Prof. Gufran: Budaya Baca adalah Senjata bagi Penulis
![Prof. Gufran: Budaya Baca adalah Senjata bagi Penulis](https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/resource/doc/images/DSC_7683.jpg)
Jakarta, Badan Bahasa — Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, telah mengadakan kegiatan Penyegaran Keterampilan Berbahasa Indonesia bagi Guru Sekolah Dasar di Gedung Samudra, Rawamangun, Jakarta, pada 13—15 Maret 2018. Kegiatan ini diikuti oleh lima puluh peserta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar se-Jakarta Pusat.
Dalam acara pembukaan Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, Kepala Pusat Pembinaan, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menambah wawasan para guru tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam dunia pendidikan. “Selama tiga hari Bapak dan Ibu akan mendapatkan materi bahasa Indonesia dari para narasumber yang berkompeten,” tuturnya. Ia juga mengungkapkan bahwa guru adalah agen terpenting untuk suatu perubahan yang baik, terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik bagi peserta didik. ”Guru adalah agen perubahan terbaik untuk mengajarkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik,” tegas Gufran.
Pada kesempatan itu Gufran mengungkapkan bahwa pada saat ini Indonesia sedang mengalami darurat “generasi menunduk”. Menunduk yang dimaksud adalah kebiasaan penggunaan gawai yang berlebihan oleh kawula muda atau siswa sehingga budaya baca jadi menurun. Hal ini jelas merupakan kekhawatiran kita bersama karena orang Indonesia pada umumnya hanya tahan lima belas menit untuk membaca. Artinya, kurangnya minat baca generasi muda sekarang akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis. Gufran juga berujar ada tiga hal yang membuat seseorang mampu menulis, yakni biasa mencatat fakta, sering mengikuti pertemuan ilmiah, dan suka atau gemar membaca. “Pada saat ini Indonesia darurat generasi menunduk. Hal ini terlihat dari kebiasaan orang Indonesia yang tidak bisa terpisah dari gawai sehingga budaya baca menjadi menurun. Menurunnya budaya baca akan berpengaruh terhadap kemampuan menulis,” ungkapnya.
Selain memberikan motivasi terkait dengan meningkatkan budaya baca, Gufran juga memberikan tips bagaimana cara menghadapi anak yang susah membaca akibat kecanduan bermain gawai. Dikatakan demikian karena anak zaman sekarang sudah terlilit oleh permainan dan fitur yang ada pada gawai. Solusinya, antara lain tanamkan buku digital pada gawai anak. Khusus bagi orang tua, luangkan waktu untuk menemani anak membaca di rumah. Dalam hal ini, lanjut Gufran, perlu diingat pepatah yang mengatakan alah bisa karena biasa. Berikan hadiah kepada anak-anak yang senang membaca supaya mereka semakin termotivasi untuk membaca. Anak yang sudah terbiasa membaca, jika tidak membaca, ia akan gelisah.
Penyegaran kebahasaan ini diselenggarakan sebagai upaya menambah wawasan dan pengetahuan para guru dalam berbahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara. Tentu saja juga untuk meningkatkan sikap positif dan kesadaran para guru untuk memahami bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam pembelajaran bahasa di sekolah serta mendukung dan membantu pelaksanaan sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah.
Penyegaran keterampilan berbahasa Indonesia bagi guru SD ini diisi oleh enam narasumber: (1) Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., (topik: Kebijakan Badan Bahasa, dan Cara Menigkatkan Kemampuan Menulis), (2) Drs. Sriyanto, M.M., M.Pd. (topik: Kalimat), (3) Dra. Meity Taqdir Q. M.Hum. (topik: Bentuk dan Pilihan Kata), (4) Drs. Suladi, M.Pd. (topik: Paragraf), (5) Dra. Harlina Indijati (topik: Apresiasi Sastra), dan (6) Dra. Ovi Soviaty R., M.Pd. (topik: Ejaan bahasa Indonesia).
Kegiatan ini mendapat respons yang positif dari para peserta penyuluhan. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami, banyak ilmu yang bisa diambil dari ketidaktahuan kami dalam penggunaan bahasa Indonesia, kini menjadi tahu. Semua yang kami peroleh dari pelatihan ini akan kami realisasikan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Semoga kami bisa mengikuti kegiatan seperti ini pada masa yang akan datang karena waktu tiga hari terlalu sedikit,” ungkap Wayan Sularto, guru dari SDN Senen 03. Hal yang sama juga dirasakan oleh Rusnoto, guru SDN Paseban 05. Ia berharap agar kegiatan penyegaran kebahasaan seperti ini dapat terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang dengan waktu yang lebih panjang. “Semoga kegiatan kebahasaan ini bisa terus diselenggarakan pada tahun berikutnya dengan peserta yang lebih banyak dan waktu juga lebih lama, bahkan kalau bisa satu bulan,” tutur Rusnoto sambil tersenyum. (DV/NS)