Flores Writers Festival Tahun 2023 sebagai Penguatan Komunitas Sastra

Flores Writers Festival Tahun 2023 sebagai Penguatan Komunitas Sastra

Maumere, 10 November 2023—Klub Buku Petra menyelenggarakan kegiatan Flores Writers Festival 2023 di Kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 8—10 November 2023. Klub Buku Petra adalah salah satu komunitas sastra yang menerima bantuan pemerintah bidang kebahasaan dan kesastraan tahun 2023 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek. Bantuan pemerintah bidang kebahasaan dan kesastraan ini diharapkan dapat meningkatkan peran komunitas sastra sebagai pihak pemroduksi karya sastra, dapat menjadi penggerak sekaligus penguat dalam membangun karakter bangsa, serta dapat mengembangkan dan meluaskan produk karya yang telah dihasilkan.

Flores Writers Festival tahun 2023 mengangkat tema “Sadang Bui” yang berarti bersandar dan menanti. Nama “Sadang Bui” merujuk pada sebuah pelabuhan di pesisir utara kota Maumere, tempat bersandarnya kapal-kapal dagang dari berbagai daerah yang masuk ke kota Maumere. Tema “Sadang Bui” dapat memberikan kesan sebagai tempat untuk memulai mimpi, mengawali pengembaraan, dan sebagai tempat berpisah atau tempat menanti untuk pulang membawa sejuta harapan dan angan.

Kegiatan ini dihadiri para penulis, pembaca, penerbit, kritikus, peneliti, aktivis literasi, anggota komunitas, dan seniman dari berbagai daerah, baik dari Flores maupun luar Flores. Selama tiga hari pelaksanaan Flores Writers Festival para peserta melakukan diskusi, berbagi pengalaman, dan berefleksi untuk meningkatkan kecintaan serta kreativitas dalam dunia kesastraan. Afrizal Malna, salah satu penulis yang menjadi pembicara dalam Flores Writers Festival ini, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi penyebaran baru dalam pemetaan pesebaran sastra Indonesia yang sebelumnya tersandera hanya di daerah Jawa. Afrizal mengucapkan terima kasih kepada kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi ruang untuk menumbuhkan kemungkinan sastra yang lain sehingga sastra Indonesia dapat terkoneksi dengan keberagaman bahasa yang ada di Indonesia. 

Hal senada juga diutarakan oleh Armin Bell, Ketua Yayasan Klub Buku Petra, yang mengatakan bahwa Flores Writers Festival dibuat untuk mengurai pusat karena pusat dikusi sastra itu ada di kota-kota besar. NTT memiliki banyak penulis, tetapi akses untuk mengikuti festival tersebut sangat sulit dijangkau karena yang terlibat festival adalah penulis-penulis besar. Armin juga menyampaikan bahwa peta literasi di NTT baik sekali. Para penulis membutuhkan wadah untuk bertemu dan berdiskusi bersama. Agar dapat maju, para penulis perlu melibatkan orang dari luar yang sudah sering mengikuti festival dan menulis banyak buku untuk dapat berbagi dengan penulis yang ada di NTT.

Tia Ragat, peserta dari Komunitas Sastra Dusun Flobamora, juga menyampaikan dukungan penyelenggaraan kegiatan Flores Writers Festival tahun 2023 ini. Tia menyampaikan bahwa acara-acara semacam ini menjadi ruang penulis-penulis muda bertumbuh dan berproses mencari kesempatan untuk terjun dalam dunia kesustraan. “Mengikuti Flores Writers Festival ini menjadi salah satu bagian pelajaran, kemudian berkoneksi dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama dalam dunia kepenulisan untuk menyuarakan isu-isu tertentu,” tutur Tia.

Dalam sambutannya pada penutupan Flores Writers Festival, A.N. Wibisana sebagai salah satu kurator menyampaikan bahwa sejak awal festival ini bertujuan untuk memberikan ruang yang lapang dan inklusif bagi pertukaran gagasan dan pengalaman di bidang kesusastraan, literasi, seni multi disiplin, dan gerakan sosial. “Dalam penyelenggaraan Flores Writers Festival tahun ini dengan tema besar “Sadang Bui”, kami ingin mengajak kita semua untuk merefleksikan dinamika kehidupan masyarakat yang saling silang. Untuk itu, kami sengaja mengajak teman-teman partisipan mulai dari penulis, pegiat seni, periset, dan aktivis sosial lainnya dari berbagai latar belakang dalam aspek wilayah, gender, atau pun minat kajian,” lanjut Nugraha.

Kegiatan  Flores Writers Festival ditutup dengan penampilan kesenian komunitas dan grup musik dari Flores serta penampilan sastra dari para peserta dan pembicara. Flores Writers Festival tahun ini berlangsung dalam suasana yang akrab, menyenangkan, dan penuh kegembiraan, seperti tema “Sadang Bui”, yaitu sastra dapat menjadi tempat untuk kembali pulang membawa sejuta harapan.

Dokumentasi





Ilham Sailar

jakarta

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa