Peran Dharma Wanita dalam Pemartabatan Bahasa Negara
Jakarta--Penguasaan kosakata menjadi hal yang penting bagi kaum ibu dalam pembinaan bahasa di lingkungan keluarga. Seorang ibu harus dapat memilih dan memilah kata yang tepat dalam menyampaikan suatu ujaran kepada putra dan putrinya. Minimnya penguasaan kosakata karena kurang akrabnya kaum ibu terhadap Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), baik daring maupun luring, dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya pembinaan bahasa dalam keluarga. Kenyataan tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari instansi pemerintah, khususnya Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Sehubungan dengan itu, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan menggelar Seminar Pemartabatan Bahasa Negara di Lingkungan Dharma Wanita yang diadakan pada Jumat, 4 Oktober 2019 di Aula Sasadu, Gedung M. Tabrani, Jakarta.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra 2019. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat, baik dari kementerian maupun lembaga, serta Dharma Wanita Persatuan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Kegiatan tersebut dibuka oleh Ketua Organisasi DWP Pusat, Jullie L. Hakim. Jullie dipercayai untuk membuka acara mewakili Ketua Umum DWP Pusat yang berhalangan hadir.
Dalam sambutannya, Jullie mengutarakan bahwa DWP memiliki peran yang signifikan dalam memartabatkan bahasa negara, khususnya di lingkungkan keluarga. Menurutnya, ibu adalah madrasah pertama bagi anak sehingga harus memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar. Pada akhir sambutannya, Jullie mengimbau anggota Dharma Wanita untuk terus menjaga eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena salah satu peran Dharma Wanita adalah menjaga persatuan dan kesatuan.
“Saya sangat berterima kasih kepada Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan yang telah mengadakan kegiatan ini. Bagi saya, DWP memiliki peran yang signifikan dalam memartabatkan bahasa negara, khususnya di lingkungkan keluarga. Kalau bukan kita, siapa lagi yang memartabatkan bahasa ini? Saya berharap, DWP terus menjaga eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan karena itu adalah bagian dari peran kita,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dadang Sunendar, Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, menyuarakan pengutamaan bahasa Indonesia di atas bahasa mana pun. Ruang publik saat ini sudah tercemar dengan maraknya bahasa asing, seperti dalam penamaan gedung, jalan, dan restoran sehingga keberadaan bahasa Indonesia kian terancam.
Dadang menambahkan, berkembangnya bahasa asing di ruang publik akan mematikan jati diri bangsa Indonesia, terutama dari segi bahasa. Orang asing pun akan bingung ketika mereka sampai di sini karena mereka menemukan ruang publik yang berbahasa Inggris. Mereka akan menduga bahwa negara Indonesia menggunakan bahasa Inggris. Di sisi lain, ada juga ruang publik yang menggunakan bahasa Indonesia sehingga orang luar mungkin akan berkesimpulan bahwa Indonesia tidak memiliki identitas yang jelas karena menggunakan begitu banyak bahasa. Padahal, pengutamaan bahasa Indonesia sudah jelas tertera dalam undang-undang.
“Saya merasa risih karena maraknya penggunaan istilah asing di ruang publik. Itu akan mematikan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa ini. Jangan sampai orang asing bingung karena bahasa yang digunakan di ruang publik ini bercampur aduk. Saya mengharapkan peran aktif DWP untuk membantu kami dalam pemartabatan bahasa negara. Selain itu, tolong sampaikan kepada pihak keluarga untuk selalu mengutamakan bahasa Indonesia,” tegasnya.
Dalam kegiatan yang sama, Ivan Lanin yang menjadi narasumber kedua saat itu juga menyuarakan pengutamaan bahasa Indonesia di atas bahasa yang lain. Ivan, Wikipediawan yang digelari kamus berjalan ini, mengajak DWP untuk aktif menggunakan KBBI daring yang dapat membantu penguasaan kosakata karena masih banyak kosakata bahasa Indonesia yang belum dikenal publik. Di situlah peran DWP untuk ikut menyosialisasikannya.
Kegiatan yang berlangsung selama lima jam ini bertujuan untuk memperkenalkan kebijakan pembinaan bahasa Indonesia di Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, memperkenalkan istilah dan kosakata baru di lingkungan DWP Pusat, memperkenalkan cara mengunduh KBBI luring dan melakukan simulasi penggunaan KBBI daring, serta memperkenalkan aplikasi penambahan kosakata di lingkungan DWP Pusat.
Pada akhir acara peserta langsung meninjau Pameran Kebahasaan dan Kesastraan yang menyajikan berbagai produk Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, di antaranya, simulasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), simulasi penggunaan buku elektronik, Laboratorium Kebinekaan yang menghimpun ratusan bahasa daerah di Indonesia, bahan bacaan anak, dan produk Gerakan Literasi Nasional. Pameran ini akan berlangsung selama bulan Oktober. (Dv)