Penelusuran Kosakata Bahasa Sunda Khas Kota Bogor
Perkembangan Kota Bogor yang begitu pesat hingga saat ini menyebabkan perubahan pada situasi dan kondisi kebahasaan masyarakatnya. Hal ini tidak terlepas dari letak geografis Kota Bogor yang berdekatan dengan ibu kota Indonesia, yaitu Provinsi DKI Jakarta. Kepadatan penduduk di Jakarta pun telah melebar hingga ke Kota Bogor, khususnya pada sektor perumahan. Dalam hal ini, perumahan yang semakin menjamur di Kota Bogor mengakibatkan laju pendatang tidak tertahankan. Banyaknya pendatang yang bermukim di Kota Bogor ini mengubah tatanan sosial, budaya, dan bahasa masyarakat setempat. Oleh karena itu, Mardi Nugroho dan Satwiko Budiono dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra melakukan verifikasi pemetaan bahasa di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat untuk menelusuri kosakata bahasa Sunda khas Kota Bogor. Penelusuran ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober—1 November 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dari Kementerian Kesehatan. Selain itu, kegiatan ini juga dibantu oleh Susantiningsih dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor sebagai pendamping lapangan.
Hal pertama yang dilakukan pada saat tiba di Kota Bogor adalah koordinasi dengan Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Koordinasi bertujuan untuk mendapatkan data bahasa dominan setiap kelurahan di Kota Bogor. Data bahasa tersebut berguna untuk menentukan variabel bahasa apa yang akan diambil dalam kegiatan verifikasi pemetaan bahasa di Kota Bogor. Berdasarkan hasil pendataan potensi desa tahun 2018, Badan Pusat Statistik Kota Bogor mencatat bahwa bahasa Sunda menjadi bahasa dominan setiap kelurahan di Kota Bogor. Selain bahasa Sunda, pemakaian bahasa Melayu Betawi juga terdapat di Kota Bogor. Namun, pemakaian bahasa Melayu Betawi tidak mendominasi tingkat kelurahan, tetapi kecamatan. Setelah berkoordinasi dengan BPS Kota Bogor, pelaksana kegiatan melanjutkan koordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor untuk meminta rekomendasi informan yang menguasai kosakata bahasa Sunda khas Kota Bogor. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor tentu lebih mengetahui kondisi masyarakat sehingga pemilihan informan tidak akan jauh melenceng dari sasaran kegiatan.
Iis Ustiyah, Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor mengatakan bahwa Kecamatan Bogor Barat dapat dijadikan daerah pengamatan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan verifikasi pemetaan bahasa di Kota Bogor. Dari semua kecamatan, Bogor Barat memiliki banyak pegiat seni dan budaya khas Bogor. Pegiat tersebut pasti merupakan penduduk asli Kota Bogor yang menggunakan bahasa Sunda khas Kota Bogor. Menurut Iis, salah satu pegiat yang dapat dijadikan informan adalah Ki Drajat, pegiat wayang bambu di Kampung Cijahe, Kelurahan Curugmekar, Kecamatan Bogor Barat. Dalam berbagai pertunjukan wayang bambu, Ki Drajat kerap tampil menggunakan bahasa Sunda khas Bogor agar dekat dengan masyarakat dan melestarikan bahasa khas setempat yang berbeda dengan bahasa Sunda standar di Bandung.
Kondisi Kota Bogor yang sudah banyak pendatang menyebabkan masyarakat asli dan pendatang sulit dibedakan, apalagi sebagian besar pendatang juga dapat berbahasa Sunda. Jika tidak berhati-hati, informan yang dipilih adalah pendatang, walaupun ia dapat berbahasa Sunda. Dengan demikian, pegiat seni dan budaya menjadi tumpuan atau pilihan dalam menelusuri kosakata bahasa Sunda khas Kota Bogor. Pegiat seni dan budaya ini setidaknya masih melestarikan dan mempertahankan penggunaan kosakata bahasa Sunda khas Kota Bogor yang mungkin dirasa kasar oleh sebagian besar masyarakat Sunda pada umumnya. Hal tersebut tercermin dari anggapan masyarakat yang menyebutkan bahwa masyarakat Kota Bogor itu babasan heuras genggerong. Makna dari istilah tersebut adalah masyarakat Kota Bogor menggunakan pemilihan kata yang kasar dan dapat menyakiti hati mitra tuturnya walaupun niatnya tidak seperti itu. Kondisi tersebut terjadi karena perbedaan kebiasaan dalam komunikasi. Masyarakat Kota Bogor biasa menggunakan diksi dari bahasa yang digunakan terhadap teman sebaya atau teman akrab. Hal itu berbeda dengan bahasa Sunda priangan yang memiliki diksi lebih hormat, terutama jika penutur menggunakannya pada orang yang baru dikenal.
Kekhasan penggunaan bahasa Sunda khas Bogor tersebut didokumentasikan oleh pelaksana kegiatan dengan menanyakan penggunaan bahasa sehari-hari mulai dari kosakata, frasa, klausa, hingga kalimat sederhana. Sebanyak 1.200 tanyaan ditanyakan oleh pelaksana kegiatan kepada informan. Seribu dua ratus tanyaan tersebut terdiri atas kosakata dasar Swadesh, kosakata bagian tubuh, kosakata sistem kekerabatan, kosakata gerak dan kerja, kosakata kata tugas, dan kosakata budaya lainnya. Dengan kosakata-kosakata yang ditanyakan tersebut, kekhasan kosakata bahasa Sunda di Kota Bogor dapat ditelusuri. Dengan demikian, perbedaan pemakaian bahasa Sunda di Kota Bogor dengan daerah lain di Provinsi Jawa Barat dapat dibuktikan secara ilmiah melalui bukti linguistik dari data kosakata yang ditanyakan. Namun, karena keterbatasan waktu dan tenaga, kegiatan verifikasi pemetaan bahasa di Kota Bogor kali ini masih sebatas pendokumentasian bahasa di lokasi pada tingkat kecamatan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor dapat melanjutkan kegiatan verifikasi pemetaan bahasa di Kota Bogor pada tingkat kelurahan sehingga pemakaian bahasa di Kota Bogor dapat terekam atau terdokumentasikan secara komprehensif. (SB)