Bincang Literasi, Bahasa, dan Sastra (Libas)
Kendari, 10
Desember 2022—Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (KBST) menggelar Bincang
Literasi, Bahasa, dan Sastra (Libas) di pelataran Kantor Bahasa Provinsi
Sulawesi Tenggara. Acara ini terbuka bagi seluruh masyarakat dan dihadiri oleh para
pemangku kepentingan, baik lembaga pemerintah maupun swasta, pegiat komunitas, seni-budaya,
dan literasi, serta penulis dan sastrawan Sulawesi Tenggara.
Kepala KBST,
Uniawati, mengatakan bahwa selain sebagai media pengembangan literasi, bahasa,
dan sastra, acara ini juga sebagai bentuk dialog dan refleksi program KBST.
“Program dan kegiatan Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara selama ini
membutuhkan evaluasi dan masukan dari semua pihak agar ke depannya dapat terus
berkambang dan sesuai dengan harapan semua pihak, terutama masyarakat,” jelas
Kepala KBST dalam sambutannya. Ia juga berharap agar ke depannya KBST lebih
dekat dan dapat lebih dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tenggara.
Acara yang
sempat tertunda karena hujan ini diawali dengan peluncuran terbitan KBST di
semester kedua berupa buku cerita anak (terjemahan bahasa daerah, Indonesia,
dan asing), majalah Pabitara, majalah Media Glitera, Kamus
Bergambar Wakatobi-Indonesia, Kamus Bergambar Tolaki-Indonesia, dan
majalah Pogsa. Peluncuran ini diharapkan dapat menjadi ajang perkenalan
produk-produk KBST dengan khalayak sehingga ke depannya masyarakat pun dapat
berpartisipasi dalam penerbitan produk KBST. Setelah itu, acara dilanjutkan
dengan menampilkan kegiatan-kegiatan KBST selama tahun 2022, seperti pelatihan,
penyuluhan, pendampingan, pelindungan, pemodernan, dan penguatan yang semua
berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan di Sulawesi Tenggara.
Dengan mengusung
konsep lesehan, Bincang Libas berjalan apik dengan dimoderatori oleh salah
seorang Duta Bahasa Sultra 2021, Andi Adil Pratama. Narasumber bincang-bincang
ini adalah Kepala KBST, Uniawati; Praktisi Media, Mahdar; dan Ketua Forum Taman
Bacaan Masyarakat Sultra, Wa Ode Nur Iman. Ketiganya membincangkan literasi,
bahasa, dan sastra sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Uniawati
menjelaskan tentang program-program KBST dan berharap kepada seluruh masyarakat
agar terus mendukung kegiatan KBST. Salah satunya berupa rubrik “Bahasa,
Sastra, dan Budaya” di harian Rakyat Sultra. “Rubrik ‘Bahasa, Sastra, dan Budaya’ di harian Rakyat Sultra
sudah ada sejak 2016 dan ditujukan bagi masyarakat Sulawesi Tenggara untuk
mengisinya. Rubrik ini diharapkan dapat menjadi media pengembangan kepenulisan
bagi masyarakat. Jadi, jangan sampai kesempatan ini disia-siakan dan malah
penulis-penulis dari luar Sulawesi Tenggara yang mengisi,” ujarnya.
Selanjutnya,
Mahdar sebagai praktisi media mengetengahkan pentingnya peran media dalam
pengembangan literasi, bahasa, dan sastra, serta sebaliknya, pentingnya
literasi, bahasa, dan sastra terhadap perkembangan media di Indonesia.
Menurutnya, media masih berperan penting di tengah masyarakat untuk mem-framing
suatu hal sehingga masyarakat memiliki sikap dan ketertarikan kepada hal
tersebut. Oleh karena itulah, ia mengingatkan agar pelaku media tidak menyampaikan berita
bohong yang digunakan untuk memeras pihak-pihak tertentu. Selain itu, ia juga
meyakini bahwa pemberitaan yang baik—selain sumber yang jelas dan bukan
merupakan hoaks—adalah pemberitaan yang dapat dipahami oleh masyarakat. Oleh
karena itu, penguasaan bahasa, khususnya bahasa Indonesia, menjadi
sesuatu yang krusial bagi para pewarta.
Sebagai pegiat
komunitas dan juga pegiat taman bacaan masyarakat, Nur Iman bercerita mengenai kondisi yang
tengah dihadapi komunitas dan pegiat literasi di Sulawesi Tenggara. Ia berharap
agar KBST dapat terus mendukung kegiatan-kegiatan komunitas sastra dan literasi
di Sulawesi Tenggara sehingga dapat terus berkembang.
Di
penghujung acara, Nur Iman membacakan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang
berjudul “Selamat Pagi Indonesia”. Seolah tidak mau kalah dengan Nur Iman yang
membaca puisi, Ahmad Zein dan Wa Ode Novitasari menghadirkan teatrikal bertema
“Berkarya atau Mati” yang berjudul “Kesaksian”. Penampilan ini terinspirasi
dari puisi “Reportase Kematian” karya Irianto Ibrahim.