Hindari Kepunahan, Bahasa Gayo akan Direvitalisasi
![Hindari Kepunahan, Bahasa Gayo akan Direvitalisasi](https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/resource/doc/images/acehberita.jpg)
Aceh, 16 Maret 2023—Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan
Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) melalui Balai Bahasa Provinsi Aceh mengadakan kegiatan
Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) Provinsi Aceh Tahun 2023.
Saat ini tahap rakor dan diskusi kelompok terpumpun mulai dilaksanakan. Para
peserta yang hadir berjumlah 65 orang yang berasal dari tiga kabupaten, yaitu
Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
Rapat koordinasi dihadiri oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh,
Umar Solikhan, M.Hum.; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gayo Lues, Anwar;
Kepala Dinas Kabupaten Aceh Tengah, Uswatuddin; Kepala Dinas Kabupaten Bener
Meriah, Ruh Akbar; Para Kepala MPD; Majelis Adat Gayo; Staf Ahli Bupati/Kabid; Ketua
Majelis Pendidikan; Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh; serta Kepala Dinas
Pendidikan dari tiga kabupaten tersebut.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Umar Solikhan, menjelaskan bahwa
Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) secara umum diartikan sebagai upaya
pelestarian dan pengembangan bahasa daerah melalui pewarisan bahasa kepada
generasi muda untuk mendorong penggunaannya dalam komunikasi yang beradab
sehingga daya hidup bahasa daerah tersebut berada pada tahap aman dan dapat ditransmisikan
dengan baik. Umar menyampaikan bahwa kegiatan RBD dapat dilaksanakan dengan
berbasis sekolah, komunitas, keluarga, dan masyarakat. Bahasa Gayo yang
merupakan bahasa dengan penutur terbesar kedua di provinsi Aceh dipilih untuk direvitalisasi
berdasarkan hasil kajian vitalitas yang telah dilakukan. Pada tahun 2019 hasil
kajian tersebut menunjukkan bahwa status bahasa Gayo berada pada posisi rentan.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin,
dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa Revitalisasi Bahasa Daerah yang
dilakukan sebagai program Merdeka Belajar: Episode Ke-17 telah
menumbuhkembangkan kecintaan anak sebagai penutur muda kepada bahasa ibunya.
Hafidz melanjutkan bahwa pada rapat koordinasi yang dihadiri oleh pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten, tokoh masyarakat, dan komunitas ini juga
merupakan bentuk kolaborasi yang harmonis antara pemerintah pusat dan daerah
dalam program revitalisasi bahasa daerah. “Kegiatan RBD tidak mungkin dapat
terlaksana dengan baik tanpa koordinasi dan kolaborasi dengan seluruh pihak.
Untuk itu, Kemendikbudristek memberikan apresiasi dan terima kasih kepada
Pemerintah Provinsi Aceh dan tiga kabupaten tersebut yang telah berkomitmen
untuk melakukan revitalisasi bahasa gayo,” ujar Hafidz.
Pj. Gubernur Provinsi Aceh dalam sambutannya yang dibacakan oleh
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Almuniza Kamal,
menyatakan bahwa bahasa merupakan identitas bangsa. Namun, kenyataannya
anak-anak kita sudah mulai meninggalkan bahasa daerahnya. Kegiatan RBD ini sangat
penting sebagai sarana yang tepat untuk pelestarian dan pengembangan bahasa
daerah sehingga perlu komitmen bersama untuk mewujudkan program ini. Ia juga
menyampaikan bahwa fakta punahnya beberapa bahasa daerah sudah sangat
mengkhawatirkan. Sebagai anak bangsa, konservasi dalam upaya melindungi dan
mengelola bahasa sebagai kekayaan budaya Indonesia perlu segera dilakukan. “Konservasi
sebagai wujud pelindungan bahasa daerah sudah semestinya kita laksanakan,” jelas
Almuniza.
Diakhir
sambutannya, Almuniza berharap agar semua pihak mengikuti dan melaksanakan
kegiatan pelestarian bahasa daerah secara maksimal agar capaian kinerjanya dapat
ditampilkan dalam Pekan Kebudayaan Aceh tahun 2023. Rapat koordinasi
revitalisasi bahasa Gayo ini diharapkan menghasilkan berbagai kesimpulan dan
keputusan yang mendukung pelaksanaan revitalisasi bahasa Gayo. (IR)