Penguatan Jejaring Muda Bahasa dan Sastra Tahun 2020 di Kampung Yoboi

Penguatan Jejaring Muda Bahasa dan Sastra Tahun 2020 di Kampung Yoboi

Sentani, Papua—Balai Bahasa Provinsi Papua bersama Ikatan Duta Bahasa (Ikadubas) Provinsi Papua mengadakan Penguatan Jejaring Muda Bahasa dan Sastra Tahun 2020 di Rumah Baca Yoboi, Sentani, Papua pada Selasa, 17 November 2020.

“Penguatan Jejaring Muda Bahasa dan Sastra Tahun 2020 adalah salah satu kegiatan implementasi kurikulum Reksa Bahasa dan praktik baik literasi kewargaan di Provinsi Papua. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran generasi muda Papua akan pentingnya kecintaan dan pengutamaan bahasa dan sastra Indonesia serta pelestarian bahasa dan sastra daerah dalam kehidupan sehari-hari, " ujar Ummu Fatimah Ria Lestari, Pengkaji Bahasa dan Sastra di Balai Bahasa Provinsi Papua. 

Penguatan Jejaring Muda Bahasa dan Sastra Tahun 2020 diikuti oleh 25 orang pemuda dan pemudi dari Kampung Yoboi; 2 orang mahasiswa dari Fakultas Ekonomi, Universitas Cenderawasih; 10 orang duta bahasa (Dubas) dari Provinsi Papua; dan 4 orang staf di Balai Bahasa Provinsi Papua. Dalam kegiatan tersebut dihadirkan Presenter TVRI Provinsi Papua sebagai narasumber dan Yunita Alanda Monim, Dubas Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2018.

Dalam paparannya, Monim menjelaskan tentang adiwacana (public speaking). Monim mengatakan bahwa kemampuan adiwacana atau berbicara di depan umum dapat berkembang dengan latihan dan praktik. Semakin banyak berlatih, praktik, dan berdoa, semakin meningkat pula kemampuan pengendalian terhadap rasa cemas, takut, dan gugup. Selain itu, ia juga memberikan tips agar pembicara atau komunikator dapat menarik perhatian komunikan atau audiensnya. Tips tersebut adalah berpenampilan yang pantas; mampu mengendalikan diri dan memahami audiens; memiliki kepercayaan diri; menguasai materi; mampu memprediksi dan mengantisipasi hal-hal mungkin terjadi; menjaga kontak mata, gestur, bahasa, dan intonasi; serta mampu menyelipkan humor. 

Selaras dengan Monim, Lestari memberikan pemahaman tentang arti penting “Jaga Bahasa Negara dalam Jejaring Muda”. Komunikasi membutuhkan penggunaan bahasa yang baik dan santun. Bahasa Indonesia menjadi sarana pemersatu dan jati diri bangsa. Oleh karena itu, keberadaannya dan penggunaannya harus diutamakan di setiap ruang publik. 

Salah satu cara menjaga bahasa negara dalam jejaring muda adalah dengan mengimplementasikan semboyan Trigatra Bangun Bahasa. Isi semboyan Trigatra Bangun Bahasa adalah “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing.” Pengutamaan bahasa negara merupakan bagian dari literasi kewarganegaraan sepanjang hayat. Alokasi fungsi bahasa negara wajib hadir di ruang publik dan boleh disertai dengan bahasa lain." 

Pada kesempatan itu, Ella Sanggenafa, Dubas Papua 2019, mengajak peserta bermain untuk meningkatkan konsentrasi dan memotivasi peserta agar mempraktikkan Trigatra Bangun Bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan turut menjadi duta bahasa dengan banyak belajar, berlatih, dan berdoa. (pad)

 

Semangat Literasi di Rumah Baca Yoboi

Kampung Yoboi adalah salah satu kampung yang berada di Kabupaten Jayapura. Kampung itu berada di atas air Danau Sentani dan dapat didatangi dengan menggunakan perahu selama 20 menit dari Dermaga Yahim. Seluruh bangunan di Kampung Yoboi terbuat dari kayu dengan model rumah panggung dan dihiasi beraneka ragam warna dan motif hias. Ragam warna dan motif itu mudah ditemukan di rumah, balai adat (obe), jembatan, dan dermaga. Pemandangan kampung ini sangat elok dengan panorama gunung dan pulau-pulau kecil. Burung bangau dan burung camar pun terbang ke sana dan ke mari mencari ikan, lalu hinggap berdiam di sekitar dermaga. 

Warga Kampung Yoboi mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka juga bercocok tanam bunga, buah, dan sayur di atas air dengan memanfaatkan remah pohon sagu serta beternak babi di daratan dekat kampung dan ikan di sekitar rumah. Ibu rumah tangga di Kampung Yoboi juga banyak yang membuat kerajinan tangan dan anyaman. 

Keindahan Kampung Yoboi belum selaras dengan tingkat literasinya."Tingkat literasi di Kampung Yoboi masih sangat rendah. Hanya anak-anak berpendidikan SD kelas IV ke atas saja yang dapat membaca dan menulis. Anak-anak Kampung Yoboi cenderung menyukai gambar dan kurang menyukai tulisan dengan kalimat panjang. Selain itu, kemampuan daya ingat mereka masih rendah. Itulah alasan yang mendorong saya untuk mendirikan rumah baca," ujar Hanny Felle. 

Felle adalah seorang ibu beranak dua—perempuan asal Kampung Yoboi—pendiri Rumah Baca Yoboi. Pada tahun 2012 Felle mengikuti pelatihan dan pendampingan di kelompok belajar anak (KBA) dari Wahana Visi Indonesia (WVI), yaitu yayasan sosial Kristen yang bekerja untuk membuat perubahan yang berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Selama mengikuti pendampingan, Felle tergerak untuk mendirikan rumah baca agar anak-anak Kampung Yoboi dapat beraktivitas di kampung untuk mengenal lingkungan sekitar, keluarga, dan masyarakat usai mengikuti pendidikan formal di sekolah dan gereja. Akhirnya harapan itu terwujud pada Juli 2018 pada saat Rumah Baca Yoboi resmi berdiri. 

Pada awal berdirinya Rumah Baca Yoboi, Felle banyak memublikasikan rumah baca itu melalui media sosial Facebook dan Instagram. Publikasi media sosial itu pun berbuah manis karena lambat laun pemerintah daerah dan mitra lainnya, baik swasta maupun lembaga sosial masyarakat (LSM) tertarik untuk berkunjung dan menilai keberadaan Rumah Baca Yoboi sebagai aktivitas kemasyarakatan yang positif bagi anak-anak. 

Rumah Baca Yoboi memiliki slogan “Perempuan Kampung Bersuara”. Makna dari slogan tersebut adalah perempuan kampung (ibu rumah tangga) yang berani menyuarakan harapannya agar anak-anak dapat belajar dengan berbagai media yang ada di rumah baca. Di Rumah Baca Yoboi anak-anak belajar mengenal bahasa ibu, budaya, adat istiadat, jenis-jenis ikan di Danau Sentani dan pohon sagu, serta beragam hal yang mencirikan warga Sentani. Anak-anak juga diajak untuk belajar masuk ke hutan untuk membuat dan memutar papeda. 

Pada Oktober 2020 Rumah Baca Yoboi berhasil meraih peringkat pertama untuk kategori perpustakaan daerah dari pemerintah provinsi. Bahan bacaan literasi dinilai cukup lengkap dan kegiatan literasinya  variatif, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Lima keterampilan dasar membaca benar-benar ditanamkan, seperti 1) pengetahuan huruf, 2) kesadaran bunyi, 3) kosakata, 4) kelancaran membaca, dan 5) pemahaman bacaan.

Ones Tokoro, salah satu fasilitator di Rumah Belajar Yoboi, mengatakan bahwa kegiatan literasi di Rumah Baca Yoboi dilaksanakan pada setiap hari Rabu dan Jumat. Kegiatan literasi, khususnya dari Balai Bahasa Provinsi Papua, membantu anak-anak Kampung Yoboi dalam memahami bahasa Indonesia dan meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis anak-anak. Selain itu, kegiatan literasi di Rumah Baca Yoboi membantu anak-anak belajar mengenal alam, bercocok tanam, dan membuat kerajinan tangan seperti anyaman.

Felle menambahkan, "Dengan adanya rumah baca, anak-anak dapat beraktivitas untuk mengenal beragam ilmu yang ada di sekitar. Di sekolah hanya guru yang mengajar, sedangkan pengajar di rumah baca adalah pemerintah atau mitra bervisitasi, seperti Yunita Monim, perempuan Sentani yang dapat memberikan motivasi bagi masyarakat sekitar untuk maju dan sukses.”

Namun, niat baik itu tidak selalu disambut baik. "Orang tua mendukung aktivitas literasi di Rumah Baca Yoboi. Namun, ada beberapa guru yang beranggapan bahwa aktivitas di tempat kami hanya membuat anak-anak bermain saja dan bukan belajar. Meskipun demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk mengajar anak-anak supaya mereka memiliki tingkat literasi yang baik," ujar Tokoro.

Selaras dengan Tokoro, Felle mengatakan bahwa rumah baca dapat menjadi ikon Kampung Yoboi dan Kabupaten Jayapura. Segala yang ada di rumah baca bukanlah milik pribadi, melainkan milik masyarakat di Kampung Yoboi. Ia berharap bahwa semangat literasi rumah baca yang ada di Kampung Yoboi dapat berkembang ke 139 kampung lain yang ada di Kabupaten Jayapura. 

"Pada 2021 saya berkomitmen agar seluruh kampung di Kabupaten Jayapura memiliki rumah baca. Jadi, anak-anak usai sekolah tidak hanya pergi membantu orang tua masuk ke dusun dan hutan. Dengan adanya rumah baca, anak-anak dapat beraktivitas untuk mengenal beragam ilmu yang ada di sekitar. Keluarga dan masyarakat di Kampung Yoboi sangat mendukung. Saya dapat beraktivitas di mana saja karena sebelum melakukan aktivitas bermasyarakat, segala urusan rumah tangga sudah saya bereskan semua. Saya juga berharap bahwa pemerintah pusat dapat memperhatikan aktivitas dan memperkaya bacaan literasi di Rumah Baca Yoboi." (pad)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa