Membangun Gerakan Bersama untuk Memajukan Literasi

Membangun Gerakan Bersama untuk Memajukan Literasi

Jakarta, Badan Bahasa – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Gerakan Literasi Nasional (GLN) di Aula Gedung A, Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan bahwa bentuk gerakan ini dipilih karena persolan literasi menjadi masalah yang sangat penting dan tidak dapat diselesaikan oleh perangkat birokrasi yang ada.

“Pelibatan publik menjadi sangat esensial karena Pemerintah jangkauannya terbatas. Untuk itu, harus  bekerja sama dengan berbagai unsur, melalui diskusi terpumpun ini kita bisa saling belajar satu sama lain dan berbagi pengalaman dalam memajukan literasi,” ungkap Hilmar saat membuka DKT GLN mewakili Mendikbud dan Kepala Badan Bahasa yang berhalangan hadir karena harus ke DPR terkait pembahasan RUU Perbukuan Nasional.

Sementara itu, Sekretaris Badan Bahasa, Ilza Mayuni menerangkan bahwa diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dari berbagai kalangan, profesi, dan pegiat literasi yang sudah malang melintang di dunia literasi, “Diskusi ini untuk menyempurnakan rumusan peta jalan yang sudah disusun oleh tim kerja literasi nasional yang dibentuk oleh Kemendikbud, karena Gerakan Literasi Nasional merupakan program prioritas yang dicanangkan oleh Mendikbud yang perlu kita dukung bersama, tidak hanya pendidikan literasi formal di sekolah tetapi juga literasi di lingkungan masyarakat dan keluarga,” terang Ilza.   

Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta menyebutkan bahwa tujuan besar dari Gerakan Literasi Nasional adalah perubahan perilaku, budaya dan kebiasaan masyarakat. “Untuk menyiapkan generasi berkecakapan abad 21, kita mengikuti perkembangan literasi secara global (world economic forum) yang membagi literasi dasar menjadi enam, yaitu literasi bahasa dan sastra, numerasi, sains, digital (teknologi informasi), finansial, serta budaya dan kewarganegaraan,” kata Ananto.

Ia juga mengemukakan bahwa beberapa usulan program inovasi terkait literasi adalah, (1) Gerakan cinta membaca dengan penyediaan pojok baca di fasilitas umum dan sekolah, Bandara, Stasiun KA, terminal bus, rumah sakit, tempat ibadah, balai desa, dsb, (2) Pemilihan duta literasi dari siswa SD, SMP, SMA, SMK, SLB, Guru, dan tokoh yang memenuhi kriteria sebagai agen literasi, (3) Gerakan menulis buku cerita/testimoni/upaya menumbuhkembangkan literasi termasuk “satu desa satu cerita”, saat ini banyak desa atau kota yang mempunyai cerita lokal (sejarah tentang desa/kota) tetapi masyarakat belum mengetahui cerita tersebut, (4) Membuat situs khusus literasi, (5) Memperkuat perpustakaan daerah, (6) Olimpiade literasi untuk siswa SD, SMP, SMA, SMK, SLB, dan Guru, (7) Gerakan menulis 500 buku non teks per tahun, dan (8) Memasukkan gerakan literasi nasional dalam program KKN mahasiswa, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan pengabdian masyarakat (dosen).

“Kita ingin membuat sebuah ekosistem, karena gerakan ini tidak mungkin digerakkan oleh satu atau dua kementerian saja, tetapi harus semesta, seluruh pemangku kepentingan, baik kementerian, pemerintah daerah, lembaga, pihak swasta, dan dunia usaha bisa memberikan pengayaan (kontribusi) konsep dan indikator terhadap literasi dan strategi pengembangannya (baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat),”ujar Ananto.

Dalam dikusi ini dibentuk empat kelompok, yakni kelompok literasi keluarga dipandu oleh Pudentia Maria PSS (Ketua ATL) dan Liliana Muliastuti (Ketua APBIPA), kelompok literasi sekolah dipandu oleh Suwardi Endraswara (Ketua Hiski) dan Endri Boeriswati (Ketua Aprobsi), kelompok Literasi guru dan tenaga kependidikan dipandu oleh Fuad Abdul Hamid (UPI), Itje Chodijah (pakar pendidikan), dan Atmazaki (pakar pendidikan), dan kelompok literasi masyarakat dipandu oleh Supriyono (UNM) dan Munawar Holil (Ketua Manassa).

Peserta diskusi berjumlah 150 orang yang terdiri dari perwakilan unit utama di Kemendikbud, kementerian dan lembaga negara, akademisi, pakar pendidikan, penulis, pegiat pendidikan, pihak swasta dan pelaku usaha, serta pegiat literasi. (an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa