnam, Laos, dan Thailand. Kelompok ketiga terdiri atas wilayah Timor Leste, Thailand, dan Myanmar/Kamboja.

Sejak tahun 2015 hingga sekarang, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan telah mengirimkan tenaga pengajar BIPA ke berbagai negara di kawasan ASEAN, Asia Timur, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia dalam rangka penginternasionalan bahasa Indonesia ke luar negeri. Pelaksanaan program ini bukan sesuatu yang dilakukan dengan mudah dan cepat, melainkan melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan.

Peluang mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri masih sangat besar. Untuk itu, para tenaga pengajar dituntut mampu meningkatkan kemampuan dan kemahiran berbahasa Indonesia dengan baik. Selain itu, mereka pun perlu memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai. Tenaga pengajar diharapkan pula memiliki wawasan, keseriusan, ketekunan, kesabaran, dan kreativitas, serta kemampuan mempelajari dan menguasai bahasa lokal sehari-hari di tempat mereka bertugas. Dengan demikian, para siswa atau mahasiswa dapat tertarik dan menyukai pelajaran bahasa Indonesia yang sedang diajarkan.

Pelaksanaan program pengiriman tenaga pengajar BIPA memerlukan koordinasi yang baik dari berbagai pemangku kepentingan, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Konsulat Jenderal Republik Indonesia, dan instansi pendidikan tempat mereka bertugas. Koordinasi ini diperlukan agar pengurusan pengurusan visa, akomodasi, ketersediaan kelas, dan murid dapat terorganisasi dengan baik. (pad/nav/mf)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa