Sosialisasi Pembinaan Literasi dan Diseminasi Revitalisasi Bahasa Daerah di Kalimantan Timur
Literasi bukan hanya tentang terampil membaca, melainkan juga
kemampuan yang melahirkan inovasi dan kreativitas tinggi serta mampu
menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing di
ranah global. Hal tersebut dikatakan Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X
DPR RI, dalam kegiatan Sosialisasi Program Pembinaan Literasi Generasi Muda
pada Minggu, 18 Juni 2023 di Novhotel Balikpapan, Kalimantan Timur. Kegiatan yang
dipandu oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, Halimi Hadibrata tersebut
digelar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Menurut Hetifah, kondisi literasi di Indonesia memang masih rendah. Kemampuan membaca masyarakat, khususnya siswa, hanya sebatas mampu membaca, tetapi jika diminta untuk menjelaskan kembali materi yang dibaca, banyak yang terbata-bata. Itu berarti pemahaman siswa terhadap materi bacaan belum mendalam. Hetifah menyampaikan bahwa minat baca anak-anak sekarang memang kurang. Mereka tidak buta huruf, tetapi tidak memahami materi yang dibaca dan tidak dapat menjelaskan. “Padahal, literasi berarti memahami secara mendalam dan mampu menjelaskan," tuturnya.
Lebih lanjut, Hetifah juga menyampaikan bahwa kemampuan literasi digital Kalimantan Timur menduduki peringkat ketiga tertinggi di Indonesia. Namun, nilai literasi membaca masih rendah dan tertinggal dari provinsi lain. Hatifah berharap agar generasi muda yang memiliki kemampuan literasi digital yang bagus mampu memanfaatkan gawainya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dalam kesempatan yang sama, Iwa Lukmana, Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan
Bahasa (Pustanda) juga menyampaikan hasil skor PISA literasi Indonesia yang
rendah. Pemerintah terus berupaya menanggulangi darurat literasi, salah satunya
adalah dengan mengirim buku-buku bacaan bermutu ke wilayah 3T yang telah dilakukan
di tahun 2022. Selain itu, Iwa juga menyampaikan informasi tentang buku-buku
bacaan bermutu dari luar negeri yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Buku-buku tersebut mudah diakses dan memperkaya bahan bacaan masyarakat. Iwa
berharap agar ketersediaan buku-buku digital tersebut dapat menambah wawasan
serta minat baca masyarakat yang hidup di era digital.
Sementara itu, Halimi menyampaikan bahwa upaya meningkatkan literasi
hendaknya dimulai dari diri sendiri, lalu dalam ranah keluarga, kemudian
masyarakat. Ia juga mengungkapkan bahwa terkadang kita kurang antusias dalam melirik
dunia literasi. Literasi meningkat jika kita tidak malas mengakses buku atau
membaca buku. Halimi juga menceritakan kisah masa kecilnya dan mengatakan bahwa
membiasakan diri dan keluarga untuk membaca buku setiap malam akan menimbulkan rasa
cinta membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 100 peserta yang terdiri atas
mahasiswa, forum taman bacaan masyarakat, awak media, pegiat literasi, duta bahasa,
dan lainnya. Mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah yang
biasa berinteraksi dengan masyarakat dan membawa perubahan yang positif. Kegiatan
tersebut diharapkan mampu menambah wawasan peserta dan meningkatkan semangat
berliterasi di masyarakat.
Diseminasi Revitalisasi Bahasa Daerah di Kutai Kertanegara
Sebelum bertolak ke Balikpapan untuk melaksanakan Sosialisasi Pembinaan Literasi bagi Generasi Muda, Hetifah menyapa masyarakat Kutai Kartanegara dalam kegiatan Diseminasi Revitalisasi Bahasa Daerah pada Sabtu, 17 Juni 2023. Dalam pertemuan tersebut, Hetifah menyampaikan pentingnya memahami identitas bahasa daerah yang dituturkan oleh sekelompok masyarakat dalam suatu daerah dan diajarkan secara turun temurun. Menurutnya, keunikan bahasa yang muncul di setiap daerah dapat menjadi suatu bentuk kearifan untuk menanggapi tantangan sosial dan lingkungan yang ada di daerah tersebut. Bahasa daerah juga menjadi bukti difusi budaya yang dapat memperkaya wawasan sejarah budaya dan kebanggaan masyarakat sebagai bangsa Indonesia.
"Bahasa daerah adalah kekayaan kita, sudah ada turun temurun. Memiliki bahasa daerah berarti kita mampu menjawab tantangan sosial dan lingkungan yang ada di daerah tersebut. Jangan gengsi berbahasa daerah agar tidak punah," ungkapnya.
Lebih lanjut, Hetifah turut memaparkan kondisi bahasa daerah di
Indonesia. Ia menyampaikan bahwa bahasa daerah, tidak termasuk dialek dan
subdialek, di Indonesia telah diidentifikasi dan divalidasi sebanyak 718 Bahasa
dari 2.560 daerah pengamatan. Sebanyak 25 bahasa daerah terancam punah, 6 bahasa
dinyatakan kritis, dan 11 bahasa telah
punah.
Kalimantan
Timur memiliki 16 bahasa daerah. Kondisi bahasa tersebut termasuk dalam kondisi
mengalami kemunduran karena penuturnya sedikit. Sementara itu, Kalimantan Timur menjadi
sasaran Ibu Kota Nusantara (IKN) dalam waktu dekat. Itu berarti akan banyak
budaya baru yang masuk ke wilayah Kalimantan Timur. Hetifah berharap agar budaya
lokal, khususnya bahasa daerah, tidak tergerus oleh hadirnya budaya yang baru. Masyarakat
dan pemda setempat harus tetap sigap menjaga budaya yang ada. (Devi Virhana)