Tiga Program Prioritas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek
Mataram, 16 Juni 2022 — Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) E. Aminudin Aziz menyampaikan tiga program
prioritas Badan Bahasa pada kuliah umum di Aula Kampus Universitas Muhammadiyah
Mataram, Nusa Tenggara Barat, dengan tema Arah Baru Politik Bahasa, pada Kamis,
(16/6). Tiga program prioritas tersebut yaitu Literasi Kebahasan dan Kesastraan,
Pelindungan Bahasa dan Sastra, dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia.
Literasi Kebahasan dan Kesastraan, kata E. Aminudin Aziz,
sesungguhnya berbicara tentang segala macam yang terkait dengan penggunaan
kapasitas intelektual manusia. “Ketika kita diberikan atau disajikan teks atau
nonteks, lalu kita bisa membacanya secara kritis, kemudian kita menggunakan
untuk kecakapan hidup kita, itu adalah literasi. Jadi ketika kita berbicara
literasi sesungguhnya berbicara tentang seluruh kepentingan hidup kita,” jelas
Kepala Badan Bahasa.
Sementara itu, berbicara tentang Pelindungan Bahasa dan
Sastra, kata Aminuddin, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah, dan Provinsi
Papua memiliki bahasa daerah yang paling banyak yaitu 428 bahasa. “Status
bahasa daerah saat ini per tahun 2019, 11 bahasa daerah sudah punah dan terjadi
penurunan tingkat vitalitas bahasa. 21 bahasa sudah mengalami kerentanan
terancam punah,” ungkapnya.
Untuk itu, bahasa daerah atau bahasa ibu berfungsi emotif.
Artinya, kata Aminudin, bahasa daerah sebagai pengungkap rasa, memiliki fungsi
politis, memiliki fungsi estetis, memiliki fungsi medis, dan fungsi ekonomis.
“Bahasa daerah bisa dipakai untuk membuat karya-karya sastra daerah, ada sastra
lisan, ada sastra tulis, seperti pantun dan sebagainya. Bahasa daerah ini
adalah kekayaan kita bangsa Indonesia, karena ada pengetahuan dan ada kearifan
lokal,” tuturnya.
Selanjutnya, berbicara Internasionalisasi bahasa Indonesia,
lanjut Aminudin, ada satu pasal dalam Undang-undang Nomor 24 tentang keharusan
bahasa Indonesia dipromosikan menjadi bahasa internasional. “Bahasa Indonesia
memperkaya diri dengan meminjam, mengambil bahasa-bahasa dari bahasa daerah di
seluruh Indonesia, serta ditambahkan bahasa-bahasa asing seperti bahasa
Belanda, Cina, Arab, Jepang, Korea, dan berbagai macam bahasa asing lainnya,”
tuturnya.
Bahasa Indonesia, lanjut Aminudin, merupakan pengayaan dari
bahasa daerah dan pengayaan dari bahasa asing. Bahasa asing adalah bahasa yang
bisa digunakan dalam pendidikan dan menjadi sumber bagi pengayaan bahasa
Indonesia. Untuk itu, terkait bahasa Indonesia akan terus diperjuangkan menjadi
bahasa internasional. “Ini adalah politik baru kita, melalui perencanaan bahasa
Indonesia, antara lain perencanaan status, perencanaan korpus, perencanaan pemerolehan,
dan perencanaan wibawa/pemartabatan,” jelas Kepala Badan.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram,
Arsyad Abd. Gani dalam sambutannya menjelaskan bahwa materi kuliah umum arah
baru politik bahasa sangat penting untuk menyiapkan calon pendidik yang
mempunyai keterampilan berbahasa agar mengemban amanah mulia di tengah
masyarakat dalam mendidik generasi bangsa. "Ketika saya membimbing skripsi
mahasiswa itu yang paling banyak masalah adalah persoalan bahasa. Seperti
mengatur tata bahasa, Saya melihat mahasiswa itu masih banyak kelemahan,”
ungkap Rektor Arsyad saat membuka secara resmi kuliah umum.
Arsyad juga menjabarkan bahwa hubungan bahasa dengan
masyarakat menjadi kajian menarik untuk memberikan deskripsi keterkaitan aspek
kebahasaan, sosiologi, bahkan politik. “Kajian kebahasaan sosiolinguistik untuk
membedah diplomasi kebahasaan tampaknya tak sampai menyentuh kerangka strategi
interaksi dan interrelasi yang berkaitan dengan negara. Sementara itu, kajian
sosial politik berada dalam ruang lingkup kajian mata rantai politik dan
masyarakat serta struktur politik tanpa melibatkan aspek linguistik,” tuturnya.
Oleh karena itu, untuk membedah arah baru politik bahasa,
lanjutnya, perlu pendekatan baru, agar dapat mengupas berbagai fenomena terkait
diplomasi kebahasaan tersebut. “Semoga kuliah umum ini, kita sebagai civitas
akademika di lingkungan UMM dapat memahami berbagai fenomena kebahasaan dalam
ruang lingkup kajian mata rantai arah baru politik bahasa dan dapat kita
implementasikan dalam pengajaran dan pendidikan bahasa Indonesia di perguruan
tinggi,” pungkasnya.
Dalam kuliah umum ini, turut hadir Kepala Kantor Bahasa Nusa
Tenggara Barat, Retno Hardiningtyas; Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Guru Sekolah Dasar, serta Dosen dan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Mataram. {Nov/Mery)
Biro Kerja Sama
dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat
Jenderal
Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman:
kemdikbud.go.id
Twitter:
twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram:
instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook:
facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube:
KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan
Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id