Balai Bahasa Riau Gelar Pelatihan Instruktur Literasi bagi Guru SD Se-Kota Pekanbaru

Balai Bahasa Riau Gelar Pelatihan Instruktur Literasi bagi Guru SD Se-Kota Pekanbaru

Pekanbaru, Riau—Balai Bahasa Riau menggelar Pelatihan Instruktur Literasi bagi Guru SD Se-Kota Pekanbaru di Hotel Pesonna, Pekanbaru, Riau, pada 23–25 Oktober 2018. Pesertanya sebanyak lima puluh orang. Tujuannya, selain ajang pelatihan, juga sebagai  forum diskusi bagi peserta untuk saling berbagi pengalaman, tantangan, dan strategi pelaksanaan literasi di sekolah.

“Literasi adalah kegiatan membiasakan membaca dan menulis. Literasi menjadi salah satu kecakapan abad ke-21, yaitu kemampuan menerapkan kecakapan dasar berliterasi sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus membimbing anak didiknya dalam memanfaatkan teknologi secara positif. Anak-anak harus mendahulukan belajar daripada bermain,” ujar Kepala Pusat Pembinaan, Hurip Danu Ismadi,

Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan literasi di sekolah. Setelah literasi baca-tulis, barulah guru mengajarkan literasi sains dan finansial. Literasi sains dapat berupa pembimbingan agar siswa  mencintai ilmu pengetahuan. Literasi finansial berkaitan dengan penggunaan daya dukung seperti kartu Indonesia pintar dan cara menghitung uang.

Literasi hendaknya menjadi kebiasaan siswa secara berkelanjutan. Untuk itu, para guru harus saling berkoordinasi agar siswa dapat belajar dan memanfaatkan dengan baik  buku elektronik (e-book) seperti penggunaan  grup whatsapp. Pelatihan literasi bagi siswa juga dapat dilakukan dengan membiasakan mereka mengaji atau membaca buku cerita selama lima belas  menit sebelum pelajaran dimulai.

Kegiatan mendongeng juga bagus sebagai pelatihan literasi karena dapat menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak didik. Kegiatan mendongeng  juga dapat mengembangkan kemampuan psikologis anak-anak. Anak-anak di  sekolah dasar, selain    diberi buku dongeng, ada baiknya juga dipertemukan dengan para pengarang cilik atau sastrawan/penulis cerita anak.  Penulis atau sastrawan yang baik   dapat  dilihat dari karyanya. Pemilihan cerita yang akan didongengkan itu tentu menjadi tugas guru.

Hal  lain yang dapat digunakan untuk kegiatan literasi adalah pemakaian pohon literasi dan membuat resensi film. Dalam pembuatan pohon literasi anak-anak diminta atau ditugasi   membuat catatan, lalu menganalisis dan memaknai historinya. Pada pemaknaan histori anak didik harus menyadari bahwa segala sesuatu memiliki makna dan dapat dieksplorasi. Untuk pembuatan resensi film anak didik perlu menyimak film yang ditontonnya, kemudian  memaknai alur cerita dan unsur yang terkandung dalam film itu.

Kepala Balai Bahasa Riau, Umar Solikhan, menambahkan bahwa guru adalah punggawa atau instruktur literasi di sekolah. Setiap instruktur memiliki hal unik dan stategi literasi yang berbeda. Untuk itu, instruktur literasi harus rajin berlatih dan literasi adalah dengan saling berbagi pengalaman bagaimana menumbuhkan semangat literasi dalam diri setiap anak,.

Dalam pelaksanaan   Pelatihan Instruktur Literasi bagi Guru SD Se-Kota Pekanbaru ini, peserta juga   dibekali  wawasan dan pengetahuan oleh para narasumber, yaitu Kepala Pusat Pembinaan, Dr. Hurip Danu Ismadi, M.Pd., Kepala Balai Bahasa Riau, Drs. Umar Solikhan, M.Hum., dan pegiat literasi,   Wamdi, S.Pd.I, Sugiharti, Yulita Fitriana, S.S., M.A., Yulismar, S.Pd., dan Dra. Sri Sabakti, M.Hum. (pad)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa