Forum Kolaborasi untuk Memajukan Pendidikan Multibahasa di Asia Pasifik
Konferensi Internasional ke-7 tentang bahasa dan pendidikan
diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada tanggal 4—6 Oktober 2023. Konferensi yang
diikuti oleh 60 peserta dari negara-negara di Asia Pasifik ini merupakan forum
diskusi untuk berbagi praktik baik tentang pendidikan multibahasa berbasis
bahasa ibu. Pendidikan multibahasa merupakan pendekatan yang diharapkan dapat
mengatasi kendala bahasa yang sering dialami oleh siswa ketika mengakses ilmu
pengetahuan. Dari forum ini juga diharapkan muncul gagasan untuk memperkuat
ketahanan komunitas pendidikan dalam menghadapi masa depan yang penuh
tantangan.
Bersamaan dengan penyelenggaraan konferensi tersebut,
dilangsungkan pula Forum Kebijakan Tingkat Tinggi ke-4 untuk Pendidikan
Multibahasa. Forum ini diikuti oleh para pakar pendidikan dan pejabat dari
kementerian di negara Asia Pasifik yang secara khusus diundang untuk berbagi
pengalaman tentang cara menjembatani kendala bahasa dalam pendidikan dan berdiskusi
tentang rencana ke depan untuk mengimplementasikan kesepakatan yang telah
dicapai pada forum sebelumnya. Perwakilan dari Indonesia yang hadir dalam forum
ini ialah Prof. E. Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dalam forum itu, dilakukan reviu atas hal-hal yang
telah dilakukan sejak tahun 2019, terutama tentang akselerasi hasil belajar
siswa yang dibantu oleh bahasa pertama. Selain itu, dibahas pula status bahasa pertama
tersebut di tiap negara, perkembangan, kendala, dan implementasinya di beberapa
sekolah. Dari laporan para negara peserta, diketahui bahwa pandemi Covid menjadi
kendala utama implementasi pembelajaran pada tahun 2020 dan 2021. Namun,
terdapat pula kemajuan yang patut dicontoh oleh negara-negara lain. Berkaitan
dengan implementasi ini, Aminudin menyampaikan pengalaman Indonesia
menyelenggarakan program revitalisasi bahasa daerah (RBD). Program ini
dilaksanakan secara serentak di berbagai provinsi dengan melibatkan para guru,
siswa, tokoh adat, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Melalui program ini kecintaan generasi muda untuk kembali menggunakan bahasa
daerah tumbuh kembali. Pada saat bersamaan, penggunaan bahasa daerah sebagai
wahana untuk mengakses ilmu dan berkarya diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan kreativitas siswa.
Dalam forum tersebut
juga dihasilkan komitmen baru dan rencana tindak lanjut. Pertama, perlunya
penguatan terhadap aktivitas
yang sudah dilakukan untuk
mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4: Pendidikan Berkualitas. Kedua, perlunya
meminta jaminan pemerintah untuk memastikan keberlangsungan
pembelajaran menggunakan bahasa pertama sebagai medium pertama yang
digunakan secara kontekstual sembari memastikan transisi ke pembelajaran
bahasa kedua berjalan dengan
mulus. Pihak sekolah bertanggung jawab untuk memastikan waktu yang tepat untuk
proses transisi tersebut. Ketiga, perlunya mendorong pemerintah untuk menyediakan guru melalui rekrutmen dan pelatihan agar pembelajaran berjalan
dengan optimal. Keempat, perlu adanya riset yang menggambarkan
keberhasilan pembelajaran ini pada level nasional. Kelima, perlu adanya sinergi
antara satu negara dengan negara lain. Tiap negara dapat berkontribusi dan saling mendukung dengan memberikan informasi dan bantuan sesuai dengan kemampuan negara
itu, baik kontribusi berupa tenaga ahli maupun anggaran. Sinergi juga
diperlukan dalam bentuk kolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional, seperti Bank Dunia, UNESCO, dan lembaga lainnya (de).