Sosialisasi UKBI kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan

Sosialisasi UKBI kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan

Teruji Lebih Terpuji! Begitulah slogan yang melekat pada alat uji kebahasaan bernama UKBI. Dewasa ini alat uji kebahasaan bernama Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka semakin berkembang. Pengguna UKBI semakin banyak dari tahun ke tahun, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun dari tenaga profesional. Media pengujian UKBI pun berkembang mengikuti tuntutan zaman, mulai dari berbasis kertas, komputer luar jaringan, sampai dengan berbasis komputer dalam jaringan. Dengan demikian, layanan UKBI terus diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan tes bahasa Indonesia.

Uji kebahasaan ini tidak hanya dilakukan di dalam negeri, tetapi perluasannya terus dilakukan hingga ke mancanegara. Penyajian yang adaptif memudahkan masyarakat mengaksesnya di mana saja. Untuk menambah pemahaman peserta uji terhadap UKBI, diperlukan sosialisasi UKBI kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) sebagai perwakilan Indonesia di luar negeri. Sosialisasi ini dilakukan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra pada tanggal 21—22 Juli 2022 kepada Atdikbud di wilayah AsiaAfrika, Eropa, dan Amerika.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbudristek, Anang Riswanto. Selain itu, sosialisasi ini juga dihadiri oleh koordinator dan beberapa anggota dari Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (KKLP UKBI), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Anang, dalam sambutannya, menuturkan bahwa UKBI termaktub dalam proses pengembangan, pelindungan, dan pembinaan bahasa serta penginternasionalan bahasa Indonesia. Standar kemahiran berbahasa Indonesia terus digalakkan oleh pemerintah, tidak hanya gencar digalakkan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan sinergi dengan perwakilan Indonesia di luar negeri dan salah satu perwakilan itu adalah Atdikbud.

Lebih lanjut, Anang mengapresiasi UKBI yang terus berkembang dari masa ke masa yang hingga saat ini UKBI sudah menjadi aplikasi penguji kebahasaan berbasis internet. Bahkan, sejak UKBI Adaptif Merdeka diluncurkan pada 29 Januari 2021 lalu, tercatat sudah 168.000 peserta uji dan ini merupakan data yang sangat fantastis. Ia berharap sosialisasi ini dapat memberikan informasi yang komprehensif terhadap pelaksanaan UKBI bagi Atdikbud.

“Saya sangat mengapresi perkembangan UKBI dari masa ke masa, tentunya misi perkenalan UKBI ini harus didukung dan harus bersinergi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan perwakilan Indonesia yang ada di luar negeri. Saya berharap sosialisasi ini dapat memberikan informasi yang komprehensif terhadap pelaksanaan UKBI bagi Atdikbud ataupun penutur asing yang akan mengikuti UKBI,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Muh. Abdul Khak, dalam pertemuan virtual itu mengungkapkan rasa terima kasih kepada para Atdikbud yang sudah meluangkan waktu di tengah kesibukan masing-masing dengan waktu yang berbeda-beda. Ia pun menuturkan bahwa UKBI Adaptif Merdeka yang diluncurkan pada tahun 2021 lalu merupakan instrumen sahih dan andal yang dapat digunakan oleh berbagai pihak di berbagai jenjang untuk menguji kemampuan kebahasaannya. UKBI ini mengukur semua keterampilan berbahasa yang terdiri atas lima seksi, yaitu mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara. Ia juga berharap agar UKBI dapat digunakan dalam cakupan yang lebih luas di negara-negara lain.

Khak juga menyampaikan bahwa layanan UKBI Adapatif Merdeka ini dapat menguji 1.500 peserta secara daring dalam sekali tes atau 7.500 peserta dalam sehari dengan pembagian lima waktu ujian, yaitu pukul 08.00, 10.00, 13.00, 16.00, dan 19.00 WIB. Seluruh proses dilaksanakan secara daring mulai dari pendaftaran hingga penerimaan sertifikat digital.

Terdapat tiga hal yang menjadi keunggulan UKBI Adaptif Merdeka. Pertama, UKBI bersifat andal yang berarti bahwa UKBI dapat menguji kemahiran berbahasa dengan tingkat presisi yang tinggi. Kedua, UKBI bersifat efektif, yaitu UKBI dapat mengukur berbagai jenjang kemahiran mulai dari yang terendah hingga tertinggi serta lintas waktu dan tempat. Ketiga, UKBI bersifat efisien, yaitu jumlah soal berbeda untuk setiap peserta uji. Hal ini bergantung pada estimasi kemampuan peserta uji. Waktu uji relatif menyesuaikan kemampuan setiap peserta sehingga lebih efisien.

Diakhir sambutannya Khak menyampaikan bahwa data pengujian kebahasaan dari tahun 2021—2022 tercatat sebanyak 155 penutur asing yang telah mengikuti UKBI Adaptif Merdeka dari 40 negara. Timor Leste menduduki peserta paling banyak, yaitu 31 orang. Setelah itu, Korea sebanyak 23 orang, Inggris sebanyak 11 orang, dan Mesir sebanyak 10 orang. Dari data tersebut, terdapat satu peserta yang meraih predikat Sangat Unggul di tahun 2022 dan dua orang tidak berpredikat.

Dalam pertemuan yang sama, Koordinator KKLP UKBI, Atikah Solihah, menyampaikan manfaat penggunaan aplikasi pengujian UKBI bagi lembaga, yaitu untuk merencanakan peningkatan kemahiran berbahasa Indonesia, membuat kegiatan pelatihan UKBI Adaptif, dan meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia calon peserta. Sementara itu, manfaat aplikasi UKBI bagi perseorangan adalah untuk melatih peningkatan kemahiran berbahasa Indonesia dan mengetahui tingkat kemahiran berbahasa Indonesia.

Sementara itu, alur pengelolaan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu

  1. Lembaga mendaftar sebagai lembaga pengelola simulasi UKBI Adaptif Merdeka;
  2. Lembaga menyetujui dan menandatangani surat persetujuan sebagai lembaga pengelola;
  3. Pusat Pembinaan Badan Bahasa memberikan akses untuk mengelola;
  4. Lembaga merancang program simulasi; dan
  5. Lembaga membuat laporan penggunaan simulasi UKBI setiap akhir tahun kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Yaya Sutarya, perwakilan KBRI Tiongkok, mengapresiasi perkembangan yang dilakukan oleh Badan Bahasa. Ia berharap agar pihak Badan Bahasa juga memperhatikan permasalahan yang dihadapi setiap negara dalam menggunakan aplikasi ini, seperti di Tiongkok yang tidak semua warganya memiliki VPN sehingga mendapat kendala dalam melakukan uji.

Atikah turut memberikan pandangan tentang permasalahan tersebut. Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi permasalahan dalam pengujian kebahasaan yaitu sistem uji, bentuk, dan teknologi yang mengiringinya. Dilihat dari sistem uji, ada beberapa peserta yang belum memahami proses ujian, seperti proses di setiap sesi belum dipahami sehingga proses ujian tidak sempurna. Masalah kedua adalah dari sisi bentuk, yaitu perbedaan bentuk kertas dan layar. Ada peserta yang meminta ujian dengan menggunakan gawai sehingga semua layar tidak terbaca karena ukuran layar gawai sangat kecil dan terbatas. Kemudian yang terakhir adalah teknologi yang mengiringinya. Keberadaan internet memang sangat penting. Pengujian ini juga memerlukan perangkat komputer yang berkamera dan memiliki jaringan yang bagus. Kamera berfungsi sebagai alat pemantauan peserta uji dari Indonesia yang dilakukan secara bergantian oleh tim UKBI.

Lebih dalam, pihaknya akan terus berkoordinasi dan menganalisis setiap persoalan yang terjadi di masing-masing wilayah sehingga tercipta sistem pengujian yang andal,efektif, dan efisien. (DV)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa