Badan Bahasa Upayakan Revitalisasi Bahasa Yalahatan

Badan Bahasa Upayakan Revitalisasi Bahasa Yalahatan

Yalahatan, Badan Bahasa—Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahasa Yalahatan tergolong bahasa daerah yang terancam punah karena hanya kalangan orang tua yang mampu menuturkannya.

Untuk itulah, Badan Bahasa bekerja sama dengan Kantor Bahasa Maluku dan SMPN 8 Amahai melakukan revitalisasi bahasa Yalahatan di Ruang Serbaguna SMPN 8 Amahai, Dusun Yalahatan, Maluku Tengah, Kamis, 13 Juli 2017.

Kegiatan itu diselenggarakan dengan tujuan untuk melestarikan bahasa Yalahatan sebagai bahasa daerah yang memiliki kekayaan nilai-nilai kearifan lokal.

Pada saat membuka acara itu, Kepala Subbidang Revitalisasi Badan Bahasa, Ovy Soviaty mengatakan bahwa bahasa Yalatahan jangan sampai musnah sebelum ada dokumentasinya dan jangan sampai pada generasi mendatang bahasa ini tinggal sebuah cerita.

“Karena itu, anak-anak sekolah dilibatkan untuk meningkatkan sikap positif berbahasa Yalahatan sejak dini dan meningkatkan jumlah penutur bahasa itu,” ujar Ovy.

Revitalisasi Bahasa Yalahatan dilakukan melalui beberapa pementasan; pertama, tarian tradisional Cakalele yaitu tarian perang khas Maluku. Tarian ini diiringi dengan tifa (alat musik tradisional) dan lantunan kapata yang dibawakan oleh tetua adat.

Kedua, penampilan pidato dengan menggunakan bahasa Yalahatan oleh Paletuno Soloweno, murid kelas 9 SMPN 8 Amahai dengan judul “Kisah Perjalanan dari SD sampai SMP”.

Ketiga, nyanyian daerah dengan judul “Nali Ehuisa” (berapa puluh tahun lalu) oleh beberapa murid SMPN 8 Amahai yaitu Anace Marahina, Erfa Waleuru, Stela Waleuru, Dela Soloweno, Palepano Marahina.

Keempat, pembacaan puisi berjudul "Guru" oleh Selvina Sebenan, murid kelas 8 SMPN 8 Amahai.

Kelima, bertutur cerita rakyat dengan judul “Ma'aota Asu” (Anjing Peliharaan). Cerita ini adalah salah satu cerita rakyat berbentuk fabel. Pada zaman dulu, cerita ini selalu diceritakan oleh orang tua kepada anak-anaknya karena mengandung nilai-nilai edukatif.  Namun seiring berkembangnya zaman, cerita rakyat khas Yalahatan semakin tidak terdengar lagi. 

Keenam, pementasan drama dalam bahasa daerah Yalahatan dengan judul "Peran Guru dan Orang Tua sebagai Motivator" yang diperankan oleh empat orang siswa SMPN 8 Amahai.

Terakhir, pengenalan budaya "Pina Mou" yaitu sebuah upacara adat yang diperuntukkan bagi seorang anak perempuan yang memasuki akil balig. Anak perempuan tersebut (Pina Mou) diwajibkan mengikuti serangkaian upacara adat yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya lokal. 

Sebelumnya, para peserta yang merupakan siswa SMPN 8 Amahai hanya berlatih selama dua hari dengan dibantu oleh Tim Revitalisasi Badan Bahasa, Kantor Bahasa Maluku dan Guru-guru di SMPN 8 Amahai.

Kegiatan revitalisasi bahasa Yalahatan merupakan kegiatan revitalisasi bahasa daerah kedua, setelah tahun lalu merevitalisasi bahasa Hitu, keduanya berada di Maluku yang merupakan provinsi kedua terbanyak yang memiliki bahasa daerah setelah Papua.

Harapannya, setelah dilakukan revitalisasi bahasa daerah, selanjutnya masyarakat setempat dapat terus melestarikan bahasa tersebut melalui berbagai seni pertunjukan yang menarik dan atraktif sehingga dapat menarik minat generasi muda untuk melestarikan bahasa daerahnya. (an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa