Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Kenali Jati Diri melalui Laboratorium Kebinekaan

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Kenali Jati Diri melalui Laboratorium Kebinekaan

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, melalui Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), mengajak mahasiswa untuk mengenali jati diri bangsa melalui laboratorium kebinekaan. Laboratorium  ini merupakan salah satu fasilitas dari PPSDK yang berada di Gedung Arjuna, Kantor PPSDK, Jalan Anyar, Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Ajakan positif ini diutarakan Joni Endardi saat menyambut hangat kunjungan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Sastra Indonesia pada Selasa 5 Desember 2017 lalu. Dalam sambutannya, Joni mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pengguna bahasa Indonesia yang saat ini telah terjangkit virus bahasa asing. Joni berpendapat bahwa dalam  tuturan bahasa Indonesia, orang Indonesia sudah banyak mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing sehingga timbul kebanggaan tersendiri pada diri mereka,  padahal sebagai jati diri bangsa, bahasa Indonesia harus diutamakan.

"Bahasa Indonesia yang sekarang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang dulu.  Saat ini penutur bahasa Indonesia telah terjangkit “virus bahasa asing”, orang-orang bangga menggunakan bahasa asing yang bercampur dengan bahasa Indonesia, padahal bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa kita yang harus diutamakan", tuturnya.

Sebagai praktisi yang sudah lama berkecimpung di dunia kebahasaan, Joni mengungkapkan laboratorium kebinekaan ini adalah salah satu cara untuk mendarmabaktikan kekayaan bangsa Indonesia, kekayaan ini terlihat dari terpetakannya 652 bahasa daerah dari seluruh Indonesia yang telah melewati proses yang panjang. Lebih lanjut, Joni menambahkan, bahasa daerah harus dirangkul. Jika kita tidak bisa merangkul bahasa daerah dengan baik, kita akan kehilangan jati diri bangsa kita karena, menurut Joni, bahasa daerah adalah pendukung bahasa Indonesia.

"Kita harus bisa merangkul bahasa daerah. Jika kita tidak bisa merangkul dan mendokumentasikannya dengan baik, akan terjadi kegoncangan pada jati diri kita", tambah Joni. Laboratorium kebinekaan ini berisi informasi mengenai bahasa dan sastra daerah dengan tujuh menu utama.

Menu pertama berupa deskripsi bahasa daerah di Indonesia; kedua, rekaman video mengenai kosakata dasar bahasa daerah di Indonesia; ketiga, ekspresi bahasa daerah di Indonesia yang meliputi cerita rakyat, sastra, dan kesenian; keempat, transkripsi dan terjemahan cerita rakyat bahasa daerah di Indonesia, kelima, cerita rakyat bahasa daerah di Indonesia; keenam, peta kebinekaan yang berisi menu pencarian tempat bahasa daerah dituturkan; dan ketujuh, kamus bahasa-bahasa daerah di Indonesia.

Selanjutnya,  Liliana Muliastuti sebagai dosen pembimbing mengungkapkan bahwa kedatangan mahasiswanya dipicu oleh rasa penasaran terhadap laboratorium kebinekaan yang menyajikan berbagai wawasan kebahasan dan dapat dijadikan media pengayaan dalam pembelajaran kesastraan. Liliana berharap mahasiswanya mampu memanfaatkan waktu dengan baik, dapat memetik pelajaran sebanyak mungkin dalam kunjungan yang pertama ini.

Harapan yang sama juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswa yang enggan disebutkan namanya. Ia mengaku senang dengan kesempatan yang didapat. Selain tempatnya yang nyaman, berkunjung ke laboratorium kebinekaan merupakan ladang ilmu untuk memperkaya wawasan kebahasan dan kesastraan.

"Tempatnya sangat nyaman  dan saya merasa banyak mendapatkan ilmu kebahasan di sini. Semoga kita bisa berkunjung kembali" ungkapnya sambil tersenyum. (Dv)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa