Konten Kreator Berbahasa Daerah dalam Festival Tunas Bahasa Ibu di Provinsi Bali
Bali, 9 November 2022—Sebagai upaya
menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra daerah Bali terutama pada
generasi muda, Balai Bahasa Provinsi Bali, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kemendikbudristek menggelar kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Festival
berlangsung secara daring pada tanggal 4 November 2022 dan berakhir pada tanggal
9 November 2022.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Herawati,
menuturkan bahwa FTBI merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
Balai Bahasa Provinsi Bali tahun ini yang bertujuan untuk menggelorakan kembali
penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan dan meningkatkan jumlah
penutur muda bahasa daerah. Hera mengungkapkan bahwa meskipun hasil kajian
vitalitas (daya hidup) bahasa menunjukkan bahasa Bali termasuk dalam kategori
aman dengan jumlah penutur yang masih banyak dan bahasa Bali masih dominan
digunakan oleh masyarakat Bali, revitalisasi bahasa Bali masih tetap menjadi
hal penting yang harus dilakukan.
"Pewarisan bahasa dan sastra daerah mutlak
dilakukan terutama kepada generasi muda agar mereka tidak terpisah dari akar
budaya bangsa yang begitu luhur," ujar Hera saat memberi sambutan pada penutupan
festival ini di Taman Werdhi Budaya Art Centre pada Rabu, 9 November 2022. Hera
mengatakan bahwa pada Festival Tunas Bahasa Ibu ini para siswa menampilkan
hasil revitalisasi bahasa dan sastra Bali dalam bentuk lomba atau unjuk
kebolehan yang dilaksanakan secara daring dan luring.
Ada tujuh materi revitalisasi yang diberikan, yaitu masatua
Bali (bercerita), membaca puisi, membaca aksara Bali, magending Bali (bernyanyi),
macapat, nyurat aksara Bali, dan mececimpe (tebakan). Pengajaran materi
tersebut diberikan kepada dua jenjang pendidikan, yaitu SD dan SMP. Ketujuh
materi tersebut dilombakan untuk dua jenjang pendidikan tersebut. Pada tingkat
SD siswa mengikuti ketujuh lomba tersebut, sedangkan pada tingkat SMP siswa mengikuti
lomba yang sedikit berbeda, yaitu membaca aksara Bali, menulis aksara Bali
digital, membaca puisi Bali, pidarta (pidato), nutur tiktok, bebanyolan,
dan potrekan.
Hera menambahkan bahwa kegiatan ini sebelumnya telah dilaksanakan
di tingkat kabupaten/kota. Pada prinsipnya kegiatan ini dilaksanakan secara berjenjang
mulai dari tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, dan berakhir di tingkat
provinsi. Peserta terbaik di tingkat provinsi akan dikirim ke tingkat nasional
untuk mengisi kegiatan selebrasi Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang
dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2023 di Jakarta dan Paris.
Dalam kesempatan yang sama, Asisten Pemerintahan dan
Kesejahteraan Provinsi Bali, I Gede Indra Dewa Putra, berharap agar masyarakat
turut mendukung pemerintah dalam menggalakkan program-program revitalisasi bahasa
daerah sebagai upaya menjaga bahasa Bali dari kepunahan. Generasi muda harus
mampu menularkan rasa cinta berbahasa daerah dan meningkatkan kreativitas dalam
menjaga warisan leluhur tersebut, salah satunya adalah membuat konten kreatif
berbahasa daerah dengan memanfaatkan teknologi dalam penyebarannya.
Selain itu, ia juga menyampaikan rasa bangganya bahwa
saat ini banyak turis asing banyak tertarik untuk mempelajari bahasa Bali. Bahkan,
tak sedikit dari mereka yang dapat berbahasa Bali dan membuat konten kreatif
tentang bahasa ini. Lebih lanjut, pemerintah sangat mendukung upaya pelestarian
bahasa daerah. Salah satu upayanya adalah membuat aturan-aturan daerah yang
memperkuat posisi bahasa daerah, bahkan di ruang-ruang publik. “Saya sangat
bangga dengan adik-adik yang turut memeriahkan perlombaan ini. Menjaga Bahasa
daerah bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tugas kita bersama,” tegasnya.
Kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di Bali
telah melibatkan 252 guru utama/master. Pada tanggal 26—30 Juni 2022 lalu, 252
guru utama tersebut telah mendapat pelatihan intensif dalam bentuk Training
of Trainer (ToT) oleh instruktur selama kurang lebih satu minggu. Para guru
utama yang dilatih itu dipilih dari kabupaten/kota yang bahasanya
direvitalisasi. Para guru utama/guru master yang telah dilatih ini mengimbaskan
pengetahuan yang telah didapatkan kepada guru-guru sejawat.
Guru sejawat yang telah mendapat pengimbasan dari guru
utama itu kemudian melakukan pengimbasan lagi ke siswa dalam bentuk pelatihan
berbasis sekolah. Sejumlah 168 guru sejawat tingkat SD dan 83 guru sejawat
tingkat SMP dilibatkan dalam kegiatan ini. Untuk tingkat SD, sejumah 143
sekolah melaksanakan RBD dengan keterlibatan 12.870 siswa. Adapun untuk tingkat
SMP, sejumlah 65 sekolah melaksanakan RBD dengan total 1.300 siswa yang
terlibat.
Selain guru sejawat dan siswa, kegiatan RBD ini juga
melibatkan para pemangku kepentingan. Ada 9 kepala dinas pendidikan
kabupaten/kota, 27 orang pengawas, 18 kepala sekolah, 9 ketua Kelompok Kerja
Guru (KKG) SD, 9 ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP berperan dalam
pelaksanaan RBD ini. Selain itu, ada pula 9 akademisi, 9 tokoh adat, dan 9 tokoh
agama dengan total 45 pihak yang terkait, sedangkan total pegiat bahasa daerah
di Provinsi Bali yang berperan aktif berjumlah sekitar 14.763 orang.
Saat penutupan acara secara resmi, Imam Budi Utomo,
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, menyampaikan bahwa
FTBI bukanlah tujuan utama dalam RBD dan bukan pula hanya euforia semata.
Namun, kegiatan-kegiatan berbentuk festival atau lomba ini dipandang mempunyai
daya tarik tersendiri bagi generasi muda saat ini. “Oleh karena itu, kegiatan
Revitalisasi Bahasa Daerah kami ramu dalam bentuk festival atau lomba. Festival
atau lomba ini biasa juga disebut pasanggiri,” ujarnya.
Imam menambahkan bahwa perlu kolaborasi dan sinergi
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki
kewajiban untuk melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa
dan sastra daerah sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, sedangkan pemerintah pusat memiliki kewajiban untuk melaksanakan
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia.
Lebih dalam, ia sangat mengapresiasi pelaksanaan
kegiatan FTBI di Bali dan berharap agar para peserta akan terus berkarya dan
menjadi generasi muda yang mencintai budaya leluhur. “Jangan gengsi berbahasa
daerah. Kalian adalah ujung tombak yang akan menjaga bahasa ini. Selagi masih
ada cinta berbahasa dalam hati kalian, bahasa ini tidak akan punah,” harapnya.
Saat ditemui, Risma peraih juara I lomba nutur
Tiktok turut mengapresiasi perlombaan ini. Ia berharap agar kegiatan ini akan
terus berlangsung dengan gaya yang lebih meriah. Ia juga memotivasi generasi
muda untuk terus berkarya dan membuat konten-konten kreatif dalam bahasa Bali.
“Saya sangat senang karena tidak menyangka akan menjadi juara. Generasi muda
harus terus berkarya dan cinta dengan bahasa sendiri. Kalau bukan kita, siapa
lagi yang menjaga. Saya berharap perlombaan ini akan terus berlangsung, mungkin
dengan hadiah yang lebih besar,” ungkap siswi SMP Negeri 2 Amlapura, Kabupaten
Karangasam ini sembari tersenyum. (DV)