Balai Bahasa Yogyakarta Gelar Acara Penutupan Bengkel Bahasa dan Sastra 2018

Balai Bahasa Yogyakarta Gelar Acara Penutupan Bengkel Bahasa dan Sastra 2018

Yogyakarta, Balai Bahasa Yogyakarta— Pada 1 Juli 2018 Balai Bahasa Yogyakarta menggelar Acara Penutupan Bengkel  Bahasa dan Sastra di aula Balai Bahasa Yogyakarta, Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 34, Gondokusuman, Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh 250 orang siswa SMA dari  lima kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Balai Bahasa Yogyakarta telah melaksanakan Bengkel Bahasa dan Sastra Indonesia sejak April 2018. Sebanyak 250 siswa SMA, SMK, dan MA dari Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul serta Kota Yogyakarta dikarantina setiap hari Minggu untuk mengikuti pelatihan.

Tujuan kegiatan kesastraan ini adalah untuk memberikan pelatihan menulis dan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas para siswa. Pelatihan ini dilaksanakan dalam sepuluh kali pertemuan dengan urutan acara  pembukaan, mancakrida, tujuh kali pelatihan, terakhir acara penutupan.

Pada kesempatan itu Ratun Untoro, Koordinator Bidang Pembinaan Bahasa dan Sastra Balai Bahasa Yogyakarta, berujar, “Tujuh kali pertemuan untuk pelatihan dirasa sangat singkat, tetapi cukup memuaskan karena para siswa dapat menulis, membuat buku, melakukan pentas sastra, menari, menyanyi, dan lain-lain. Selama pertemuan tersebut, panitia dan mentor kelompok diwajibkan mendampingi para siswa agar pelatihan berjalan dengan lancar dan efektif.”

Acara Penutupan Bengkel  Bahasa dan Sastra 2018 dibagi dalam tiga sesi, yaitu  peluncuran buku antologi karya peserta Bengkel Bahasa dan Sastra 2018,  presentasi esai, dan pementasan karya sastra cerita pendek (cerpen) dan cerita cekak (cerkak). Cerkak adalah suatu bentuk karangan berbentuk prosa naratif fiktif yang cenderung padat dan langsung ke tujuan serta menggunakan bahasa Jawa.

Buku antologi cerpen/cerkak yang diluncurkan dalam acara Penutupan Bengkel  Bahasa dan Sastra 2018 bertajuk Gunungkidul Ilang GunungeSalah Jalan, Lambaian Rembulan Layu, Hancurnya Topeng-Topeng Berjalan, dan Penumpang Terakhir. Buku antologi itu sudah disunting oleh staf Balai Bahasa Yogyakarta selama tiga bulan pada Maret—Juni 2018. Kehadiran buku antologi itu telah menambah daftar koleksi buku antologi terbitan Balai Bahasa Yogyakarta.

Perlu diinformasikan bahwa kegiatan bengkel bahasa dan sastra sudah berlangsung sejak 1996 atau 22 tahun yang lalu. Setiap tahun 2 buku dihasilkan dari 4 kabupaten dan 1 kota madya di Provinsi DI Yogyakarta sehingga total buku antologi terbitan Balai Bahasa Yogyakarta sampai saat ini 220 buah.

Pada sesi kedua ada lima esai yang dipresentasikan, yaitu “Kesenian Kang Dadaos Nyawanipun Masarakat” oleh Ferliana Fina Yunitari (SMAN 1 Wonosari), “Piza Growol” oleh Khusnia (MAN 2 Kulonprogo), “Mitos di Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan” oleh Zaenab Ratu (SMAN 1 Bantul), “Tradisi Bathok Bolu Tetat Lestari di Tanah Sleman” oleh Chintia Syilfa Zulfani (SMAN 2 Ngaglik), dan “Invasi Sampah Antariksa” oleh Rengganis Sukma (SMAN 8 Yogyakarta).

Pada sesi ketiga dilakukan empat pementasan karya sastra (cerpen dan cerkak), yaitu “Mak Tumi” yang ditulis oleh Avni Oktavia (SMKN 2 Wonosari), “The Truth”, “Hancurnya Topeng-Topeng Berjalan” oleh Astri Anggraini (SMAN 2 Ngaglik), dan “Potret” oleh Jihan Salsabila Haris (SMAN 8 Yogyakarta). 

“Presentasi esai dan pementasan karya sastra (cerpen dan cerkak) dalam Acara Penutupan Bengkel  Bahasa dan Sastra 2018 ini berhasil menunjukkan adanya struktur masa lalu, pengolahan masa lalu dan masa depan (masa pertengahan), dan masa depan. Struktur masa lalu adalah munculnya kembali Rindi Kembang dalam esai “Kesenian Kang Dadaos Nyawanipun Masarakat”, masa pertengahan adalah piza growol (campuran pisang growol dengan piza), dan masa depan adalah penulisan cerpen itu sendiri yang masih dapat dibaca pada  masa 40 tahun mendatang,” ujar Ratun.

Ratun juga menambahkan, “Alumni peserta pelatihan Bengkel Bahasa dan Sastra 2018  diharapkan dapat membentuk komunitas bahasa dan sastra dengan tetap menjalin komunikasi dengan tutor masing-masing, baik dalam bentuk diskusi  maupun konsultasi. Balai Bahasa Yogyakarta juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengasah kemampuan menulisnya melalui lomba penulisan esai, puisi, cerpen, buku cerita rakyat, dan lain-lain.”

Pernyataan Ratun pun didukung oleh Sriyanti, peserta dari Kabupaten Gunungkidul. Sriyanti menyampaikan bahwa seluruh peserta Bengkel Bahasa dan Sastra 2018 merasa senang karena mendapat ilmu dari mentor yang hebat dan mendapat  teman-keluarga baru. Sriyanti juga berujar bahwa seluruh peserta diajarkan bagaimana cara menjalin semangat  kebersamaaan, saling berbagi, dan meningkatkan cara berpikir yang lebih luas. Ia berharap komunikasi antara mentor dan alumni Bengkel Bahasa dan Sastra 2018 dapat terus berjalan dengan baik dan konsisten sehingga kelak  dapat menghasilkan generasi literasi yang lebih baik lagi.” (pad) 

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa