Audiensi Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Kepulauan Sangihe

Audiensi Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Kepulauan Sangihe

Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra melaksanakan kegiatan Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3-T. Program ini dilaksanakan dengan model residensi. Dengan model ini, sastrawan bermukim selama tiga puluh hari di daerah penugasan. Penggalian kekayaan lokal dilakukan dengan cara berkomunikasi, berinteraksi, dan berdiskusi dengan berbagai lapisan masyarakat, komunitas, dan pemerintah daerah. Informasi yang terkumpul tidak sebatas informasi yang terkait dengan tradisi atau budaya lokal, tetapi juga informasi tentang interaksi sosial, perubahan masyarakat, dan masalah-masalah terkini yang sedang terjadi. Dengan data tersebut, sekembalinya dari daerah penugasan, sastrawan menuliskan pengalaman, pengamatan, dan pengetahuannya ke dalam sebuah buku yang akan dicetak oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Pada tahun 2020, kegiatan Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3-T dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2020. Kelima sastrawan terpilih dikirim ke lima wilayah residensi, yaitu Musi Rawas Utara (Sumatra Selatan), Pesisir Barat (Lampung), Berau (Kalimantan Timur), Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), dan Kepulauan Aru (Maluku). Sastrawan melaksanakan residensi pada tanggal 26 Agustus—26 September 2020.

Salah satu rangkaian kegiatan Pengiriman Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3-T adalah audiensi dengan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Audiensi yang bertujuan untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah ini telah dilaksanakan pada Jumat, 28 Agustus 2020 di kantor Bupati Kepulauan Sangihe. Audiensi disambut baik oleh Melachton H. Wolff, S.T., M.E. selaku Sekretaris Daerah Kepulauan Sangihe dan dihadiri oleh asisten sekda I, kepala dinas pendidikan, kepala dinas kebudayaan, kepala dinas perpustakaan, kepala bidang pariwisata, pendeta, pemangku adat, sastrawan, dan budayawan.

Kepulauan Sangihe merupakan tempat lahir sastrawan era pujangga baru, yaitu J. E. Tatengkeng. Selain itu, Kepulauan Sangihe merupakan salah satu kepulauan yang pernah dijajah oleh Jepang. Hal ini terbukti dengan adanya makam raja-raja dan tokoh masyarakat yang dipancung oleh Jepang. Di kabupaten ini banyak sastra lisan dan budaya yang belum pernah didokumentasikan. Para budayawan, sastrawan, dan dinas kebudayaan siap membantu sastrawan menggali informasi tentang Kepulauan Sangihe.

Dengan audiensi ini sastrawan diharapkan dapat menggali sastra, budaya, dan kearifan lokal yang ada di Kepulauan Sangihe. Selain itu, kegiatan sastrawan residensi ini juga diharapkan dapat menjadi pemantik bagi sastrawan muda daerah Kepulauan Sangihe untuk menulis tentang budaya dan sastra daerah. (DE)

 

 

 

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa