Kerja Sama untuk Peningkatan Literasi dan Revitalisasi Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah
Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan serta IAIN Palopo, Sulawesi
Selatan. Penandatanganan naskah kerja sama dengan tiga instansi ini dilakukan di Hotel Santika
Premier Bintaro, Tangerang pada Selasa, 9 Agustus 2022.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua DPRD
Palopo, Nurhaenih; Rektor IAIN Palopo, Abdul Pirol; Kepala Bagian Hukum Pemerintah Kota Palopo, Subair; serta Kepala Bagian Hukum Sekda Pemkab
Pangkajene dan Kepulauan, Muhamad Gazali. Rombongan disambut langsung oleh
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, yang didampingi oleh Sekretaris Badan
Bahasa, Hafidz Muksin, dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Yani Prayono.
Yani Prayono menyebutkan bahwa kerja sama yang dilakukan ini merupakan kerja
sama yang ke-7. Ia menargetkan di tahun 2022 akan ada 15 kerja sama dengan berbagai
lembaga. Yani menilai pemerintah Provinsi Sulsel cukup antusias dalam
upaya menjaga dan melestarikan bahasa dan sastra daerah. Dalam penilaian itulah ia turut aktif beraudiensi dengan
pemerintah setempat untuk membahas isu-isu kebahasaan dan kesastraan yang terjadi di Indonesia khususnya di
wilayah Sulsel.
Sekretaris Badan Bahasa, Hafidz, menyebutkan bahwa penandatanganan ini merupakan tindak lanjut dari
kunjungan kerja Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ke Provinsi
Sulawesi Selatan dalam upaya menjalin kolaborasi bersama pemerintah daerah
terkait upaya pembinaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa dan sastra
daerah.
"Kami menyambut baik pertemuan ini,
terima kasih atas kedatangan Bapak/Ibu sekalian. Kita harapkan kolaborasi ini dapat
membantu Badan Bahasa dalam upaya pembinaan, pengembangan, dan pelindungan
bahasa dan sastra daerah," ungkapnya. Sementara itu, Kepala Badan Bahasa,
Aminudin Aziz, menjelaskan tiga prioritas penting Badan Bahasa, yaitu literasi, revitalisasi bahasa dan sastra daerah, dan internasionalisasi bahasa Indonesia.
Namun, kerja sama ini berfokus pada peningkatan literasi masyarakat dan upaya
pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Amin menambahkan bahwa masih banyak pemerintah daerah yang
belum tahu tentang tugas dan fungsinya sebagai lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab menjaga dan melestarikan bahasa dan sastra daerah. "Badan
Bahasa hanyalah lembaga yang menfasilitasi saja. Sementara, untuk penjagaan bahasa dan sastra
daerah diamanahkan kepada pemerintah daerah," tegasnya.
Lebih dalam, Amin sempat menyinggung
produk unggulan Badan Bahasa, yaitu UKBI Adaptif Merdeka yang merupakan satu-satunya alat uji kebahasaan yang
bersifat adaptif, bisa dilakukan dimana saja, kapan saja yang tidak terikat
oleh ruang dan waktu. Tidak hanya itu, ia juga menceritakan upaya meningkatkan
literasi masyarakat Indonesia dengan melakukan percetakan dan pengiriman 12,7
juta buku ke wilayah tertinggal,
terdepan, terluar (3T), termasuk Provinsi Sulawesi Selatan.
Di akhir sambutannya, Amin
menyampaikan ucapan terima kasih atas semangat kolaborasi pemerintah daerah di
Sulawesi Selatan dalam upaya pembinaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa
dan sastra daerah, serta peningkatan literasi masyarakat. Selain itu, ia juga menyambut baik
kerja sama yang diajukan oleh IAIN Palopo mengingat dari institusi keagamaan tersebut
tentunya ada dosen yang meneliti isu kebahasaan dan kesastraan yang dinilai
memiliki manfaat bagi masyarakat.
“Saya berterima kasih atas semangat Bapak
dan Ibu untuk bekerja sama ini. Saya yakin dan percaya jika kita bisa melaksanakan apa yang telah kita
sepakati, akan banyak manfaat yang diberikan kepada masyarakat
luas. Harapan saya, jangan sampai kerja sama ini sudah kita tanda tangani, tetapi tidak ada pergerakan sama sekali. Itu namanya tukcing, dibentuk lalu cicing,” ungkapnya sambil tertawa.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor IAIN
Palopo, Abdul Pirol, juga berterima kasih atas sambutan yang diberikan oleh Badan Bahasa. Ia juga menyayangkan jika ada bahasa
daerah yang punah karena bahasa daerah memiliki kekhasan tersendiri yang mampu menyambungkan generasi
satu ke generasi yang lain.
“Saya berterima kasih atas sambutan yang
diberikan oleh Badan Bahasa. Di wilayah kami terdapat kurang lebih sepuluh bahasa daerah yang digunakan. Sayang sekali jika ada bahasa daerah yang
punah, bisa terputus komunikasi dengan generasi kita. Kami siap mendukung
program revitalisasi bahasa daerah yang digalakkan oleh Kemendikbudristek,” tegasnya.
Dukungan serupa juga
disampaikan oleh Ketua DPRD Palopo, Nurhaenih, yang bersemangat dalam upaya
melestarikan bahasa daerah di Wilayah Palopo. Ia juga menyampaikan bahwa Wali Kota Palopo sangat bersemangat dan
antusias dalam membuat peraturan daerah tentang bahasa. “Karena itu, kami berkumpul dan sepakat
berkumpul di sini untuk menjalankan niat baik. Kami juga termotivasi dari
pihak kampus yang ikut melestarikan bahasa daerah agar tidak punah,” tuturnya. (DV)