Peningkatan Literasi di Kawasan 3T sebagai Langkah Awal Menuju Indonesia Cakap Literasi
Jakarta, 23 Agustus 2022—Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa melakukan kegiatan Peningkatan Mutu Fasilitator
Pendampingan Pemanfaatan Buku Literasi di tingkat regional Kalimantan dan
Sulawesi terkhusus di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Kegiatan
ini dihadiri oleh berbagai institusi, seperti Pusat Pembinaan
Bahasa dan Sastra, RtR/ProVisi, YLAI, FTBM, Yayasan Litara, Reading Bugs, GTK,
dan Kampus Mengajar. Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 23 s.d. 26 Agustus
2022 di Hotel Teraskita, Jakarta ini bertujuan untuk mempersiapkan para
fasilitator yang andal agar dapat memberikan pelatihan kepada para guru di
kegiatan peningkatan mutu fasilitator pendampingan pemanfaatan buku bacaan
literasi dan modul literasi numerasi tingkat kabupaten yang akan dilaksanakan pada
bulan September 2022.
Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz menjelaskan bahwa Badan
Bahasa sendiri telah melakukan beberapa penyesuaian
terkait program prioritas. Salah satunya adalah literasi yang merupakan program
prioritas nasional yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi. Prioritas yang
berfokus pada literasi ini tak lain karena kemajuan sebuah bangsa ditentukan
oleh tingkat literasi bangsa itu sendiri. Kemampuan literasi seseorang dalam
memahami informasi baik teks maupun nonteks itu mempengaruhinya dalam
mengolah informasi.
Pada zaman ini kemampuan literasi tidak cukup hanya pada kemampuan evaluasi. Kini ada tahap yang lebih penting, yaitu tahap mengkreasi. Kreasi memiliki arti, yaitu dapat mencipta, baik itu teks maupun nonteks. Kemudian, mencipta hal lain yang tidak hanya meniru dari produk orang lain. Lebih dalam, Amin menilai bahwa tingginya tingkat literasi masyarakat akan mendorongnya menjadi pribadi yang mampu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan sebuah informasi sehingga terhindar dari hoaks.
Dewasa ini, pemerintah terus berupaya menciptakan terobosan baru untuk meningkatkan minat baca pada anak, salah satunya adalah mengirimkan 12,7 juta buku ke pelosok negeri. Gagasan untuk menyediakan jam khusus untuk pembekalan anak mengenai pentingnya literasi juga sudah diupayakan. Peran guru dalam keberlangsungan program ini juga sangat penting. “Guru harus memberikan arahan serta penjelasan kepada anak, merangsang anak untuk berpikir kritis,” tegas Amin.
Menurut Amin, mungkin saja permasalahan rendahnya literasi yang
terjadi bukan terletak pada minimnya minat baca masyarakat, tetapi karena tidak
adanya buku yang dapat dibaca dan ini menjadi masalah besar, terutama di wilayah-wilayah yang termasuk
wilayah 3T.
“Buku-buku yang disediakan
harus diperhatikan. Apakah buku yang disediakan menarik untuk dibaca atau tidak? kualitas buku pasti
memengaruhi minat baca anak,” tambah Amin.