Sosialisasi Perkembangan Dunia Leksikografi melalui SLI 2023
Dunia leksikografi di Indonesia
saat ini sedang krisis pekamus dan kamus bidang ilmu. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa masih
berupaya memenuhi kekurangan 81.000 entri kamus agar target 200.000 entri pada
2024 dapat tercapai. Sedari itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan
Bahasa) melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra kembali
menggelar Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) sebagai sarana bertukar
informasi dan pengalaman tentang dunia perkamusan serta menyosialisasikan
perkembangan dunia leksikografi kepada masyarakat.
Menurut KBBI V, leksikografi
adalah ‘cabang ilmu bahasa mengenai teknik penyusunan kamus’ atau ‘perihal
penyusunan kamus’. Sementara itu, definisi kamus ialah ‘buku yang memuat
kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan
tentang makna dan pemakaiannya’ atau ‘karya rujukan atau acuan dalam bentuk
cetak maupun digital yang memuat kata dan ungkapan, dapat disusun menurut abjad
atau tema, berisi keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahan’.
Kamus merupakan pedoman bagi penutur dan pemelajar bahasa untuk menemukan makna kata dan konteksnya. Kamus merupakan koleksi atau rekaman khazanah keilmuan, kebudayaan, dan kearifan masyarakat. Kamus sekaligus menjadi sumber rujukan ilmiah sehingga penyusunannya membutuhkan konsep yang jelas, termasuk inventarisasi lema, pemilihan padanan istilah, termasuk bentuk terikat. Kamus juga selalu tertinggal dan tidak serta merta lompat melewati zaman karena para pekamus bukan peramal yang dapat memprediksi kata populer di masa depan.
“Pada era digital saat ini kamus harus makin berkembang dengan mempertimbangkan kemajuan-kemajuan yang terjadi di masyarakat, baik dalam hal penyerapan kata, ejaan, dan pengaruh penerapannya. Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi ketertinggalan tersebut,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz.
SLI merupakan kegiatan tahunan
yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra,
Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak
tahun 2016. Pada kesempatan ini SLI diadakan di Harris Vertu Hotel Harmoni, Jalan Hayam Wuruk
No.6, Gambir, Jakarta, pada tanggal 2–4 Agustus 2023. SLI 2023 dibagi dalam kegiatan diskusi panel dan
diskusi pleno. Peserta SLI 2023 berjumlah 106 orang dari berbagai latar
belakang, baik pekamus, pemerhati
bahasa, media, akademisi, perwakilan kementerian/lembaga, dan pegiat bahasa
Indonesia.
“SLI 2023 merupakan kegiatan yang memberikan gambaran tentang leksikografi di Indonesia. Di dalamnya terdapat pembahasan teoretis leksikografi, tantangannya, serta penerapan teori tersebut. Banyak hal yang dapat dipelajari dari para pembicara dan peserta, khususnya tentang kemajuan dan tantangan di bidang leksikografi di Indonesia,” tambah Raden Muhammad Arie Andiko Ajie, pengajar program studi Sastra Jerman Universitas Indonesia.
Tema yang diangkat dalam SLI 2023 adalah “Leksikografi: Teori
dan Penerapannya”. Tema itu diusung untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang apa itu leksikografi, teori apa saja yang perlu diketahui
dalam penyusunan kamus, bagaimana menyusun kamus yang sistematis dan tepat
sasaran, serta berbagi pengalaman dengan para penyusun kamus atau peneliti
kamus. Sementara itu, subtemanya adalah 1) Aspek Teoretis Leksikografi, 2) Kamus Ekabahasa dan Dwibahasa, 3) Kamus Khusus, dan 4) Leksikografi Praktis. Tema dan subtema
tersebut diangkat agar wawasan dan pemahaman masyarakat, khususnya peminat
kamus, makin terbuka.
Perkembangan Dunia Leksikografi
A. Kamus Frasem Dwibahasa Jerman–Indonesia
Raden Muhammad Arie Andiko Ajie,
pengajar program studi Sastra Jerman Universitas Indonesia, menyampaikan materi tentang Kamus
Frasem Dwibahasa Jerman–Indonesia. Arie berkisah bahwa kamus tersebut tercipta
secara insidental dan merupakan bahan disertasinya. Kamus frasem merupakan
kamus ungkapan dalam bahasa Indonesia. Banyaknya ungkapan menjadi gengsi
tersendiri dalam sebuah bahasa.
Target pengguna Kamus Frasem Dwibahasa Jerman–Indonesia adalah penutur bahasa Jerman dengan ilmu bahasa yang tinggi. Kamus tersebut berisi penjelasan tentang latar belakang dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan, target pengguna, studi metaleksikografi (berkaitan dengan mikro dan makrostruktur kamus), tantangan, serta peranan internet dalam pencarian padanan, lema, dan entri mikrostruktur.
B. Kamus Astro
Avivah Yamani, komunikator astronomi dari langitselatan.com yang merupakan media edukasi astronomi berbahasa Indonesia berbasis daring menjelaskan tentang kamus astro. Kamus astro adalah kamus yang berisi istilah-istilah astronomi dalam bahasa Indonesia. Penyusunannya didasarkan pada kebutuhan untuk memperkenalkan dan membangun kesadaran astronomi, membangun kemampuan berpikir logis, serta memperkenalkan bahwa sains itu menyenangkan dan bisa dilakukan. Kamus astro lebih mengarah pada glosarium dan ditujukan sebagai terminologi astronomi.
Tujuan pengembangan kamus astro adalah untuk mempermudah penulisan artikel di situs web langitselatan.com, membangun basis data istilah astronomi bahasa Indonesia, sebagai sarana komunikasi dan edukasi astronomi, serta menjadi rujukan istilah astronomi yang standar digunakan. Sumber terminologinya adalah berita astronomi, makalah, buku teks astronomi, dan saran publik. Sasaran pengguna kamus astro adalah pembaca situs web langitselatan.com, pengunjung baru, komunikator astronomi, siswa, guru, jurnalis sains, dan publik. Sementara itu, tantangan penyusunannya adalah membuat konten dan artikel dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua khalayak, khususnya ketika padanan bahasa Indonesia untuk istilah astronomi masih sangat minim.
“Selama ini informasi tentang terminologi astronomi hanya ada dalam bahasa Inggris. Padahal, para staf Komunitas Langit Selatan membutuhkan padanan kata dalam bahasa Indonesia agar dapat memperkenalkan istilah dan informasi astronomi kepada masyarakat,” imbuh Avivah.
Avivah juga menambahkan bahwa jenis kamus sangat banyak. Selain kamus dwibahasa Inggris- Indonesia, KBBI, dan kamus astro, terdapat kamus bidang pertahanan dan keamanan. Ia berharap agar makin banyak kamus bidang ilmu, khususnya sains, yang dapat diperkenalkan kepada masyarakat. “Melalui kamus, masyarakat dapat mengenal beragam bidang ilmu dan tidak akan menyepelekan pentingnya kosakata,” imbuh Avivah.
C. Kamus Bidang Pertahanan dan Keamanan
Berkaitan dengan kamus bidang pertahanan dan keamanan, Surya Wiranto, Dosen Prodi Keamanan Maritim di Universitas Pertahanan (Unhan), menjelaskan bahwa Badan Bahasa bekerja sama dengan Unhan sejak bulan Maret 2019.
“Pengalaman pertama bagi kami yang biasa mengangkat senjata, tiba-tiba harus membuat kamus. Penyusunan kamus bidang pertahanan dan keamanan ini menjadi lebih mudah karena banyaknya pengalaman di lapangan, pengalaman mengajar sebagai akademisi, dan bimbingan dari Badan Bahasa. Berawal dari taksonomi mengelompokkan kata-kata dan kalimat-kalimat dari tiap subbidang, kemudian diolah menjadi bahan-bahan kamus leksikografi. Akhirnya, dua kamus, yaitu Kamus Istilah Strategi Pertahanan Udara dan Kamus Istilah Damai dan Resolusi Konflik dapat terselesaikan dan kami serahkan secara simbolis pada 2 Agustus 2023 kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam SLI 2023,” ujar Surya.
Beni Rudiawan, Dosen Fakultas Strategi Pertahanan, Unhan, mengatakan bahwa istilah hankam sudah tidak ada lagi. Istilah pertahanan digunakan untuk TNI, sedangkan keamanan untuk Polri. Hambatan penyusunan kamus pertahanan adalah mencari padanan. Banyak padanan yang berasal dari bahasa daerah yang digunakan untuk memperkaya istilah-istilah bidang pertahanan, bahkan mencakup strategi pertahanan darat dan laut.
D. Bahasa Gaul
Dalam sesi diskusi terakhir SLI 2023 pada tanggal 4 Agustus 2023, Debby Sahertian sebagai pembawa acara dan pelopor kamus bahasa gaul dan Aditya Elmand yang merupakan guru, selebgram, dan Tiktoker memaparkan materi dan pengalamannya tentang bahasa gaul. Bahasa gaul adalah sebuah atau beberapa kata yang keluar secara spontan dari mulut seseorang dengan bunyi yang agak mirip dengan kata orisinalnya. Bahasa gaul memudahkan seseorang yang mungkin mempunyai sifat introver dalam memulai perkenalan, pergaulan, atau membaur dengan lingkungan baru atau sebagai pencair suasana. Bahasa gaul adalah salah satu yang memperkaya ragam bahasa slang di Indonesia.
Pada awalnya bahasa gaul berkembang di kalangan preman pasar atau orang-orang yang sering bergaul di pasar dengan sebutan bahasa prokem sehingga bahasa gaul yang berkembang pada saat itu memang terkesan maskulin. Kemudian, terjadilah pergeseran ketika banyak yang menggunakan bahasa rahasia antara pekerja salon atau kaum minoritas lainnya, seperti waria. Pada saat itulah terjadi transformasi bahasa gaul. Rumus yang digunakan pada bahasa gaul adalah mempertahankan suku kata pertama/awal lalu menambahkan kreativitas pada suku kata di belakangnya, misalnya ma-kan menjadi ma-ka-sar.
“Kecenderungan menggunakan kata yang dipanjang-panjangkan dalam bahasa gaul untuk mempertahankan kerahasiaan antarpenggunanya, misalnya masih dipadankan dengan masker tetapi kami mencari padanan lebih panjang maskpai penerbangan. Selain itu, sulit untuk mengontrol penggunaan bahasa gaul karena awalnya saya hanya mendokumentasikan bahasa gaul. Saya tidak memiliki kekuasaan untuk mengontrol, misalnya penggunaannya di televisi. Televisi menayangkan acara hiburan sehingga penggunaan bahasa gaul tetap digunakan karena mengundang penonton untuk tertawa. Memang penuturnya memerlukan kesadaran berbahasa kapan untuk menggunakan bahasa gaul, misalnya saat bertemu Presiden Jokowi tidak mungkin mengatakan akika laper, neik,” jelas Debby.
Kemudian, Aditya selaku penutur bahasa gaul ala Debby Sahertian di TikTok, mengutarakan pengalamannya. “Saya mengenal bahasa gaul sejak SMP karena tumbuh di keluarga artis, yaitu dengan Gusti Randa dan Nia Paramitha. Saya memang menyukai banyak bahasa dan pada saat ini saya membuat konten menggunakan bahasa gaul ala Debby Sahertian di TikTok sehingga menimbulkan banyak kontroversi. Banyak warganet yang berkomentar bahwa saya membunuh bahasa Indonesia dan menggantikannya dengan bahasa gaul. Setelah saya bertemu banyak ahli bahasa, seperti Ivan Lanin, saya mengetahui bahwa bahasa gaul sebagai bahasa nonformal justru memperkaya dan tidak akan merusak bahasa Indonesia. Menurut saya, penggunaan bahasa gaul ini tidak perlu menjadi kontroversi karena tiap bangsa dan negara memiliki bahasa gaul,” ujar Aditya.
Penggunaan bahasa gaul memang harus ekspresif, harus diiringi gestur. Penutur bahasa gaul perlu menggunakannya dengan rasa senang. Tidak masalah jika menggunakannya tanpa gestur atau intonasi, tetapi akan lebih menyenangkan jika menggunakan gestur dan intonasi. Selain perkembangan-perkembangan leksikografi tersebut, SLI 2023 juga menyosialisasikan makalah-makalah, yaitu
1) “Teori Leksikografi” karya Dora Amalia (Badan Bahasa),
2) “Konsep Penentuan Bentuk Awalan Terikat (Proleksem) di dalam KBBI V Daring” karya Wahyu Ayuningsih (Universitas Gadjah Mada) dan Rian Surya Putra (STKIP Al Hikmah Surabaya),
3)“Kamus Dwibahasa dalam Kerangka Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Strategi Pemilihan Bahasa dan Negara Sasaran” karya Tri Amanat (BRIN),
4) “Salah Tata dan Kata pada Leksikon Ke-Islaman” karya Namira Choirani Fajri dan Vina Darissurayya (UIN Walisongo Semarang),
5) “Kamus Saku Bergambar Kuliner Madura bagi Wisatawan” karya Evi Pebri Ila Rachma (Universitas Trunojoyo Madura),
6) “Revitalisasi Bahasa Teon melalui Pengembangan Kamus Digital Tematik Berbasis Aplikasi Bloom” karya Dwi Agus Erinita (Badan Bahasa),
7) “Problematika Penyusunan Kamus Bahasa Sunda Kuno-Indonesia Berbasis Teks Naskah Sunda Kuno Abad XVI Masehi” karya Elis Suryani Nani Sumarlina (FIB Universitas Padjadjaran),
8) “Kamus Bahasa Indonesia Tergerak Korpus: Studi Percontohan” karya Dewi Puspita (Badan Bahasa),
9) “Penyusunan Glosarium Istilah Sastra Siber: Desain Awal Kamus Khusus Sastra Kontemporer” karya Reza Sukma Nugraha (Universitas Sebelas Maret),
10) “Sejarah Indonesia dan Pentingnya Kamus Sejarah” karya Kusuma (Unhan),
11) “Upaya Mendokumentasikan Kosa Kata Bahasa Madura dan Tantangannya” karya Chotimah (SDN Pakaan Dajah Kecamatan Galis),
12) “Pemanfaatan Aplikasi Ant-word profiler untuk Mengukur Tingkat Kemampuan Menulis Siswa pada Tugas Mengarang Bahasa Indonesia” karya Ahmad Muzaki (SD Muhammadiyah Manyar),
13) “Penggunaan KBBI dalam Putusan Pengadilan” karya Asep Rahmat Hidayat (Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat), dan
14) “Proyek Kreatif Inovatif Kamus Visual Bahasa Jawa” karya Sigid Nurwijaya (SDN Bulukidul Ponorogo). (princess, ika maryana)