Semangat Literasi Si Kuning di Desa Tanjung Tiram

Semangat Literasi Si Kuning di Desa Tanjung Tiram

Kendari, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara—Gerakan Literasi Nasional (GLN) sudah menjadi program prioritas Kemendikbud sejak 2016. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa selaku koordinator bertugas menasionalkan literasi ke berbagai pelosok negeri melalui UPT balai/kantor bahasa, termasuk Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dalam mewujudkan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di tanah Kendari.

Kamis, 12 Juli 2018, 15.00 WITA, anak-anak Komunitas Literasi Tanjung Tiram binaan Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dengan mengenakan seragam dan menyandang tas kuning tampak  menuju bilik baca Balai Desa Moramo Utara.

Balai Desa Moramo Utara bertempat di Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan. Balai desa ini sangat minim fasilitas dan kantor desanya pun jauh dari sebutan kantor desa. Banyak bangunan rapuh dan tidak terawat di sana-sini. Pelayanan administrasi dilakukan di rumah pengurus desa. Bahkan, lampu penerangan untuk bilik baca pun tidak ada. Alhasil, bilik baca tempat anak-anak Komunitas Literasi Tanjung Tiram turut menjadi kelabu. Untunglah, segala keterbatasan fasilitas itu tidak mematahkan semangat anak untuk berliterasi.

Balai Desa Moramo Utara bersebelahan dengan SD Negeri 2 Moramo Utara. Ruang kelas V SD Negeri 2 Moramo Utara dipilih oleh Pembina Komunitas Literasi Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara, Dwi Pratiwi, dan Tim Literasi Ikatan Duta Bahasa (Ikadubas) Sulawesi Tenggara (M. Kamaruddin Jamal, Sul Arianto Haris, Andi Annisa, La Ode M. Iqbal, Krisdianto, dan M. Yunus) untuk dipakai sebagai ganti bilik baca agar anak-anak dapat belajar berliterasi.

Anak-anak Komunitas Literasi Tanjung Tiram beranggotakan 60 orang siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri 2 Moramo Utara. SD Negeri 2 Moramo Utara Anak-anak Komunitas Literasi Tanjung Tiram itu merupakan angkatan kedua (2018) yang biasa disebut Kelompok Kuning.

Kelompok Kuning yang menghadiri kelas literasi pada sore itu sebanyak 34 orang yang berasal dari keluarga sederhana. Orang tua mereka banyak berprofesi sebagai nelayan, pemecah batu, atau pegawai pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel PT MBG Nikel Indonesia di Konawe Utara. Beberapa anak Kelompok Kuning ada yang sudah tidak memiliki orang tua.

Kelas literasi Komunitas Literasi Tanjung Tiram diadakan setiap hari Sabtu atau Minggu pada minggu pertama dan kedua. Ada juga satu kelas tambahan yang diupayakan oleh Tim Ikadubas Sulawesi Tenggara pada minggu ketiga setiap bulan. Setiap kelas literasi akan dihadiri oleh pembina Komunitas Literasi Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dan Tim Ikadubas Sulawesi Tenggara yang bertugas secara bergantian. Literasi yang diajarkan adalah baca-tulis bahasa dan sastra Indonesia (puisi, cerita rakyat, dongeng, dan lain-lain), bahasa Inggris, dan numerasi serta bermain drama. Selain itu, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara sendiri pun beberapa kali akan mengundang sastrawan dan psikolog untuk turut menambahkan keceriaan dan meningkatkan kemampuan pemahaman Kelompok Kuning.

Pada kesempatan ini (12-7-18) Kelompok Kuning belajar tentang teks narasi. Teks narasi adalah teks yang menceritakan suatu peristiwa dari awal sampai akhir. Untuk memahami teks narasi, anak-anak diajak untuk membaca dan mendengarkan cerita narasi, kemudian menceritakan kembali alur dan latar cerita, penokohan, suasana, dan pesan moral yang disampaikan secara berkelompok. Setiap anggota kelompok diajak berpartisipasi aktif dalam berliterasi dan berani mewakili kelompoknya untuk menceritakan kembali cerita narasi yang dibacanya di depan kelas.

Peningkatan kemampuan literasi seperti pemahaman dan kemandirian dari Kelompok Kuning ditunjukkan saat mereka berada di depan kelas untuk menceritakan kembali cerita teks narasi yang didapat oleh kelompoknya. Ada yang grogi, malu-malu, tetapi ada juga yang  tegas dan percaya diri. Proses pengajaran literasi ini memang tidak mudah. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan, ide kreatif dan komitmen kuat dari Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dan Ikadubas Sulawesi Tenggara, pasti kemampuan literasi anak-anak Tanjung Tiram akan meningkat.

“Untuk saat ini, perubahan nilai bahasa Indonesia angkatan pertama dan kedua (Kelompok Kuning) sudah meningkat. Ada yang 70, 80, dan 90 serta yang tadinya 60 menjadi 75. Jadi, kami sungguh bersyukur bahwa kegiatan yang kami lakukan ini tidak sia-sia.” ujar M. Kamaruddin Jamal, Ketua Ikadubas Sulawesi Tenggara, sekaligus Ketua Pustaka Tanjung Tiram.

Pada saat menjelang akhir kegiatan kelas, Seli, Yusuf, Ikhwan, dan seluruh anak Kelompok Kuning berkata “Bahagia, senang, mau lagi!” Ucapan sederhana anak-anak Kelompok Kuning yang penuh keterbatasan fasilitas menjadi salah satu pemicu semangat Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dan Ikadubas Sulawesi Tenggara untuk terus memajukan kualitas pendidikan dan kemampuan literasi anak-anak di Tanjung Tiram dan daerah lainnya. “Semoga aparat desa juga dapat lebih membantu dari segi pengadaan fasilitas dan pengayaan koleksi buku literasi,” tambah Kamaruddin. (pad/stef)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa