Di Luar Negeri Bahasa Indonesia Semakin Diminati
Jakarta - Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, bekerja sama dengan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (PKLN) serta Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemendikbud, menggelar kegiatan Apresiasi Pemenang Lomba Pidato dan Bercerita Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APLP BIPA) 2018, Rabu, 15 Agustus 2018, di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Kegiatan itu dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan jumlah peminat dan pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing di luar negeri. Dalam kaitan itu, Pemerintah Indonesia berupaya memberikan dukungan dan fasilitas bagi peminat dan pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, sudah diadakan pada April—Juli 2018 kegiatan serupa di negara-negara yang menjadi perwakilan KBRI dan Rumah Budaya Indonesia. Di Indonesia kegiatan yang sama berlangsung dari 15 s.d. 21 Agustus 2018. Peserta yang terpilih adalah warga negara asing di luar negeri yang fasih berbahasa Indonesia dengan kriteria bukan penutur asli bahasa Indonesia, berusia 18—30 tahun, serta belum pernah tinggal di Indonesia selama kurang enam bulan.
Program APLP BIPA 2018 itu diawali dengan tes Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) yang bertujuan untuk mengukur kemampuan bahasa Indonesia seluruh delegasi dari sembilan belas negara. Dalam pelaksanaan tes peserta akan menempuh tiga bagian tes, yaitu seksi mendengarkan, merespons kaidah, dan membaca. Dua belas peserta yang meraih skor tertinggi dalam tes UKBI akan menjadi peserta lomba debat.
Alasan peserta dalam mempelajari bahasa Indonesia sangat beragam, mulai dari ketertarikan terhadap keberagaman budaya dan agama di Indonesia hingga ketertarikan terhadap banyaknya bahasa daerah di Indonesia. Hono Masuki, misalnya, delegasi asal Jepang yang terpilih sebagai peserta Pidato dan Debat Bahasa Indonesia, mengaku tertarik pada bahasa Indonesia sebagai tali pengikat kesatuan negara Indonesia. Walaupun berbeda agama, negeri ini tetap rukun dan bersatu. Hono Masuki pun bermaksud untuk melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Ia menyarankan semboyan bhinneka tunggal ika milik Indonesia hendaklah menjadi semboyan dunia. “Saya sangat kagum terhadap kerukunan Indonesia. Walaupun banyak perbedaan, negeri ini selalu bersatu,” ungkapnya dengan wajah yang haru
Pada lain sisi, Fatimah Jamal Abdeldayem, peserta lomba bercerita asal Mesir, saat diwawancarai mengaku bangga berbahasa Indonesia. Ia merasa senang dan cinta bahasa Indonesia. Tidak hanya fasih berbahasa Indonesia, dia juga menguasai salah satu warisan budaya Indonesia, yakni pencak silat. Olahraga ini sudah lama ia tekuni dan tak sedikit ia mengikuti perlombaan silat di Kairo. Ketika bertemu dengan delegasi dari delapan belas negara lainnya, ia turut memperkenalkan pencak silat kepada teman-temannya. “Saya sangat suka berbahasa Indonesia, juga pencak silat. Kami belajar silat di kampus kami, dan itu sangat menyenangkan,” ungkapnya ketika ditemui usai lomba bercerita. (Dv, Nv)