Inovasi Masa Pandemi, Badan Bahasa Luncurkan UKBI Versi Baru
Badan Bahasa--Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (KKLP UKBI), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar peluncuran Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka pada Jumat, 29 Januari 2021. Acara yang disiarkan langsung di kanal YouTube Badan Bahasa dan Kemdikbud RI ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim dan didampingi oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Aminudin Aziz.
Saat melaporkan kegiatan tersebut, Amin mengatakan bahwa UKBI dikembangkan sebagai sebuah tes standar untuk mengetahui kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia oleh Mendiknas melalui SK nomor 52/U/2003. Selanjutnya, tahun 2004 UKBI telah aktif digunakan yang kemudian juga diperbarui dan pada tahun 2011 UKBI telah mendapatkan hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
UKBI yang diberi nama UKBI Adaptif Merdeka 1.0 ini merupakan pengembangan mutakhir dari sistem layanan uji UKBI. UKBI Adaptif ini mengukur kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia yang desain ujinya disesuaikan dengan estimasi kemampuan peserta uji, mulai dari kemahiran yang terendah hingga kemahiran yang tertinggi. UKBI Adaptif dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan pelaksanaan ujinya dilakukan secara daring oleh KKLP UKBI. Kelompok kepakaran ini memberikan layanan pengujian UKBI Adaptif kepada penutur bahasa Indonesia, baik penutur jati maupun penutur asing. Melalui KKLP UKBI, Badan Bahasa berharap dapat memberi layanan kebahasaan dan kesastraan yang profesional kepada semua anggota masyarakat, baik layanan bagi individu maupun bagi institusi atau lembaga dalam hal pengujian kemahiran berbahasa.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama pengembangan UKBI ini adalah untuk memotret kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia lintas performa dengan cepat, tepat, dan efisien. Pemutakhiran UKBI ke dalam bentuk adaptif akan membuka peluang bagi penutur bahasa Indonesia yang lebih luas untuk mengikuti UKBI, termasuk kalangan profesional berbagai bidang dan pemelajar asing yang selama ini kesulitan mengikuti UKBI karena harus mengikuti satu paket uji lengkap yang kurang sesuai dengan estimasi kemahirannya. Hal itu menyebabkan unsur tebak-tebakan menjadi tinggi karena soal-soal tidak dipahami pada level kemahirannya. Pada UKBI Adaptif, soal akan berhenti pada saat peserta uji sudah berada pada ambang kemahirannya. Hal ini terlihat dari jawaban peserta terhadap paket-paket soal yang diberikan dan jawaban tersebut dianalisis secara otomatis dengan menggunakan algoritma komputer.
Amin menyebutkan bahwa salah satu alasan UKBI ini diluncurkan adalah sebagai respons terhadap masa pandemi yang menuntut kita untuk terus berinovasi, mengurangi aktivitas bersemuka seperti UKBI sebelumnya, dan mendukung program 3M dalam pencegahan pandemi. Ia juga menyebutkan bahwa sebelum diluncurkan, validitas dan reliabilitas setiap butir soal UKBI Adaptif ini telah diuji. Kemudian, butir soal tersebut diujicobakan kepada para pemelajar bahasa Indonesia, baik penutur jati maupun penutur asing, yang berjumlah lebih dari 2.000 orang. Uji coba tersebut bukan hanya kepada para pelajar, melainkan juga kepada para profesional yang diyakini akan menjadi pengguna UKBI Adaptif ini ke depan. Pada penutup sambutannya, Aminudin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah aktif dalam mengembangkan UKBI ini. Ia pun berharap agar penggunaan UKBI Adaptif sebagai salah satu alat uji sesungguhnya ini dapat membina, merawat, dan memartabatkan bahasa negara, yaitu bahasa Indonesia.
Senada dengan hal tersebut, Mendikbud menyambut baik inovasi ini saat membuka acara. Ia berterima kasih kepada Badan Bahasa yang telah bekerja keras dalam meningkatkan layanan kebahasaan kepada masyarakat melalui produk UKBI. “Saya melihat telah banyak dilakukan berbagai inovasi dalam hal pengembangan, pembinaan, dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia. Hal ini diharapkan dapat bermuara pada layanan yang profesional di bidang kebahasaan dan kesastraan dalam konteks pembinaan kepada penutur bahasa Indonesia dan ini adalah salah satu bentuk keberhasilan pemerintah dalam kemajuan kebahasaan dan kesastraan” tutur Nadiem.
Nadiem berharap UKBI Adaptif Merdeka ini dapat memberikan dampak positif kepada penutur bahasa Indonesia dari berbagai kalangan. “Saya harap UKBI ini dapat meningkatkan aspirasi dalam memahami dan mempelajari bahasa Indonesia, menghasilkan berbagai karya tulis dan digital berbahasa Indonesia, juga melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam membawa bahasa Indonesia ke kancah internasional,” ungkapnya.
Sebagai informasi, hasil UKBI ini direpresentasikan ke dalam skor dan predikat, yaitu Terbatas, Marginal, Semenjana, Madya, Unggul, Sangat Unggul, dan Istimewa. Hasil uji disampaikan kepada peserta uji dalam bentuk sertifikat digital. Sistem UKBI Adaptif Merdeka memiliki berbagai keunggulan, di antaranya adalah sistem uji yang menggunakan platform teknologi mutakhir berbasis internet seturut perkembangan teori tes yang berupa multi stage adaptif testing (MSAT), memiliki tingkat keandalan tinggi dengan analisis butir berdasarkan IRT (item respons theory), dan disajikan dalam bentuk yang ramah pengguna. UKBI Adaptif Merdeka dapat mengukur kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. (DV)