PERAN DUTA BAHASA NASIONAL 2018 SEBAGAI PENGAWAL AMANAH

PERAN DUTA BAHASA NASIONAL 2018 SEBAGAI PENGAWAL AMANAH

Jakarta, Pemilihan Duta Bahasa Nasional 2018 yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan  Bahasa, ditutup secara resmi oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dadang Sunendar, pada 17 Agustus di Hotel Mercure Ancol, Jakarta. Setelah menyampaikan selamat dan sukses kepada para pemenang, Dadang  berharap agar mereka dapat dan mampu menjaga amanah yang telah diberikan sebagai pengawal amanah dan penjaga jati diri bangsa, yakni bahasa Indonesia. "Saya mengucapkan selamat kepada pemenang Duta Bahasa Nasional 2018. Semoga dengan diberikannya amanah sebagai duta bahasa, para pemenang dapat membantu pemerintah dalam menjaga, menyosialisasikan, dan meyakinkan masyarakat bahwa Indonesia memiliki sebuah perekat utama bangsa, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa negara," ungkapnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Gufran Ali Ibrahim, Kepala Pusat Pembinaan, Badan Bahasa, bahwa duta bahasa harus menguasai bahasa Indonesia dengan cermat, apik, dan santun. Dikatakan demikian karena para delegasi yang terpilih ini adalah selapis generasi yang menjadi pionir pengawasan dan penjagaan pengutamaan bahasa Indonesia, terutama di ruang publik. “Duta Bahasa harus mampu berbahasa Indonesia yang cermat, apik, dan santun karena kalian adalah selapis generasi yang akan menjadi pionir pengawasan dan penjagaan pengutamaan bahasa, terutama di ruang publik” ujarnya.

Sebelumnya, peserta yang berhasil masuk seleksi tingkat nasional telah menerima pembekalan tentang pentingnya peran duta bahasa dalam era globalisasi, pembinaan ideologi Pancasila bagi generasi muda serta kebijakan kebahasaan dan kesastraan. Para finalis itu juga mendapat pembekalan mengenai kebijakan pembinaan bahasa, bahasa Indonesia yang baik dan benar, peningkatan kemampuan komunikasi publik, serta pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial.

Pemenang enam besar duta Bahasa Nasional 2018 itu adalah Agatha dan Nursidik dari Jawa Barat sebagai juara pertama. Juara kedua diraih oleh Hilma Ramadina dan Faisal Meinaldy dari Provinsi DKI Jakarta, juara ketiga diperoleh  Ainna Khairunnisa dan Almuarrif dari Provinsi Aceh; juara keempat Okky Fatimah Az Zahra  dan Ikrar Hesa Prasetya dari Provinsi Sumatra Selatan; juara kelima atas nama Ni Luh Putu Yuni Krisnayanthi dan Gede Made Cahya Trisna Pratama dari Provinsi Bali;  serta juara keenam atas nama Cherissa Wahyu Pramais dan Alfyan Wahyu Ramadhan dari Provinsi Jawa Timur.

Ada empat provinsi yang mendapat penghargaan sebagai juara atau pemenang harapan I—IV.    Peraih Juara Harapan I berasal  DI Yogyakarta, yaitu Anggyta Aulia Rahma Nardila dan  Titan Kusuma Sakti. Juara  Harapan II jatuh pada Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diwakili oleh  Hartimart Yolanda dan  Yoseph Silius Dopo.   Peraih Juara Harapan  III berasal dari Provinsi Sumatra Utara atas nama  Friska Situmorang dan Patrial Olivert Zega. Juara Harapan IV pada pemilihan Duta Bahasa Nasional ini direbut oleh  Provinsi Banten, yaitu Ananda Musdalifah dan Wirawan.

Pemilihan Duta Bahasa Nasional yang sudah berjalan sejak tahun 2006 ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari kecakapan berbahasa Indonesia, wawasan kebangsaan, hingga aspek etika saat mengikuti proses pemilihan.  Dewan juri yang bertindak sebai penilai  adalah Dr. Liliana Muliastuti, Dr. Maryanto, Dr Agustin Lakawai, Dr Ayu Diandra Sari, Thomas Tressen, Dra Nurhayati, Putri Minang Sari dan Maya Safira. (Dv, Iw, El).


Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa