Badan Bahasa Targetkan 100.000 Pemelajar Baru BIPA pada Tahun 2024

Badan Bahasa Targetkan 100.000 Pemelajar Baru BIPA pada Tahun 2024

Dalam rangka mengupayakan strategi dan praktik diplomasi untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Fasilitasi Pengembangan Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) pada Rabu, 17 Februari 2021.

Pertemuan tersebut diadakan secara daring atas fasilitasi dari Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan dihadiri oleh pejabat perwakilan RI dari 48 negara. Selain bertujuan untuk membicarakan fasilitasi BIPA, kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membahas negara-negara lain yang bernilai strategis bagi Indonesia untuk mengembangkan program tersebut, baik dari aspek politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Adapun jenis fasilitasi yang dibicarakan adalah yang berkaitan dengan penyediaan bahan ajar BIPA, penyediaan bahan fasilitasi pembelajaran BIPA, penyelenggaraan forum ilmiah dan bimbingan teknis, serta penyediaan media terpadu layanan profesional ke-BIPA-an melalui laman BIPA Daring.

Sebelumnya, pada akhir tahun 2020 tercatat sebanyak 355 lembaga penyelenggara program BIPA di 41 negara dengan total 72.746 pemelajar. Dari jumlah tersebut, Badan Bahasa telah memfasilitasi 146 lembaga di 29 negara. Angka tersebut menjadi bukti bahwa minat warga asing terhadap bahasa Indonesia terus meningkat di berbagai belahan dunia. Capaian tersebut tidak terlepas dari hasil koordinasi antara Badan Bahasa dan berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Setelah melihat perkembangan yang sedemikian pesat, Teuku Faizasyah selaku Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kemenlu, menyambut baik pertemuan tersebut dan mengatakan bahwa bahasa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bahasa internasional dan meningkatkan daya saing bangsa. Ia menilai bahwa pemerintah dan perwakilan RI di negara akreditasi memiliki peran yang sangat strategis melalui pengembangan program BIPA.

“Bahasa persatuan kita ini memiliki potensi besar untuk menjadi bahasa internasional dan meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu, pemerintah dan perwakilan RI di negara akreditasi memiliki peran yang sangat strategis melalui pengembangan program BIPA ini. Kita harus memperhatikan keberagaman karakteristik di masing-masing negara, dan membutuhkan pendekatan antisipatif dan adaptif untuk mengatasi keberagaman tersebut,” tuturnya.

Lebih lanjut, Teuku berharap agar para perwakilan RI di luar negeri dapat memanfaatkan pertemuan tersebut dengan baik serta dapat meningkatkan sinergi guna menjawab tantangan pengajaran BIPA yang ada pada kemudian hari.

Acara yang dipandu oleh Sri Nurasiawati ini dibagi menjadi dua sesi berdasarkan wilayah, yakni sesi pertama untuk kawasan Asia Tenggara, Asia Pasifik, dan Afrika yang dilaksanakan pada pukul 14.00—16.00 WIB dan sesi kedua untuk kawasan Amerika dan Eropa pada pukul 19.00—21.00 WIB. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menargetkan 100.000 pemelajar baru pada tahun 2024 mendatang.

Amin menegaskan bahwa target tersebut bukanlah sekadar khayalan, melainkan target besar yang terus diupayakan sebagai target yang realistis karena Badan Bahasa telah menandatangani kontrak bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencapai target yang sudah dimulai pada tahun 2021 ini.

“Bapak dan Ibu sekalian, ini adalah bentuk komitmen kita bersama Mas Menteri yang akan menargetkan jumlah siswa baru meningkat sebanyak 100.000 orang di tahun 2024 mendatang. Ini bukanlah sekadar mimpi, tetapi adalah target yang harus direalisasikan,” tegasnya.

Langkah Apa yang Akan Dilakukan untuk Mencapai Target Tersebut?

Selain memperkuat kerja sama dengan perwakilan Indonesia yang ada di luar negeri, Amin mengatakan bahwa ada dua program prioritas. Program pertama adalah BIPA Teaching Fellowship atau BIPA Bestari. Program tersebut dilakukan dengan memberdayakan alumni Darmasiswa BIPA untuk menjadi pengajar BIPA di negaranya, merekrut guru BIPA yang ada di negara akreditasi, serta mengirimkan guru BIPA ke luar negeri. 

Program kedua adalah Beasiswa BIPA. Program ini memiliki skema yang sama seperti beasiswa Darmasiswa RI, tetapi khusus BIPA. Kedua program tersebut dibagi menjadi dua tahap, yakni mempelajari ke-BIPA-an (6 bulan) dan metodologi pengajaran (6 bulan) serta menjalani kontrak untuk mengajarkan BIPA di negara masing-masing.

“Kita memiliki dua program prioritas, yakni BIPA Teaching Fellowship atau BIPA Bestari, program kedua adalah Beasiswa BIPA. Program ini memiliki skema yang sama seperti beasiswa Darmasiswa RI, tapi khusus BIPA. Mereka yang sudah mendapatkan beasiswa ini akan menjalani kontrak sebagai guru BIPA setelah kembali ke negaranya,” tegas Amin.

Selain itu, Badan Bahasa membentuk Kelompok Kepakaran dan  Layanan Profesional (KKLP) BIPA sebagai strategi reformasi pengembangan BIPA secara internal di lingkungan Badan Bahasa dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.

Bagaimanakah Peluang Pengembangan BIPA di Luar Negeri?

Dalam paparannya, Amin juga mengulas peluang yang dapat dijadikan sarana pengembangan BIPA. Peluang pertama adalah pemanfaatan atase pendidikan dan kebudayaan (atdikbud) di 17 negara akreditasi dan perwakilan Indonesia di lebih dari 30 negara. Peran atdikbud dan perwakilan RI ini dinilai sangat berpotensi untuk pengembangan BIPA, apalagi selama ini Badan Bahasa sangat berkomitmen untuk menggaungkan bahasa Indonesia di kancah internasional melalui kerja sama dengan atdikbud dan perwakilan Indonesia di luar negeri.

Peluang kedua adalah pemanfaatan komunitas pecinta budaya Indonesia, terutama alumni penerima beasiswa Darmasiswa RI. Keberadaan komunitas ini tentu saja menjadi peluang besar untuk perkembangan BIPA di luar negeri karena penerima beasiswa ini adalah orang asing yang sudah pernah tinggal di Indonesia dan mengetahui seluk-beluk Indonesia sehingga pengetahuan tersebut dapat dikembangkan di negaranya. Beasiswa Darmasiswa telah dimulai sejak tahun 1974 dan tentunya sudah sangat banyak alumni penerima beasiswa yang akan membantu perkembangan BIPA dengan harapan atdikbud atau perwakilan RI bersedia untuk memberdayakan mereka.

Fasilitas Apa yang Diberikan Selama Pandemi?

Masa pandemi belum berakhir, tetapi program BIPA akan terus dikembangkan. Pengiriman guru BIPA dihentikan untuk sementara waktu hingga masa pandemi kondusif sebab Amin dan pihaknya tidak ingin mengambil risiko jika tetap mengirimkan guru BIPA ke luar negeri. Menurutnya, akan merepotkan pihak di negara sasaran jika guru yang dikirimkan terpapar virus korona. Kendati demikian, Badan Bahasa sebagai lembaga yang sudah berkomitmen untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia mengupayakan hal tersebut dengan sistem pembelajaran secara daring. Setiap negara yang membutuhkan guru akan terus difasilitasi.

Bagaimanakah Respons Perwakilan RI terhadap Fasilitasi Ini?

Diskusi yang berjalan alot tersebut menuai berbagai kritikan, masukan, dan juga harapan. Tentunya segala hal yang disampaikan akan menjadi pertimbangan demi peningkatan muruah bahasa Indonesia di mata dunia. Beberapa harapan muncul, di antaranya dari Atdikbud pada KBRI di Kairo, Bambang Suryadi. Ia menuturkan bahwa perkembangan bahasa Indonesia di Mesir sangat pesat. Setiap tahunnya peminat BIPA terus bertambah. Namun, karena keterbatasan waktu dan tempat, tidak semua pendaftar dapat ditampung. Lokasi pengajaran BIPA berada di Sekolah Indonesia Cairo, khususnya di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin). Pada siang hari lokasi tersebut digunakan sebagai sekolah, sedangkan pada sore hingga malam hari digunakan untuk pengajaran BIPA. Ia berharap bahwa pada masa depan akan ada solusi terkait dengan tingginya minat masyarakat di Mesir untuk belajar bahasa Indonesia. Selain itu, ia juga berharap bahwa guru yang sudah mengabdi dalam pengajaran BIPA dapat difasilitasi secara penuh oleh Badan Bahasa.

“Setiap tahunnya peminat BIPA terus bertambah. Namun, karena keterbatasan waktu dan tempat, tidak semua pendaftar dapat ditampung. Lokasi pengajaran BIPA bersamaan dengan sekolah Indonesia, seperti di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin). Siang hari lokasi ini akan digunakan untuk sekolah Indonesia, sedangkan dari sore hingga malam akan digunakan untuk siswa BIPA. Saya berharap, di masa depan akan ada solusi terkait tingginya minat masyarakat Mesir untuk belajar bahasa Indonesia. Selain itu, Saya harap guru yang sudah mengabdi dalam pengajaran BIPA tersebut, dapat difasilitasi secara penuh oleh Badan Bahasa,” ungkapnya.

Selain itu, perwakilan dari KBRI di Sofia menyampaikan harapan yang sama dengan perwakilan dari KBRI di Moskow. Pihaknya menginginkan masa bertugas yang panjang bagi guru BIPA yang dikirimkan ke negaranya mengingat kebutuhan akan adanya guru BIPA tidak hanya untuk tingkat sekolah, tetapi juga untuk tingkat perguruan tinggi. Pergantian guru BIPA secara berkala dengan waktu yang singkat (6 bulan) dirasa kurang efektif sebab tiap murid harus menyesuaikan diri dengan guru baru sehingga hal itu dinilai akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis pemelajar.

Permintaan yang serupa juga datang dari perwakilan Indonesia di Turki, Dion Swasono, yang negaranya baru saja meluncurkan program BIPA pada awal Februari lalu. Menurut Dion, jumlah pendaftar program unggulan tersebut di luar dugaan karena sangat membeludak. Bahkan, pihak KBRI di Ankara sempat kewalahan dengan banyaknya pendaftar karena tidak semuanya bisa ditampung di kelas perdana. Ia menilai bahwa warga negara Turki banyak yang tertarik dengan Indonesia sehingga itulah salah satu faktor mengapa jumlah pendaftar program tersebut di luar dugaan. Dion berharap bahwa ke depan guru BIPA yang dikirim ke Turki bisa berbahasa Turki sehingga dapat membuat interaksi di kelas lebih nyaman sebab tidak semua warga Turki bisa berbahasa Inggris. Rencananya kelas perdana akan dimulai pada tanggal 24 Februari 2021.

“Terima kasih atas pertemuan ini. Saya menyambut baik segala ide yang direncanakan. Kami baru saja membuka program BIPA jadi belum berpengalaman dalam hal ini. Peserta yang mendaftar sangat banyak dan itu semua di luar dugaan kami di KBRI Ankara. Saya berharap, pengajar BIPA yang akan dikirim ke Turki bisa berbahasa Turki sehingga interaksi di kelas lebih nyaman sebab tidak semua warga Turki yang bisa berbahasa Inggris,” pintanya.

Selain itu, perwakilan KBRI di Bangkok juga turut aktif dalam diskusi. Ia memandang BIPA sebagai pelajaran yang banyak diminati, khususnya di tingkat perguruan tinggi. Minat tersebut harusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal apalagi pada masa pandemi. Pembelajaran daring yang menjadi strategi pendukung harus dilaksanakan dengan pemanfaatan teknologi yang baik dan inovasi-inovasi yang menarik. Hal itu berkaitan dengan pengamatan KBRI di Bangkok selama ini. Warga Thailand yang mempelajari bahasa Indonesia sangat suka belajar melalui lagu-lagu Indonesia dan proses kreatif lainnya. Ia berharap bahwa hal itu tetap berjalan meskipun belajar secara kreatif dan menarik hanya dilakukan melalui sarana virtual.

“Kami sangat mendukung program-program yang direncanakan oleh Kemendikbud dan Kemenlu. Sejauh ini, kami melihat BIPA merupakan pelajaran yang banyak diminati, khususnya tingkat perguruan tinggi. Minat tersebut harusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal apalagi di masa pandemi. Pembelajaran daring yang menjadi strategi pendukung harus dilaksanakan dengan pemanfaatan teknologi yang baik dan melalui inovasi-inovasi yang menarik. Hal itu berkaitan dengan pengamatan KBRI Bangkok selama ini bahwa warga Thailand yang mempelajari bahasa Indonesia sangat suka belajar melalui lagu-lagu Indonesia dan proses kreatif lainnya. Kami berharap, hal itu tetap berjalan secara kreatif dan menarik meskipun belajar melalui sarana virtual,” ungkapnya.

Harapan lain juga muncul, khususnya terkait dengan peluang kerja bagi warga asing yang sudah mempelajari bahasa Indonesia. Harapan tersebut seharusnya juga menjadi perhatian.  Mereka yang berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia juga berharap suatu hari bisa bekerja dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian, hendaknya Badan Bahasa dapat mempertimbangkan keinginan pemelajar BIPA yang membidik karier melalui bahasa Indonesia dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Setelah melihat banyaknya permintaan dan harapan dari perwakilan RI, Amin berkomitmen akan terus mengupayakan fasilitasi tersebut sehingga program BIPA dapat diselenggarakan dengan baik dan bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional yang makin banyak diminati.(DV)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa