Menerapkan Kebinekaan Global dalam Upaya Penguatan Literasi dan Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia melalui Penerjemahan
Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan
kemampuan literasi anak Indonesia. Berdasarkan hasil survei Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2018, Indonesia menempati peringkat ke-74 atau ke-6
dari bawah. Skor yang diperoleh Indonesia tergolong memprihatinkan, karena
tidak mencapai skor rata-rata negara anggota Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD/penyelenggara PISA). Sehubungan dengan itu,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek
melalui Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa (Pustanda) bekerja sama dengan
UNESCO dan Global Digital Library (GDL) untuk menyelenggarakan Lokakarya
Penerjemahan yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei–2 Juni 2023, di Hotel
Century Park, Jalan Pintu Satu, Senayan, Jakarta.
“Lokakarya Penerjemahan merupakan bagian dari upaya
Kemendikbudristek untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sekaligus
mempererat diplomasi bahasa antarnegara. Lokakarya ini sekaligus menjadi salah
satu upaya Kemendikbudristek untuk memajukan bahasa dan sastra daerah,
menguatkan kecakapan literasi, dan meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai
bahasa internasional. Melalui Lokakarya Penerjemahan, terjemahan buku-buku
cerita anak yang bermutu dan menarik bagi anak-anak akan dihasilkan,” ujar
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Mendikbudristek) dalam video sambutannya.
Kepala Pustanda, Iwa Lukmana, menjelaskan bahwa kebinekaan global
adalah hal yang penting dalam menanggapi dinamika zaman. Salah satu perwujudan
kebinekaan tersebut dapat dilakukan melalui penerjemahan buku cerita anak dalam
beragam bahasa dunia ke dalam bahasa Indonesia serta sebaliknya. Penerjemahan
buku cerita anak niscaya akan membuka pikiran anak-anak dan mampu meningkatkan
literasi Indonesia pada masa depan. Sedari itu, literasi harus dimulai sejak
dini dari rumah, lalu dibudayakan, dan disebarkan ke seluruh pelosok tanah air.
Lokakarya Penerjemahan menjadi salah satu wahana untuk mewujudkan upaya
peningkatan literasi tersebut.
Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP)
Penerjemahan pada Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Marike Onsu,
mengatakan dalam laporannya bahwa peserta Lokakarya Penerjemahan adalah para
penerjemah yang wajib fasih berbahasa Inggris secara lisan maupun tulisan.
Sebanyak 43 orang penerjemah yang terdiri atas penerjemah terpilih dari KKLP
Penerjemahan Badan Bahasa, penerjemah instansi pemerintah (Badan Badan Siber
dan Sandi Negara (BSSN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan
Pemerintah Daerah Provinsi DIY; 13 orang penerjemah lepas yang telah lulus
seleksi penerjemah; serta 2 orang
penerjemah dari SEAMEO QITEP in Mathematics ikut serta dalam lokakarya ini.
Sebanyak 41 penerjemah bertugas untuk menerjemahkan 250 buku cerita anak dan 2 penerjemah
dari SEAMEO QITEP in Mathematics bertugas untuk menerjemahkan 29 gim matematika
melalui aplikasi antarmuka (interface)
GDL.
Fasilitator pada kegiatan ini adalah Gunawan Zakki, National Program Officer for Education, UNESCO
Jakarta; Cecilie Eftedal, Kepala Tim Kreasi Konten dan Pemilik Produk GDL;
serta Simen Elander, Tim Kreasi Konten GDL. Para fasilitator memberikan
teori-teori untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas melalui aplikasi
terjemahan GDL dan melakukan pendampingan saat praktik penerjemahan. Saat
pelaksanaan penerjemahan, para peserta dibagi ke dalam lima kelompok yang setiap
kelompok beranggotakan delapan orang. Setiap hari para peserta bertugas untuk
menerjemahkan dua buku cerita anak dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Dalam waktu tiga hari penerjemah harus menerjemahkan enam buku cerita anak.
Setelah melalui proses penelaahan yang dilakukan bersama, buku-buku hasil
terjemahan para peserta tersebut dipublikasikan di platform GDL. Buku cerita
anak yang telah diterjemahkan juga akan diimpor ke platform terjemahan daring
Pustanda, Penjaring, setelah pengatakan ulang dan proses ISBN.
Selain bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis penerjemah
dalam menerjemahkan buku cerita anak dan memperkenalkan aplikasi antarmuka
penerjemahan daring di platform GDL, Lokakarya Penerjemahan juga bertujuan
untuk menjalin kerja sama antarorganisasi internasional yang mendorong
peningkatan pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan tetap menjaga budaya.
“UNESCO melalui UNESCO Jakarta–kantor regional untuk sains bagi
negara-negara di Asia Pasifik dan Asia Tenggara, seperti Indonesia, Filipina,
Timor Leste, Brunei Darussalam, dan Malaysia–bertujuan untuk memastikan agenda
tujuan pembangunan berkelanjutan poin empat (SDG 4) tentang pendidikan berkualitas,
yaitu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan
kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, dapat dilaksanakan oleh
negara-negara anggota, termasuk Indonesia. Selain itu, UNESCO juga bertugas
untuk melayani (bekerja sama dan memberi ide/masukan) pemerintah negara-negara
anggota agar dapat mengadopsi kebijakan-kebijakan global terkait pendidikan,”
ujar Zakki.
Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap kualitas pendidikan
global. Penggunaan teknologi dapat menjadi peluang untuk meningkatkan
kesempatan belajar dan minat baca anak. Oleh karena itu, UNESCO mengajak orang
tua, pendidik, khususnya Kemendikbudristek, untuk memastikan konten-konten yang
anak-anak baca dapat memberikan manfaat. UNESCO pun memberikan dukungan berupa
pendampingan kepada negara-negara anggota, seperti di Afrika, Eropa, Asia, dan
Amerika Latin guna memastikan konten-konten cerita anak mudah didapat, diakses,
dan dipelajari melalui kegiatan-kegiatan penerjemahan dengan pendekatan bahasa
ibu yang berdekatan dengan lingkungan sehari-hari.
Pada 2022 Indonesia menjadi tuan rumah G-20. Kemendikbudristek
sebagai ketua Education Working Group (EdWG) G-20 mengemukakan prinsip
gotong-royong (solidarity partnership) kepada dunia. Prinsip gotong-royong
itu menyiratkan bahwa upaya peningkatan pendidikan melalui literasi digital tidak
dapat dilakukan sendiri. Peningkatan pendidikan melalui literasi digital bukan
hanya tanggung jawab Kemendikbudristek, melainkan segenap lapisan masyarakat
sehingga seluruh pemangku kepentingan perlu bahu-membahu untuk meningkatkan
kualitas literasi dan pendidikannya. Oleh karena itu, literasi digital perlu
ada di tiap bagian pendidikan formal dan nonformal di Indonesia.
"UNESCO merasa bangga atas pelaksanaan Lokakarya Penerjemahan
ini. Pelibatan penerjemah lepas dan penerjemah pemerintah dapat memunculkan
isu-isu tentang penerjemahan yang saling menguatkan karena penerjemah lepas
lebih banyak literatur yang dibaca dan kesempatan untuk mengikuti perkembangan
literasi digital lebih terbuka daripada penerjemah di lingkup pemerintah yang
banyak terbebani dengan urusan administratif. Lokakarya Penerjemahan juga
menjadi bagian dari kampanye penguatan literasi digital Translate a Story
yang dikampanyekan oleh UNESCO sejak tahun 2019. Selain itu, Lokakarya
Penerjemahan memberikan perluasan kesempatan bagi peserta didik untuk
memperoleh referensi cerita-cerita anak yang menginspirasi dan menguatkan
edukasi anak-anak pada masa depan,” tambah Zakki.
Lebih lanjut, Zakki menjelaskan bahwa kerja sama antara Badan Bahasa
dengan UNESCO dapat memperkuat kapasitas dalam memahami isi buku, khususnya
buku cerita anak bagi para penerjemah di Indonesia, baik penerjemah muda dan
perempuan. Selain itu, kerja sama tersebut juga memperluas kegiatan literasi
digital sehingga literasi digital Indonesia yang kini sudah maju menjadi makin
baik dengan adanya dukungan dari lembaga nonpemerintah.
Selanjutnya, Cecilie menjelaskan mengenai GDL. GDL merupakan
perpustakaan digital internasional yang bertujuan untuk mengembangkan,
mengadakan, dan mendistribusikan buku-buku agar anak-anak di seluruh dunia
dapat memiliki buku dan materi pembelajaran yang dibutuhkan untuk belajar
membaca dan membaca untuk belajar. GDL juga merupakan bagian dari the Global
Book Alliance yang berada di bawah naungan the Norwegian Agency for Development
Cooperation (Norad), suatu badan profesional di bawah Kementerian Luar Negeri
(MFA) Pemerintah Norwegia.
GDL memiliki buku-buku, permainan matematika, dan berbagai referensi
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan edukasi belajar anak-anak yang
tersaji dalam produk laman, seluler, dan cetak. Seluruh produk dan platform GDL
dapat diakses oleh semua orang, khususnya pengelola sekolah, guru, penerbit
lokal, distributor digital, penyedia konten, lembaga donor dan mitra
pelaksananya, lembaga swadaya masyarakat internasional dan nasional, serta
kementerian pendidikan di berbagai negara.
Buku-buku GDL sudah diterjemahkan ke dalam 103 bahasa. Hal itu
dilakukan karena anak-anak lebih mudah mempelajari dan menyukai sesuatu bila
sumber bacaannya menggunakan bahasa ibunya. Sementara itu, untuk pembelajaran
matematika, GDL memberikan buku dalam level II dan III dengan berbagai tema.
“GDL sudah bekerja sama dengan banyak negara terkait program penerjemahan buku-buku cerita anak melalui
UNESCO dan UNICEF. Negara-negara tersebut di antaranya adalah Bangladesh,
Nepal, Vietnam, Rwanda, Palestina, Kirgiztan, Afghanistan, Bhutan, Kamboja,
Timor-Leste, Thailand, dan Ukraina. Kementerian pendidikan di negara-negara
tersebut selalu menyambut baik atas program-program GDL. Peserta program GDL
kebanyakan adalah para guru. Selain menerjemahkan, para guru tersebut juga
memublikasikan buku-buku dengan bahasa di negaranya ke dalam platform GDL,
seperti yang terjadi di Nepal dan Thailand. Namun, pelaksanaan program di
Bangladesh adalah yang paling menarik karena seratus orang guru berkumpul
secara luring, sedangkan fasilitator GDL mendampingi secara daring,” tambah
Cecilie.
Lebih lanjut, Cecilie mengapresiasi dan merasa bangga atas
pelaksanaan Lokakarya Penerjemahan di Indonesia. Ia mengatakan bahwa penerjemahan
buku-buku cerita anak di Indonesia adalah pencapaian yang paling besar.
Penerjemahan 250 buku oleh peserta berhasil memecahkan rekor penerjemahan
program GDL. Sebelumnya, peserta menerjemahkan 75 buku selama lima hari.
GDL juga berharap agar kerja sama program penerjemahan cerita anak ini dapat terus berlanjut, baik secara luring dan daring. Selain itu, GDL juga ingin agar bentuk kerja sama program penerjemahan makin beragam karena Indonesia memiliki sumber-sumber buku bacaan yang banyak, beragam, dan menarik. Selaras dengan GDL, Bayu Permana Sukma selaku peserta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengemukakan bahwa Lokakarya Penerjemahan sangat bermanfaat untuk mempelajari teknik-teknik penerjemahan. Menurutnya, lokakarya ini membuatnya makin paham atas bahan-bahan bacaan dalam bahasa Inggris. “Kegiatan ini baik untuk dilanjutkan karena banyak bahan bacaan dan cerita-cerita rakyat di dunia internasional yang dapat diterjemahkan sekaligus memungkinkan terjadinya diskusi dan pemahaman dunia,” ujarnya. Seorang peserta lain dari SEAMEO QITEP for Mathematic, Ummi Salma, juga merasa sangat senang karena Lokakarya Penerjemahan membuatnya dapat berkontribusi aktif dalam upaya peningkatan literasi digital Indonesia. “Sebagai praktisi di bidang matematika, saya berharap gim yang diterjemahkan dapat bermanfaat bagi anak-anak di Indonesia sebagai sarana belajar matematika secara menarik dan bermanfaat,” tutupnya. (princess/pad)
Referensi:
en.unesco.org;
digitallibrary.io
oecd.org.