Pencarian dan Pencatatan Bahasa di Pedalaman Papua Tahun 2019

Pencarian dan Pencatatan Bahasa di Pedalaman Papua Tahun 2019

Tim pemetaan bahasa dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pencarian dan pencatatan bahasa pada 7 Maret 2019 di daerah pedalaman Papua. Tim akan melakukan pencarian dan pencatatan selama sebulan penuh untuk mencari bahasa daerah di Papua yang belum teridentifikasi dalam Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia (2018).

Pencarian dan pencatatan bahasa ini merupakan rangkaian dari pemetaan bahasa-bahasa di Indonesia. Pemetaan bahasa sendiri merupakan agenda kegiatan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan yang telah dilakukan sejak tahun 1990-an hingga sekarang. Wilayah Indonesia yang sangat luas membuat proses pemetaan bahasa membutuhkan waktu yang panjang, terutama di daerah pedalaman.

Pada tahun ini, pencarian dan pencatatan bahasa difokuskan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hal ini disebabkan bahasa-bahasa di Indonesia paling banyak mendapat sumbangsih dari kedua provinsi tersebut. “Hampir setengah dari jumlah bahasa-bahasa di Indonesia berasal dari Provinsi Papua dan Papua Barat,” kata Ganjar Harimansyah selaku Kepala Bidang Pelindungan, Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra.

Salah satu daerah pengamatan yang didatangi tim pemetaan bahasa adalah Kabupaten Asmat. Wilayah Kabupaten Asmat yang sebagian besar didominasi rawa menjadi tantangan tersendiri bagi tim pemetaan bahasa. Pasalnya, daerah yang didatangi belum tentu menggunakan bahasa yang belum teridentifikasi dalam peta bahasa sehingga tim pemetaan bahasa harus selalu berpindah-pindah tempat. “Adanya keterbatasan informasi dan sulitnya mencari pasokan bahan bakar minyak karena harus naik perahu cepat membuat pencarian dan pencatatan bahasa sedikit terhambat,” ujar Mukhamdanah, salah seorang anggota tim pemetaan bahasa.

Meskipun dalam kondisi demikian, tim pemetaan bahasa berhasil mendapatkan beberapa kampung yang diduga memakai bahasa daerah yang belum teridentifikasi. Kampung tersebut, antara lain Kampung Sanem dan Sasime di Distrik Kopay serta Kampung Mapane di Distrik Aswy. Namun, kebenaran dari pengakuan penduduk dan hasil identifikasi tim pemetaan bahasa di lapangan masih perlu dibuktikan dalam tahap analisis data melalui pembandingan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. (SB)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa