Bincang Sastra Bersama Sastrawan 3T Edisi V: Proses Kreatif Menulis Esai Sastra
Bincang Sastra Bersama Sastrawan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) Edisi V dilaksanakan pada Rabu, 15 Juli 2020 oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra. Kegiatan ini merupakan edisi bincang sastra yang terakhir. Tema yang diusung adalah “Proses Kreatif Menulis Esai Sastra” yang merupakan pelengkap dari tema-tema sebelumnya. Kegiatan yang berlangsung selama 2 (dua) jam ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan ditayangkan pula secara langsung melalui kanal Youtube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).
Narasumber pada bincang sastra kali ini adalah Drs. Muh. Abdul Khak, M.Hum. selaku Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra. Beliau menyampaikan perihal kebijakan dan memperkenalkan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra secara lebih luas kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan Widyanuari Eko Putra, seorang sastrawan dari Semarang, Jawa Tengah. Widyanuari terpilih sebagai finalis kegiatan Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T Tahun 2020 yang diadakan oleh Badan Bahasa. Beliau aktif mengikuti berbagai perlombaan. Beliau pernah memenangkan Juara Terbaik 1 Lomba Resensi Milad FLP ke-18 lewat resensi buku “Juragan Haji” karya Helvy Tiana Rosa, 2015.
Bincang Sastra Edisi V diikuti oleh 250 peserta dari berbagai wilayah. Drs. Muh. Abdul Khak, M. Hum. membuka kegiatan secara resmi dan dilanjutkan dengan penyampaian materi. Pada pembukaan disampaikan bahwa bahasa Indonesia harus digunakan dalam kegiatan resmi. Hal itu sudah dirumuskan dalam UUD 1945. Situasi kebahasaan di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa daerah masih lemah. Alangkah lebih baik jika bahasa daerah yang digunakan di rumah tidak tercampur dengan bahasa Indonesia. Beliau juga mengatakan bahwa sikap masyarakat terhadap bahasa Indonesia masih terbilang rendah. Contoh nyatanya seperti penggunaan bahasa asing yang lebih diutamakan dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Diskusi mengenai kebahasaan diikuti dengan khidmat. Antusiasme peserta untuk bertanya perihal kebahasaan sangat tinggi. Beberapa peserta bertanya mengenai penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Ada pula yang bertanya mengenai penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia (bahasa asing). Menurut Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, bahasa Indonesia telah dipersiapkan menjadi bahasa nasional yang bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia. Misalnya, apabila di sebuah daerah terdapat kosakata yang terbatas, bahasa Indonesia digunakan dalam berkomunikasi untuk menambal kekurangan pada bahasa tersebut.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Widyanuari. Beliau menyampaikan materi tentang proses menulis esai sastra. Menurut Widyanuari, esai merupakan campuran antara karya ilmiah dan puisi. Pada saat menulis esai, seorang esais harus punya watak akademisi, tetapi tidak lupa untuk menulis dengan watak-watak puisi. Widyanuari juga memberikan trik untuk memudahkan menulis esai, di antaranya adalah dengan merespons sesuatu, membuat pertanyaan, menyepakati atau tidak menyepakati, dan merasakan adanya sesuatu yang harus diketahui oleh publik.
Diskusi kedua dibuka dengan termin pertama untuk tiga pertanyaan. Beberapa peserta menanyakan penggunaan bahasa Indonesia yang sopan karena banyak siswa saat ini yang tidak menggunakan norma kesopanan pada saat bertanya atau berkomunikasi dengan guru. Menurut Widyanuari, penulisan esai merupakan bagian dari akademik dan sastra. Tujuan dari penulisan esai adalah mengajak pembaca untuk ikut berpikir tentang topik yang ditulis.
Meskipun terdapat kendala sinyal, kegiatan Bincang Sastra edisi V relatif lancar. Peserta sangat berantusias menanggapi materi yang disampaikan oleh narasumber. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya peserta yang menyampaikan pertanyaan baik melalui Zoom maupun Youtube. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tidak disampaikan secara langsung, moderator telah merangkumnya sehingga pertanyaan tetap disampaikan kepada narasumber. Bincang Sastra Edisi V bukan merupakan akhir dari kegiatan kepenulisan sastra yang diadakan oleh Badan Bahasa. Banyak kegiatan lain yang informasinya bisa dilihat pada laman dan akun Instagram Badan Bahasa. Bincang Sastra Edisi V diakhiri dengan berdoa dan berfoto bersama. (HA)