Cerdas Berliterasi sebagai Prasyarat Kecakapan Hidup Abad 21

Cerdas Berliterasi sebagai Prasyarat Kecakapan Hidup Abad 21

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjr Effendy menghadiri kegiatan Bimbingan Teknis Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 April 2019. Kegiatan yang digagas oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan ini bertujuan untuk menghasilkan instruktur literasi baca-tulis yang andal serta mampu memberikan pelatihan literasi baca-tulis kepada para fasilitator literasi baca-tulis di tingkat nasional.

Mendikbud dalam arahannya mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan instruktur literasi yang sudah terlatih guna mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad 21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Selain itu, Mendikbud juga menuturkan bahwa saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggalakkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hal ini dilakukan karena saat ini masyarakat berada pada era teknologi informasi yang menuntut masyarakat untuk tidak hanya mampu membaca teks, tetapi juga harus mengetahui lebih dalam tentang tulisan tersebut dan memiliki kemampuan bernalar aras tinggi.

Lebih lanjut, Mendikbud mengungkapkan kekhawatirannya tentang berita-berita hoaks yang kerap beredar di kalangkan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang percaya, lalu menyebarkan berita bohong tersebut. Muhadjir berharap hal ini bisa ditangkis dengan upaya cerdas berliterasi, terutama penguasaan literasi digital. Tidak hanya itu, maraknya situs-situs yang tidak mendidik seperti situs pornografi juga sangat meresahkan. Namun Muhadjir menegaskan bahwa dengan menumbuhkan budaya cinta membaca dan melibatkan peran aktif orang tua, anak-anak akan lupa untuk membuka situs-situs yang tidak bermanfaat tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Hurip Danu Ismadi, yang menyatakan bahwa masyarakat perlu diberikan bimbingan agar tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum jelas. Jangan sampai alat teknologi yang seharusnya bisa memberikan manfaat malah digunakan untuk menyebarkan kebohongan dan merusak kesatuan bangsa.

Kegiatan yang berlangsung selama sepekan ini sebelumnya telah dibuka oleh Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Dadang Sunendar pada 9 April 2019. Kegiatan ini melibatkan beberapa praktisi, akademisi, dan tokoh literasi, seperti Prof. Dr. Marsudi Wahyu Kisworo, Prof. Emi Emilia, M.Ed., Ph.D., Drs. Krisanjaya, M.Hum., Bambang Trimansyah, S.S., Habiburrahman El Shirazy, Firman Venayaksa, Gol A Gong, Wien Muldian, dan Billy Antoro.

Bimbingan Teknis Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional diikuti oleh 120 orang peserta. Selanjutnya, dari 120 orang peserta akan dipilih 30 peserta terbaik untuk melatih para fasilitator literasi baca-tulis di enam regional, yaitu regional Sumatra, regional Kalimantan, regional Jawa, regional Bali-NTT-NTB, regional Sulawesi-Maluku, dan regional Papua. Peserta yang telah diberikan bimbingan diharapkan mampu mewujudkan tujuan GLN, yaitu menjadikan masyarakat Indonesia, masyarakat yang literat. (DV)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa