Menduniakan Karya Sastra Mastera, Badan Bahasa Gelar SAKAT 2023

Menduniakan Karya Sastra Mastera, Badan Bahasa Gelar SAKAT 2023

Jakarta, 21 September 2023—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menyelenggarakan kegiatan Seminar Antarbangsa Kesusatraan Asia Tenggara (SAKAT) 2023. Acara yang berlangsung di Aula Sasadu, Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta ini, mengangkat tema “Menduniakan Mastera dan Karya Sastra Mastera”. 

Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz menilai bahwa SAKAT sangat berguna menjadi wadah dalam pengembangan dan pemanfaatan sastra supaya lebih mendunia. “Kita tidak bisa berpikir sempit, pemikiran kita harus berkembang untuk mengupayakan bagaimana sastra itu mendunia,” ujarnya di Jakarta (20/9) yang mengaku baru pertama kalinya hadir dalam kegiatan SAKAT. 

Oleh karena itu, Badan Bahasa mengajak masyarakat, peminat, serta pemerhati sastra di negara-negara anggota untuk menantang zaman bersama-sama dalam menumbuhkembangkan karya sastra Mastera. “SAKAT saya harap menjadi forum yang dapat menguatkan kepedulian kita semua terhadap sastra khususnya di negara masing-masing dan mengukuhkan hubungan kerja sama antaranggota Mastera. Kita di sini akan mengkaji bagaimana sastra bisa berkembang lebih maju,” jelas Aminudin Aziz. 

SAKAT merupakan salah satu rangkaian kegiatan hasil kerja sama Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) yang beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sebagai bagian dari kegiatan Mastera, Badan Bahasa menyelenggarakan serangkaian kegiatan, yaitu 1) SAKAT, 2) Pemberian Penghargaan Sastrawan Muda Mastera, 3) Sidang Ke-27 Mastera, serta 4) Pertemuan Forum Penulisan Sastrawan Tamu/Asuhan Mastera. 

Dalam seminar ini, Kepala Badan Bahasa juga menyerahkan Penghargaan Sastrawan Muda Mastera Tahun 2023 kepada empat orang sastrawan muda yang berasal dari empat negara anggota Mastera. Mereka adalah Fasial Oddang dari Indonesia, Awangku Mohd Noor Sham dari Brunei Darussalam, Muhammad Lutfi bin Ishak dari Malaysia, dan Farihan Bahron dari Singapura. Para pemenang mendapatkan piagam penghargaan dan uang tunai senilai Rp 25 juta. 

“Semoga penghargaan ini dapat memotivasi para pemenang dan generasi muda untuk terus mencintai dan mengembangkan sastra,” ujar Kepala Badan Bahasa.  

Penghargaan Sastrawan Muda Mastera semula ditujukan untuk alumni peserta Program Penulisan Mastera (puisi, cerpen, drama, dan esai) yang dilaksanakan oleh Mastera Indonesia sejak tahun 2005. Kini penghargaan itu diperluas sasarannya, yaitu sastrawan muda di semua negara anggota Mastera. 

Faisal Oddang, perwakilan pemenang dari Indonesia, tak menyangka karya tulis yang ia hasilkan mendapat apresiasi dari Badan Bahasa. “Saya pikir dari tahun ke tahun banyak penulis muda berbakat yang bermunculan di Indonesia. Saya tidak menyangka karya saya menarik perhatian dan diapresiasi oleh Badan Bahasa. Terima kasih atas penghargaan ini,” ucapnya yang berencana menerbitkan buku dalam waktu dekat. 

Lebih lanjut, ia menilai bahwa keberadaan Mastera sangat penting untuk menjadi sarana bagi para sastrawan muda untuk saling berbagi terkait kesastraan satu sama lain. “Ini sebagai pintu untuk meningkatkan mutu karya sastra di kawasan Asia Tenggara. Acara semacam ini penting untuk para sastrawan dapat saling mengetahui karya sastra satu sama lain,” jelasnya yang suka menulis sejak SMA namun menekuni tulisan dengan lebih serius saat duduk di bangku kuliah.  

Ketika ditanya cara menarik minat generasi muda terhadap kesusastraan, Faisal menjawab bahwa upaya meningkatkan minat baca melalui buku bacaan bermutu harus terus dilakukan sebagai langkah awal menumbuhkan kecintaan terhadap sastra pada generasi muda. “Saya berharap ke depan semakin banyak masyarakat yang mendapat akses terhadap bacaan bermutu karena hal itu menjadi solusi efektif dalam meningkatkan minat baca bagi anak-anak,” tuturnya.

Faisal Oddang adalah pria kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan. Dia telah banyak menulis puisi, cerpen, novel, esai-esai sastra serta naskah drama. Faisal banyak menulis karya-karya sastra yang gagasannya berkaitan dengan masyarakat Bugis secara khusus, Sulawesi Selatan secara umum. Tulisannya telah terbit di berbagai media massa lokal maupun nasional. Berbagai penghargaan telah diraihnya baik secara nasional maupun internasional. 

Dalam laporannya, Sekretaris Badan Bahasa, Hafidz Muksin menyampaikan bahwa SAKAT 2023 dilaksanakan dengan sistem pleno. Sesi pleno utama dilaksanakan dengan menghadirkan seorang pemakalah kunci dan pemakalah utama. Kemudian untuk sesi pleno panel, terdiri atas sesi pagi dan sesi siang, setiap sesi panel menghadirkan empat pembicara dari masing-masing negara anggota Mastera. Para pemakalah dalam SAKAT adalah pakar sastra, akademisi, dan sastrawan. “Melalui kegiatan ini, karya sastra mastera semakin bermanfaat bagi dunia,” tutur Hafidz Muksin. 

Hafidz Muksin melanjutkan bahwa acara ini disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Peserta SAKAT pada hari ini berasal dari kalangan dosen, mahasiswa, sastrawan, pengamat sastra, duta bahasa, peneliti, rekan media, pegawai di lingkungan Badan Bahasa, serta peserta yang berasal dari empat negara anggota Mastera. Sedangkan, peserta yang hadir secara luring berjumlah 150 orang. 

Dalam kesempatan ini, hadir Pemangku Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka selaku Ketua Mastera Brunei Darussalam, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab; Pensyarah Kanan Jabatan Pengajian Melayu, Universiti Nasional Singapura (NUS), selaku ketua Mastera Singapura, Azhar Ibrahim Alwee, serta Setiausaha Mastera Malaysia, Encik Abdul Ghani Abu. 

Tentang SAKAT

Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam Majelis Sastra Asia Tenggara. SAKAT pada awalnya merupakan kegiatan dwitahunan yang digagas bersama oleh negara-negara pendiri Mastera, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia. SAKAT pertama kali diselenggarakan tahun 1999, di Malaysia.

Mulai tahun 2010, SAKAT diselenggarakan secara bergantian setahun sekali, di negara tempat berlangsungnya Sidang Mastera. Indonesia telah menyelenggarakan SAKAT pada tahun 2010, 2013, 2017. Tahun 2023 ini, Indonesia kembali menyelenggarakan SAKAT, sekaligus menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan Sidang ke-27 Mastera.

Tujuan SAKAT adalah (1) mendiseminasikan alih wahana yang lahir di negara-negara anggota Mastera, yang telah dilakukan Mastera sejak tahun 2012, (2) menggali informasi situasi alih wahana di setiap negara anggota, (3) melihat seberapa alih wahana tersebut telah berkembang dan diterima oleh masyarakat sastra di negara-negara anggota Mastera, dan (4) menjadi sarana tukar pikiran perihal alih wahana setelah dilakukan pembahasan dan diskusi.

Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Nomor: 484/sipers/A6/I /2023

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat

Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id

Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI

Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri

Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri

Youtube: KEMENDIKBUD RI

Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar


Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa