Bincang Sastra Lisan Moronene
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara menyelenggarakan kegiatan Bincang Sastra Lisan Moronene dengan tema “Eksistensi Sastra Lisan Moronene dari Masa ke Masa”. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual pada Selasa, 17 November 2020, pukul 09.00—12.00 WITA melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting. Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. (peneliti sastra lisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) dan Ilfan Nurdin, S.Ag., M.Hum. (tokoh adat dan budayawan Moronene).
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr. Herawati, S.S., M.A. menjelaskan bahwa kegiatan bincang sastra lisan yang diadakan tersebut merupakan program lembaga yang dipimpinnya sebagai upaya berbagi informasi dan pengetahuan tentang revitalisasi sastra lisan Moronene.
Tokoh adat dan budayawan Moronene, Nurdin, S.Ag., M.Hum. sangat mengapresiasi Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara dalam upaya pelestarian sastra lisan Moronene. Nurdin menjelaskan bahwa memudarnya praktik sastra lisan di dalam masyarakat berimbas terhadap karakter generasi muda. Banyak anak yang mengalami degradasi kesantunan dalam keseharian. Oleh karena itu, upaya lanjutan berupa penghidupan kembali sastra lisan Moronene sangat diperlukan.
Sementara itu, Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. menjelaskan bahwa bahasa dan sastra bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa dan tata sastra, melainkan khazanah pemikiran berbagai kebudayaan yang mempunyai keunikan masing-masing sebagai refleksi pemikiran dan pengetahuan. Kehilangan bahasa dan sastra berarti kita juga akan kehilangan daya kreativitas dan pemikiran sebagai realisasi kemanusiaan. Peneliti sastra itu juga mengatakan bahwa kepunahan bahasa dan sastra berarti pula kematian kekayaan batin kelompok etnis pengguna bahasa dan pemilik sastra itu.
“Pemilihan model revitalisasi sastra lisan tentu saja bergantung pada situasi dan kondisi dari sastra lisan tersebut. Tidak ada pakem untuk jenis sastra lisan tertentu. Model mana saja diperbolehkan selama menunjang tujuan revitalisasi untuk menggiatkan sastra lisan di daerah tersebut. Aksi revitalisasi sastra lisan pun meliputi berbagai model, seperti dari bengkel sastra, penyusunan buku antologi sastra, alih wahana, atau pertunjukan tradisi lisan. Pertunjukan merupakan aksi reviltalisasi paling fleksibel dan relevan untuk berbagai daerah,” ungkap pakar sastra lisan terserbut.
Kegiatan yang dipandu oleh Rahmawati, S.S., M.Hum. tersebut diikuti oleh lebih dari seratus peserta di ruang virtual. Pada sesi diskusi banyak peserta yang menyampaikan pertanyaan terkait upaya revitalisasi sastra lisan.
Bincang Sastra Lisan Moronene ditutup oleh Heksa Biopsi P.H., S.S., M.Hum. selaku ketua panitia. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan terima kasih kepada narasumber atas pengetahuan yang disampaikan. Ia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Peneliti sastra tersebut juga berharap agar program ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat Sulawesi Tenggara. (Syaifuddin Gani)