Bupati Kuansing Ajak Masyarakat Lestarikan Sastra Lisan Kayat

Bupati Kuansing Ajak Masyarakat Lestarikan Sastra Lisan Kayat

Telukkuantan—Badan Bahasa bekerja sama dengan Balai Bahasa Riau, Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), dan Dinas Pariwisata Kuansing telah melakukan upaya revitalisasi Kayat yang keberadaanya sudah terancam punah. Sastra lisan Kayat dipentaskan dalam acara Festival Pacu Jalur, Malam Kesenian Kabupaten/Kota dan Provinsi Tetangga yang digelar oleh Pemda Kuansing di Tepian Narosa, Telukkuantan, Kabupaten Kuansing, Riau, Rabu (29-8-2018).

Bupati Kuansing, Drs. H.Mursini, M.Si. mengajak masyarakat untuk bisa melestarikan Kayat sebagai kekayaan budaya Kuansing. Mursini sangat mengapresiasi upaya revitalisasi Kayat yang sudah dilakukan oleh Badan Bahasa, Balai Bahasa Riau, yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kuansing.  “Penampilan Kayat tadi mengingatkan saya pada waktu saya kecil. Penampilan oleh SMA 1 Benai persis dengan apa yang saya dengar dari ibu saya tentang Kayat yang bercerita tentang perjalanan Nabi Muhammad,” ungkapnya. Mursini menyadari keberadaan Kayat saat ini sudah sangat jarang dipentaskan dan terancam punah. Untuk itu, pihaknya mengajak semua pihak untuk bisa melestarikan seni dan budaya masyarakat Kuansing karena mengandung nilai dan ajaran agama Islam.

Eva Yenita Syam,S.S., M.Pd., salah seorang tim revitalisasi sastra lisan Kayat dari Badan Bahasa, mengatakan pementasan yang dilakukan saat Festival Pacu Jalur merupakan tahapan akhir dari program revitalisasi Kayat oleh Badan Bahasa. Sejak April hingga Agustus, pihaknya bekerjasama dengan guru, siswa SMA 1 Benai melakukan edukasi terhadap 20 siswa yang dilatih oleh dua orang maestro Kayat. "Festival ini adalah bentuk akhir dari program kami dalam uapaya revitalisasi Kayat berbasis komunitas sekolah,” jelas Eva.

Menurut Eva, Kayat merupakan tradisi lisan masyarakat Rantau Kuantan, Riau. Kayat disampaikan seorang tukang Kayat atau lebih dalam bentuk cerita tentang perjalanan Nabi Muhammad  yang didendangkan. Kini, keberadaan Kayat sudah sulit ditemui.  “Program revitalisasi berlangsung semenjak April hingga Agustus di SMA 1 Benai.  Program ini bertujuan agar sastra lisan Kayat tetap lestari dan dikenali, khususnya, oleh para generasi muda. Hasil survei dan kajian vitalitas (daya hidup), oleh Badan Bahasa tahun 2016, dan hasil penelitian Universitas Riau, sastra lisan Kayat tergolong pada kategori mengalami kemunduran, bahkan menuju status terancam punah,” kata Eva

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Benai, Drs. Yurnalis, M.M., menyatakan bangga dengan penampilan tim Kayat dari SMA 1 Benai. “Semoga kegiatan revitalisasi ini dapat menjadi model dan contoh pelestarian sastra lisan Kayat di Kuansing, khususnya di lingkungan sekolah. Kalau bisa, siswa-siswa tersebut bisa tampil di tingkat nasional, bahkan internasional. Kami berusaha akan tetap menghidupkan Kayat di lingkungan sekolah, sehingga lahir tukang Kayat muda yang peduli terhadap tradisi nenek moyang mereka,” harapnya. (Ir/Balai Bahasa Riau)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa