Pengembaraan Kegembiraan dalam Apresiasi Sastra

Pengembaraan Kegembiraan dalam Apresiasi Sastra

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Muh. Abdul Khak resmi membuka kegiatan Bincang Sastra edisi IV bersama sastrawan berkarya daerah 3T pada Rabu, 8 Juli 2020. Kegiatan ini berlangsung secara virtual melalui aplikasi Zoom dan disiarkan langsung di Youtube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Dalam sambutannya, Abdul Khak menyampaikan bahwa ia sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ia juga menilai kegiatan ini adalah bentuk merdeka belajar karena para peserta berkumpul tanpa ada paksaan atau perintah dan hadir karena kesadaran sendiri. Lebih lanjut, Abdul Khak melihat kehadiran dua narasumber yang berasal dari kalangan peneliti dan pegiat sastra ini adalah bentuk pengembaraan kegembiraan. Ia meyakini bahwa kegiatan ini akan berlangsung hikmat.

“Bapak dan Ibu, kegiatan ini adalah bentuk pengembaraan kegembiraan, kita akan menyelami ilmu dari perpaduan kedua narasumber, yakni dari peneliti sastra dan pegiat sastra” tuturnya. Pada akhir sambutannya, Abdul Khak menyemangati peserta agar turut aktif dalam menggali ilmu seluas-luasnya dari penyajian narasumber. Ia pun menutup sambutannya dengan sebuah pantun.

Acara yang berlangsung selama dua jam ini dipandu langsung oleh Faisal Meinaldy (Duta Bahasa Nasional) dan diikuti oleh 232 peserta yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Acara ini menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Puji Santosa dan Toni Lesmana. Puji Santosa adalah Peneliti Ahli Utama di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang karyanya sudah melalang buana di berbagai media, sedangkan Toni adalah Satrawan dan pegiat literasi yang karyanya juga telah banyak diterbitkan di berbagai media. 

Puji sebagai pembicara pertama memaparkan tentang “Apresiasi Puisi Genre Soneta”. Ia menilai puisi dengan genre ini belum terkenal di kalangan anak muda, khususnya siswa-siswa SMP yang pernah ia datangi. Puji menuturkan bahwa pelajar tersebut hanya mengenal grup musik dangdut, bukan puisi dengan jenis soneta. Definisi apresiasi sendiri, menurut Puji, adalah kesadaran terhadap nilai dan budaya, penilaian, atau penghargaan terhadap sesuatu. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apresiasi dapat dikaitkan dengan kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik dan permintaan akan barang itu bertambah.

Toni sebagai pembicara kedua saat itu membahas tentang apresiasi cerpen. “Saya pikir, ada dua hal yang menjadi apresiasi cerpen, yakni membaca cerpen dan mendengarkan orang yang membaca cerpen” tegasnya. Berdasarkan kegiatan literasi yang pernah ia lakukan, ia menilai bahwa karakter setiap orang berbeda ketika menikmati sebuah cerpen dan setiap orang memiliki daya tarik tersendiri. Lebih lanjut, Toni berpendapat bahwa apresiasi cerpen adalah pengembaraan ke hutan cerita. Pengembaraan itu membutuhkan suasana yang nyaman agar kita dapat menikmatinya dan tidak akan bisa dilakukan atau dinikmati dengan konsentrasi yang terpecah.

“Apresiasi cerpen pengembaraan ke hutan cerita, membutuhkan suasana yang nyaman agar kita dapat menikmatinya, jika kita terpaksa melakukan itu, misalnya pada situasi yang ribut, bising, maka kita bisa membayangkan sedang berada di taman bunga yang nyaman, sehingga konsentrasi kita lebih tercurah pada apa yang kita baca atau yang kita apresiasi” ungkapnya.

Mencari kedamaian demi memuaskan keinginan dalam mengapresiasi cerpen senada dengan kutipan cerpen A.S. Laksana berikut ini yang dibacakan oleh Toni dengan nada mendayu.

“Ini cerita tentang para pemabuk, tetapi kau bisa mambacanya dengan pikiran tenang menurut caramu sendiri. Jika kau tinggal serumah dengan orang yang bising, kurasa ada baiknya kau menyingkir sebentar dari dia dan mencari tempat yang nyaman bagimu untuk menikmati sedikit waktu. Mungkin kau bisa masuk ke kamar kecil, pura-pura berak. Padahal kau hanya memerlukan ketenteraman hati untuk sebuah cerita dan ketika kau menemukan tempat setenang kakusmu, kau bisa menarik napas yang panjang dan lega. Atau kau tetap bisa menyandingi kebisingan sambil membayangkan dirimu berada di taman bunga. Ini sekadar bagaimana cara kita menata pikiran. Hantu ada, kau tahu, karena kita memikirkannya. Begitupun taman bunga”.

Selanjutnya, Toni menuturkan ada tingkatan dalam apresiasi sastra, yaitu pertama, apresiasi sebagai hiburan. Artinya, pembaca membaca cerpen hanya untuk mengisi waktu luang atau sebagai penikmat. Sesuatu yang dilakukan tanpa beban dan tanpa paksaan. Umumnya, mereka adalah pembaca pemula. Setelah diamati, apresiasi ini akan menjadi jalan pembuka untuk tingkatan apresiasi selanjutnya.

Kedua, apresiasi sebagai jalan proses kreatif. Maksudnya, apresiator mampu membaca cerpen dan tertarik untuk menikmati cerpen itu yang pada akhirnya mereka penasaran dan mencari tahu tentang seluk-beluk cerpen serta lebih fokus dalam menggali informasi tersebut. Hal ini pula yang menjadikan pembaca mencoba untuk menulis cerpen, menulis resensi, atau memanggungkan cerpen tersebut bagi anak teater.

Ketiga, apresiasi sebagai jalan untuk menemukan hikmah. Artinya, setelah mengapresiasi cerpen, mereka mulai menemukan hikmah atau nilai-nilai baru dalam kehidupan. Misalnya, ketika pembaca yang merupakan seorang guru membaca cerpen tentang bagaimana guru menghadapi muridnya, akhirnya pembaca mencoba untuk menerapkan nilai-nilai yang dia dapat dalam cerpen tersebut.

Pada akhir paparannya, pria kelahiran Sumedang ini mengungkapkan ada dua bekal dalam apresiasi sastra, yaitu hati yang riang atau kegembiraan dan kemampuan menguasai bahasa. Kegembiraan dinilai dapat menambah kepekaan diri, hati, dan perasaan kita terhadap isi cerita yang akan diapresiasi. Hal ini berpengaruh juga terhadap kemampuan dalam memahami tokoh-tokoh. Sementara itu, kemampuan menguasai bahasa hanya dapat dimiliki oleh pembaca yang menghadirkan jiwanya dalam bacaan tersebut. Ia akan hanyut dalam setiap kalimat yang tertuang. Pembaca mampu mengambil sari dari setiap cerita kehidupan yang disodorkan oleh pengarang, walaupun cerpen itu fiktif atau terkaan. (DV)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa