Sofyan Tan: ”Guru Kreatif Ampuh Tingkatkan Rasa Cinta Anak pada Bahasa Daerah”

Sofyan Tan: ”Guru Kreatif Ampuh Tingkatkan Rasa Cinta Anak pada Bahasa Daerah”

Dewasa ini perkembangan zaman dan kuatnya arus globalisasi berpengaruh kuat terhadap nasib bahasa ibu atau bahasa daerah. Tidak hanya menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), bahkan UNESCO sendiri mencatat bahwa bahasa ibu di setiap daerah pasti mengalami kemunduran termasuk bahasa-bahasa yang jumlah penuturnya besar. Untuk menyikapi hal tersebut, Badan Bahasa melalui Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara terus mengupayakan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga bahasa daerah dari kepunahan, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Diseminasi program Revitalisasi Bahasa Daerah pada Senin, 17 April 2023 di Hotel Polonia, Kota Medan.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengajak masyarakat agar berpartisipasi memberi masukan dalam program Revitalisasi Bahasa Daerah di Sumatra Utara. Hal tersebut sangat penting karena masyarakat sebagai pengguna bahasa dan pelaku kebahasaan memiliki pengalaman dan pemahaman yang unik tentang bahasa dan kebutuhan bahasa mereka. Masyarakat Sumatra Utara lebih memahami kepentingan berbahasa, termasuk bagaimana cara melindungi bahasa-bahasa daerah di wilayah Sumatra Utara.

 “Selamat datang, kami ucapkan kepada Bapak/Ibu peserta Diseminasi Program Revitalisasi Bahasa Daerah di Sumatra Utara. Program ini sangat penting kita lakukan mengingat dalam pelaksanaan revitalisasi bahasa daerah yang sedang kami kembangkan diperlukan masukan, gagasan, dan dukungan dari Bapak/Ibu sehingga program ini dapat direalisasikan dengan baik,” harap Hidayat Widiyanto, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara.

Lebih lanjut, Hidayat menilai bahwa pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah saja, tetapi harus melibatkan berbagai kepentingan, salah satunya adalah kalangan guru. Guru merupakan agen penggerak yang mendorong semangat peserta didik untuk lebih mencintai bahasa daerah di sekolah. “Kehadiran Bapak dan Ibu guru di sini sangat luar biasa. Program Merdeka Belajar Edisi Ke-17 yang diluncurkan oleh Mas Menteri memerlukan kreativitas tinggi dalam mengembangkan program Revitalisasi Bahasa Daerah melalui tujuh materi, yaitu (1) membaca dan menulis aksara daerah, (2) menulis cerita pendek, (3) membaca dan menulis puisi (sajak), (4) mendongeng, (5) pidato, (6) menyanyi atau tembang tradisi, dan (7) komedi tunggal (stand up comedy). Ketujuh materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa cinta anak kepada bahasa daerah dan nantinya akan difestivalkan di akhir pembelajaran,” tuturnya.

Pengalaman 2022 menunjukkan bahwa anak-anak sangat senang dan bahagia dalam menunjukkan kebolehan mereka berbahasa daerah melalui festival yang berjenjang dari tingkat sekolah sampai pada tingkat nasional. Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara melaksanakan revitalisasi untuk tiga bahasa daerah yang dimulai dari bahasa Melayu dialek Sorkam, Melayu dialek Panai, dan Batak dialek Angkola dan tahun 2023. Program ini tetap diteruskan dengan menambah bahasa Batak dialek Toba serta Melayu dialek Asahan dan dialek Langkat. Pada tahun 2022 Balai bahasa telah melibatkan 3 bahasa, 5 kabupaten/kota, 251 guru utama, 5.647 Siswa SD, 17.800 Siswa SMP, dan 140 siswa dalam FTBI provinsi, dan 32 siswa pada FTBI nasional.

Kreativitas guru juga sempat disinggung oleh Sofyan Tan, anggota Komisi X DPR RI yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Ia menyebutkan bahwa program Revitalisasi Bahasa Daerah dapat dikemas menjadi kegiatan yang menarik, dimulai dari guru yang kreatif dan mengajar dengan cara yang kreatif sehingga anak-anak tidak bosan. “Guru-guru sebelum memulai pembelajaran harus bercerita kepada peserta didik, cerita berbahasa daerah. Tidak mesti menyelesaikan cerita tersebut, sepotong saja, tetapi mampu memancing rasa penasaran murid untuk membaca cerita tersebut. Selanjutnya, cerita yang singkat tersebut dijelaskan makna per kata sehingga menambah wawasan kebahasaan murid,” ajaknya.

Lebih lanjut, Sofyan turut membocorkan rahasia agar program RBD kian menarik bagi masyarakat, salah satunya adalah dengan mengadakan lomba mengarang dan berpidato. Mengarang dapat menambah kosakata, sedangkan lomba pidato dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam bahasa daerah. “Saya sangat mengapresiasi program Revitalisasi Bahasa Daerah ini. Mari, kita jaga kekayaan bangsa kita, warisan nenek moyang kita,” tegasnya.

Revitalisasi Bahasa Daerah yang dilaksanakan di Provinsi Sumatra Utara masuk pada kategori model B. Terdapat tiga model pelindungan bahasa daerah yang dikembangkan Kemendikbudristek, yaitu Model A, B, dan C. Model A diterapkan pada provinsi yang hanya memiliki satu bahasa dominan dengan daya hidup bahasa masih aman, dan jumlah penutur masih banyak, dan masih digunakan oleh masyarakat tuturnya. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan berbasis sekolah melalui muatan lokal atau kegiatan ekstrakurikuler. Contohnya, bahasa Sunda, Jawa, dan Bali. Model B diterapkan pada provinsi yang tidak memiliki bahasa yang penuturnya dominan, tetapi memiliki kurang lebih penutur setara atau sama dengan bahasa lain yang tidak dominan di provinsi tersebut, daya hidup bahasa tergolong rentan meskipun jumlah penutur relatif banyak, dan penggunaan bahasanya bersaing dengan bahasa daerah lain di daerah tersebut. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan berbasis sekolah jika wilayah tutur bahasa itu memadai dan pewarisan dalam wilayah tutur bahasa juga dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis komunitas. Contohnya adalah bahasa-bahasa yang ada di Provinsi Sumatra Utara, NTB, dan Sulawesi Selatan.

Yang ketiga adalah Model C. Model C diterapkan pada provinsi yang memiliki banyak bahasa-bahasa kecil dan penuturnya sedikit dengan daya hidup bahasanya termasuk pada kategori yang mengalami kemunduran, terancam punah, atau kritis serta jumlah penutur sedikit dengan sebaran yang sangat terbatas. Untuk itu, diterapkan pendekatan model C yang berupa pewarisan melalui pembelajaran berbasis komunitas untuk wilayah tutur bahasa yang terbatas dan khas. Pembelajaran juga dilakukan dengan menunjuk dua atau lebih keluarga sebagai model tempat belajar atau dilakukan di pusat kegiatan masyarakat, seperti tempat ibadah, kantor desa, atau taman bacaan masyarakat. Contohnya adalah bahasa-bahasa yang ada di Provinsi NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Pada tahun 2023 selain meneruskan program yang telah berjalan pada 2022, Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara juga meneruskan program ini di lima kabupaten/kota yang meliputi Kabupaten Samosir, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara untuk bahasa Batak dialek Toba serta bahasa Melayu dialek Langkat di Kabupaten Langkat dan Melayu dialek Asahan di Kabupaten Asahan.

Tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2023 meliputi Rapat Koordinasi Antarinstansi yang mengundang pemangku kepentingan pemerintah daerah pada tanggal 17 Maret 2023 dan Diskusi Kelompok Terpumpun Penyusunan Modul Revitalisasi Bahasa Daerah yang mengundang para maestro, budayawan, dan guru yang dilaksanakan pada tanggal 10—14 April 2023. Tahapan berikutnya adalah pelatihan guru utama, pengimbasan kepada para guru dan kolega, pembelajaran para guru kepada anak atau komunitas, festival tunas bahasa ibu yang berjenjang sampai pada tingkat kabupaten/kota, serta festival tunas bahasa ibu tingkat provinsi dan nasional yang akan segera dilaksanakan sesuai dengan pola penyelenggaraan pada tahun 2022.

Pelaksanaan RBD 2023 ini diharapkan akan menguatkan kembali komitmen semua pemangku kepentingan dalam melindungi bahasa daerah di Sumatera Utara dan menghasilkan tunas bahasa ibu dalam penggunaan bahasa daerah di ranah baru sesuai dengan tantangan dan perkembangan dunia saat ini. (DV)




Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa