Kepala Badan Bahasa Terima Kunjungan Delegasi Universiti Kebangsaan Malaysia

Kepala Badan Bahasa Terima Kunjungan Delegasi Universiti Kebangsaan Malaysia

Jakarta, Badan Bahasa — Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Dadang Sunendar ditemani Kepala Pusat Pembinaan, Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim beserta jajarannya menerima kunjungan delegasi Universiti Kebangsaan Malaysia yang terdiri atas empat orang yaitu Prof. Madya Dr. Ab. Samad Kechot, Prof. Madya Dr. Rahim Aman, Prof. Madya Dr. Novel Anak Lydon, dan Dr. Mohd. Nor Shahizan Ali di kantor Badan Bahasa, Jakarta, Senin, 25 Juli 2017.

“Semua berawal dari Sumpah Pemuda sebagai latar belakangnya”, tutur Kepala Badan Bahasa, Dadang Sunendar saat menjelaskan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu antarsuku di Indonesia kepada delegasi Universiti Kebangsaan Malaysia yang dipimpin oleh Prof. Madya Dr. Ab. Samad Kechot.

Sebagai negara kepulauan yang memiliki 646 bahasa daerah, Indonesia memiliki bahasa Indonesia yang berkedudukan kuat sebagai bahasa pengantar komunikasi dan bahasa persatuan, sebagaimana diucapkan dalam ikrar Sumpah Pemuda, “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”, artinya tuturan bahasa Indonesia telah disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai pengantar komunikasi. 

Selain itu, kedudukan bahasa Indonesia dan bahasa daerah diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang menjamin pemartabatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan pelestarian bahasa daerah.

Menurut Samad Kechot, Indonesia merupakan salah satu negara yang berjaya dari segi kebudayaan dan telah memiliki satu bahasa pengantar dalam komunikasi.

“Hal tersebut mendorong kami untuk membuat satu penyelidikan di Indonesia yang diberi nama proyek kebangsaan,” ujar Samad.

Ia melanjutkan bahwa adanya satu bahasa pengantar tentu mempermudah individu dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Tetapi, tidak semua negara memiliki satu bahasa pengantar, salah satunya Malaysia.

“Kami diberi tanggung jawab oleh Kementerian Kebudayaan dan Kelancongan (Pariwisata) untuk membuat satu penyelidikan tandelaras dengan melihat Indonesia yang berjaya dari segi kebudayaannya,”ujar Samad. (Rizka Yuvista/an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa