Radhar Panca Dahana Meninggal di Usia 56 Tahun

Radhar Panca Dahana Meninggal di Usia 56 Tahun

Radhar Panca Dahana yang dikenal sebagai budayawan dan sastrawan dikabarkan meninggal pada Kamis, 22 April 2021, pukul 20.00 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Dilansir dari Kompas.com, Noorca Massardi sebagai anggota Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) mengonfirmasi kabar meninggalnya pimpinan Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki tersebut.

Kabar kepulangan Radhar di usia 56 tahun ini mengundang haru di kalangan budayawan dan sastrawan. Tidak sedikit yang mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Radhar di berbagai media. Salah satu ucapan belasungkawa datang dari K.H. Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus. Melalui akun Instagram @s.kakung, Gus Mus mengunggah fotonya dengan Radhar beberapa jam setelah Radhar dikabarkan meninggal. Ia memajang foto tersebut dengan takarir, “Innã liLlãhi wainnã ilaihi rãji'?n...Malam ini mendengar berita: satu lagi saudaraku yang baik, Radhar Panca Dahana pulang ke rahmat Allah. Pejuang kebudayaan yang tulus itu wafat di malam baik di bulan baik. Semoga Allah menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala kesalahan-kesalahannya. Allahummaghfir lahu warhamhu wa'ãfihi wa'fu 'anhu... Al-Fãtihah. Semoga keluarga yang ditinggalkannya dianugerahi kekuatan dan ketabahan. Azhzhamallãhu ajrahum wa ahsana azã-ahum.

Radhar lahir di Jakarta, 26 Maret 1965 dari pasangan Radsomo dan Suharti. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini sejak kecil dituntun oleh orang tuanya untuk belajar kapan pun dan senantiasa menghargai waktu.

Radhar tergolong produktif dalam berkarya. Sejumlah esai, kritik, dan karya jurnalis telah ia hasilkan semasa hidupnya. Ia pun sering diundang menjadi pembicara dalam berbagai forum ilmiah, dan orasi budaya, serta pernah diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana untuk memberi masukan perihal kondisi bangsa.

Buku yang pernah ditulisnya antara lain:

1. Homo Theatricus;

2. Menjadi Manusia Indonesia (esai humaniora, 2002);

3. Jejak Posmodernisme (2004);

4. Inikah KitaMozaik Manusia Indonesia (esai humaniora, 2006); dan

5. Dalam Sebotol Coklat Cair (esai sastra, 2007).

 

Radhar juga menulis kumpulan puisi, yaitu Simponi Duapuluh (1988) dan Lalu Waktu (2003) Adapun kumpulan cerpen yang ditulisnya adalah Masa Depan Kesunyian (1995), Ganjar dan Si Lengli (1994), dan Cerita-Cerita dari Negeri Asap (kumpulan cerpen, 2005). Selain itu, ia juga menghasilkan karya berupa kumpulan drama, yaitu Metamorfosa Kosong (2007).

Dari buku-buku yang telah dihasilkannya, Radhar pernah menerima berbagai penghargaan, yaitu Paramadina Award pada tahun 2005, Duta Terbaik Pusaka Bangsa dan Duta Lingkungan Hidup sejak tahun 2004, serta Medali Frix de le  tahun 2007 dari lima belas negara berbahasa Prancis.

Kepiawaian Radhar dalam memimpin Teater Aquilla, Telaga, dan Teater Kosong menjadikannya terpilih sebagai satu di antara lima seniman muda masa depan Asia versi NHK (1996). (AS)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa