Finalis Duta Bahasa 2017 Beraudiensi dengan Wantimpres

Finalis Duta Bahasa 2017 Beraudiensi dengan Wantimpres

Jakarta, Badan Bahasa — Finalis Duta Bahasa 2017 yang berjumlah 68 orang beraudiensi dengan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof. Dr. Sri Adiningsih, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Prof. Dr. Malik Fadjar, dan Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Prof. Dr. Hariyono di Kantor Wantimpres, Jakarta, Jumat, 18 Agustus 2017.

Turut mendampingi rombongan Finalis Duta Bahasa 2017, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Dadang Sunendar dan Kepala Pusat Pembinaan, Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, beserta jajarannya.

Ketua Wantimpres, Prof. Dr. Sri Adiningsih menyambut baik kedatangan rombongan duta bahasa dan pejabat Badan Bahasa yang bertepatan dengan suasana HUT ke-72 RI.

“Kami sangat gembira bisa bertemu untuk kali pertama, dengan adik-adik duta bahasa dan bapak-ibu dari Badan Bahasa, Kemendikbud di tengah suasana HUT Kemerdekaan RI,” tutur Sri.

Ia mengungkapkan bahwa Wantimpres mempunyai tugas untuk memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan negara, baik secara perorangan maupun sebagai satu kesatuan nasihat dan pertimbangan seluruh anggota dewan.

"Saat ini, orientasi pembangunan berubah yaitu membangun dari pinggiran di seluruh Indonesia. Duta bahasa adalah bagian dari pembangunan manusia Indonesia yang merupakan aset untuk membangun bangsa melalui bahasa dan calon pemimpin yang akan membangun daerahnya," ujar Sri.

Pada kesempatan yang sama, Anggota Wantimpres, Prof. Dr. Malik Fadjar yang juga mantan Mendikbud mengutarakan bahwa posisi bahasa Indonesia bukan sekadar bahasa pergaulan tetapi bahasa pergerakan dan persatuan.

"Peran bahasa dan sastra dalam menyatukan kemajemukan bangsa sangat penting,"tutur Malik.

Sementara itu, Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Prof. Dr. Hariyono mengatakan bahwa peran duta bahasa sangat strategis dalam membangun peradaban bangsa melalui bahasa.

“Posisi duta bahasa sangat strategis untuk membangun peradaban, yaitu bagaimana adik-adik (duta bahasa) menggunakan bahasa, pilihan kata dan diksi yang bisa memberikan optimisme ke depan,”ungkap Hariyono.

Ia juga menyampaikan bahwa bahasa bukan sekadar belajar awalan dan akhiran, tetapi bahasa adalah pola pikir.

“Sebuah bangsa yang wawasan kebangsaannya kuat itu biasanya penggunaan bahasanya sangat ketat. Untuk itu, sekarang, pembinaan bahasa bukan sekadar di ruang kelas tetapi juga di ruang maya," ujar Hariyono.

Di akhir pertemuan, Kepala Badan Bahasa, Dadang Sunendar meminta dukungan Wantimpres untuk menggalakkan kembali gerakan pengutamaan bahasa Indonesia di ruang publik seperti pada masa orde baru. (an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa