Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T di Kepulauan Aru, Provinsi Maluku
Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) kembali dilaksanakan. Pada tahun 2020 Kepulauan Aru menjadi salah satu wilayah yang terpilih untuk diadakannya residensi oleh sastrawan. Kepulauan Aru adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Maluku, Indonesia. Sastrawan yang terpilih untuk berkarya di wilayah itu adalah Widyanuari Eko Putra (Wiwid), seorang sastrawan asal Purbalingga, Jawa Tengah. Wiwid akan melaksanakan residensi selama 28 hari di Kepulauan Aru. Wiwid ditugaskan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan budaya dan hal apa pun yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah karya sastra. Karya yang dimaksud berupa buku yang diharapkan pula dapat memperkaya bahan bacaan bagi remaja usia SMP dan SMA dalam rangka mendukung upaya gerakan literasi nasional.
Sebelum dilaksanakannya residensi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra mendampingi sastrawan untuk berkoordinasi dengan pihak pemerintah daerah. Perwakilan dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra adalah Novi Sylvia dan Hardika Ajeng Hapsari yang merupakan staf di subkelompok substansi pemasyarakatan sastra. Pendampingan diselenggarakan dalam bentuk kunjungan dan pelaksanaan diskusi kelompok terpumpun (DKT) dengan tokoh/pegiat budaya, pihak dinas pendidikan daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Kunjungan ke kantor pemerintah daerah dilaksanakan pada Selasa—Rabu, 25—26 Agustus 2020. DKT dengan pemangku kepentingan lain dan tokoh masyarakat dilaksanakan pada Rabu, 26 Agustus 2020.
Pelaksanaan DKT Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T di Kepulauan Aru dibuka oleh Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Aru, Muin Sogalrei. Sebelum wakil bupati memberikan sambutan dan arahan terkait kebijakan pemerintah daerah, pihak Badan Bahasa yang diwakili oleh Novi Sylvia menyampaikan informasi tentang Program Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T dan mengenalkan sastrawan yang terpilih melalui tahapan seleksi oleh kurator Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T yang ditunjuk oleh Badan Bahasa. Pihak Badan Bahasa juga menyampaikan hasil yang diharapkan dari program ini, khususnya yang terlaksana di wilayah Kepulauan Aru.
Wakil bupati menyambut baik kedatangan sastrawan di Kepulauan Aru dan memberikan arahan kepada peserta DKT untuk mengiuti diskusi dengan baik dan mendukung program pengiriman sastrawan di Kepulauan Aru dengan sepenuhnya. Wakil bupati juga mengapresiasi tetap terlaksananya program Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T di tengah masa pandemi yang melanda dunia. Saat ini Kepulauan Aru berstatus zona hijau. Wakil bupati menyampaikan upaya mereka adalah dengan memperketat pemeriksaan pada jalur/pintu masuk Kepulauan Aru, baik melalui bandar udara maupun melalui pelabuhan. Di akhir sesi pembukaan, selain menerima cendera mata yang diberikan oleh Badan Bahasa, wakil bupati juga mengajak seluruh peserta untuk foto bersama dengan pose “tolak korona”.
Sebelum memasuki sesi diskusi, sastrawan Wiwid memperkenalkan diri kepada peserta. Peserta DKT berjumlah 17 orang yang secara terperinci merupakan guru pada semua jenjang sekolah (SD hingga SMA), staf dinas pendidikan daerah bidang kebudayaan, aktivis budaya, tokoh budaya, yayasan pengembangan dan pemerhati bahasa, serta pemilik sanggar budaya. Pada kesempatan itu, sastrawan Wiwid juga menceritakan gambaran tentang Kepulauan Aru yang sudah ia peroleh melalui hasil pengamatan sejak sampai di Kepulauan Aru. Contohnya, kesannya pada Pantai Kora. Sastrawan Wiwid mengatakan Pantai Kora adalah tempat dengan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah. Hal itu bukan hanya sekadar pendapat pribadi dia, melainkan juga warganet yang sudah merespons konten gambar yang ia unggah di media sosial miliknya. Sastrawan Wiwid berharap ia dapat lebih mengenalkan dan menggambarkan Kepulauan Aru dengan keindahannya melalui karya berbentuk tulisan.
Sesi diskusi dimoderatori oleh Evi Olivia Kumbangsila, perwakilan dari Kantor Bahasa Maluku. Sebelum memasuk diskusi, moderator mengarahkan setiap peserta untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Tanggapan kepada sastrawan dan pertanyaan yang berkaitan dengan Program Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Daerah 3T dilaksanakan setelahnya. Antusiasme tinggi peserta tampak saat berlangsungnya pelaksanaan diskusi. Peserta membagikan informasi tentang Kepulauan Aru sekaligus mengarahkan langkah yang mungkin bisa diambil oleh sastrawan agar dapat menghasilkan karya terbaik tentang Kepulauan Aru. Budaya, pendidikan, dan literasi keluarga menjadi aspek tersendiri yang menarik perhatian sastrawan Wiwid. Ketiga hal tersebut yang dibahas secara mendalam saat pelaksanaan diskusi.
Di akhir sesi diskusi, moderator menyimpulkan informasi yang sudah didapatkan untuk membantu sastrawan dalam melaksanakan residensi. Setiap peserta DKT juga memberikan informasi nomor kontak yang bisa dihubungi dan tempat yang bisa dikunjungi oleh sastrawan selama pelaksanaan residensi. DKT diakhiri dengan foto bersama oleh seluruh peserta. (NS)