Revitalisasi Sastra Lisan Bageroq dan Ulan Odak sebagai Pewarisan Ilmu Tradisi kepada Generasi Muda di Sumbawa
Sumbawa--Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara
Barat menyelenggarakan kegiatan Revitalisasi Sastra Lisan Bageroq dan Ulan Odak di Desa Lopok Beru, Kecamatan
Lopok, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Revitalisasi sastra
lisan merupakan program unggulan Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Episode ke-17 Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan revitalisasi sastra ini dilakukan
melalui beberapa tahapan, yaitu rapat koordinasi, pelatihan, dan pementasan
yang berlangsung sejak tanggal 27 Juni--1 Juli 2020
Sebanyak 22 orang penutur muda pada
jenjang sekolah menengah umum dengan empat guru master terlibat dalam kegiatan
revitalisasi tersebut. Sastra lisan bageroq
dan ulan odak ini direvitalisasi karena
sastra lisan tersebut sudah tidak lagi dijumpai dalam kehidupan masyarakat
pemiliknya. Ketua tim revitalisasi sastra lisan ini, Kasman, mengatakan bahwa hasil
kajian vitalitas menunjukkan bahwa sastra lisan bageroq dan ulan odak hampir
punah. Hal itu terbukti dengan tidak adanya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat pemiliknya terkait dengan apa itu bageroq dan ulan odak,
bagaimana penerapannya, dan lain-lain. Sastra lisan bageroq dan ulan odak ini
hanya diketahui oleh penutur bahasa Samawa usia lanjut. Di Desa Lopok Beru
hanya ada satu laki-laki yang menguasai bageroq
dan tiga orang perempuan usia dewasa yang menguasai ulan odak.
Regenerasi penutur sastra lisan melalui pelatihan
yang dilakukan dengan cara belajar bersama maestro sastra lisan bageroq dan ulan odak ini sudah dimulai pada bulan Mei 2022. Sejak bulan Mei
sampai dengan bulan Juni akhir, mereka berlatih bersama maestro. Setelah itu,
tim revitalisasi dari Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat turun ke
lapangan untuk melakukan pelatihan dan pementasan revitalisasi sastra lisan bageroq dan ulan odak. Hari pertama, para peserta berlatih bersama seorang
maestro utama dan pada hari kedua peserta berlatih bersama tiga orang maestro.
Namun, sebelum pelatihan pada hari kedua, para maestro memberikan pemahaman
singkat kepada peserta terkait apa dan bagaimana budaya bageroq dan ulan odak dalam
masyarakat Sumbawa.
Manurut salah seorang maestro, Zakaria
Surbini, A.Md., secara etimologi, kata ho
ham yang diucapkan oleh para peserta berasal dari kata hu yang merupakan penggalan kata ‘Allahu’ dan ham yang merupakan penggalan dari kata ‘Muhammad Rasulullah’.
Selain itu, lawas (syair) yang
dilantunkan oleh para wanita dalam ritual ulan
odak sesunguhnya merupakan lawas sakral
yang tidak boleh diganti dan harus sesuai dengan pakem yang ada.
Revitalisasi sastra lisan yang
dilaksanakan oleh tim dari Kantor Bahasa Provinisi Nusa Tenggara Barat
merupakan pelaksanaan dua bentuk sastra lisan secara bersama dalam satu peristiwa
pernikahan yang berisi doa-doa. Biasanya sastra lisan ini dibawakan dengan
khidmat agar pelaksanaan pernikahan dapat berjalan dengan baik dan kedua
mempelai kelak menjadi keluarga sakinah, mawadah, warrahmah. Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Bahasa Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Dr. Puji Retno Hardiningtiyas, M.Hum., menyampaikan materi
terkait dengan pentingnya revitalisasi sastra lisan daerah. Namun, dalam
pelaksanaan revitalisasi ini, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat tentu
tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dari pemeritah dan masyarakat
setempat. Pemateri terakhir berasal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Sumbawa. Dalam paparannya, Sutan Sahrir, S.Sos., menyampaikan bahwa
program Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan program yang
sangat penting karena sastra lisan yang ada dan dimiliki masyarakat Sumbawa
adalah kekayaan yang tidak dapat dinilai dengan uang. Oleh karena itu, sebagai
perwakilan dari pemerintah daerah, pihaknya tentu harus memikirkan ruang gerak
sastra lisan dan bahasa daerah Samawa untuk dapat diintegrasikan sebagai muatan
lokal di sekolah-sekolah.
Sejalan dengan hal itu, pendamping
kegiatan revitalisasi sastra dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan
Sastra, Radityo Gurit, S.S., menyampaikan pandangannya terkait dengan kegiatan
revitalisasi sastra lisan bageroq dan
ulan odak yang ada di Kabupaten
Sumbawa. Proses pewarisan sastra lisan dari maestro kepada generasi muda perlu
dilakukan secara bertahap. Artinya, kegiatan ini diharapkan akan terus
berlanjut sampai sastra lisan ini berkembang di tengah masyarakat dan digunakan
kembali di komunitas pemiliknya. Pewarisan ini tidak hanya dilakukan sekali
saja untuk saat ini. Nantinya peran pemerintah daerah sangat diperlukan dalam
menjaga dan melindungi tradisi, kesenian, dan sastra lisan yang ada di
wilayahnya, khususnya sastra lisan bageroq
dan ulan odak di Sumbawa.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Sumbawa yang diwakili oleh Kepala Bidang Kebudayaan mengatakan bahwa kegiatan
ini merupakan kegiatan yang sangat menarik dan harus dilaksanakan karena sastra
lisan yang menjadi objek revitalisasi kali ini memang tergolong ke dalam sastra
lisan yang dapat dikatakan hampir punah. “Saya teringat ketika saya masih duduk
di sekolah dasar. Setiap ada acara pengantin, sastra lisan bageroq dan ulan odak ini
selalu ditampilkan karena sastra lisan ini memiliki dua arti penting, yakni
arti spiritual dan hiburan sehingga pemerintah daerah bertanggung jawab atas
pelindungan sastra lisan bageroq dan ulan odak ini,” ungkapnya.
Pada tanggal 1 Juli 2022 kedua sastra lisan ini dipentaskan
di tengah-tengah masyarakat Desa Lopok Beru, Kecamatan Lopok, Kabupaten
Sumbawa. Setelah pementasan dilakukan, kegiatan revitalisasi ini kemudian dilanjutkan
dengan penandatanganan nota komitmen Kepala Kantor Bahasa Provisi Nusa Tenggara
Barat dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa yang diwakili oleh Kepala Bidang
Kebudayaan Kabupaten Sumbawa dan Sekretaris Desa Lopok Beru, Kecamatan Lopok,
Kabupaten Sumbawa. (RA)