Festival Tunas Bahasa Ibu di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Festival Tunas
Bahasa Ibu di Nusa Tenggara Timur telah dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 11
November 2023 di GOR Nekmese, Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jumlah
peserta yang telah terdaftar adalah 664 orang dengan kategori penampilan, yaitu
puisi berjumlah 24 sekolah, cerita rakyat dan cerita pendek 17 sekolah, pidato
14 sekolah, natoni 20 sekolah, dan bonet 22 sekolah. Peserta yang
terbaik akan mewakili Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk maju ke Festival
Tunas Bahasa Ibu tingkat nasional.
Kegiatan ini telah
melalui tahapan berjenjang mulai rapat koordinasi, diskusi terpumpun untuk para
maestro, pelatihan guru utama, pengimbasan, pemantauan dan monitoring, hingga
Festival Tunas Bahasa Ibu. Pada tahap pengimbasan, guru master melakukan
pembelajaran kepada para siswa dan pengimbasan kepada teman sejawat, kepala
sekolah, pengawas, komunitas. Dalam pembelajaran siswa bebas memilih kegiatan
yang diminati, seperti menulis, membaca puisi, mendongeng, menulis cerpen,
pidato, komedi tunggal, atau tradisi lisan yang ditampilkan pada Festival Tunas
Bahasa Ibu tingkat kabupaten ini.
Kepala Pusat
Pembinaan Bahasa dan Sastra, M. Abdul Khak, mengatakan bahwa tujuan kegiatan
ini adalah agar bahasa Dawan tidak punah dan hilang. Khak berpesan agar para
orang tua di rumah berbicara dengan anak, suami, istri dengan menggunakan bahasa
Dawan. Menurut Khak, bahasa Indonesia digunakan di luar rumah ketika bertemu
orang lain, pendatang, atau urusan kantor. Akan tetapi, jika di rumah, orang tua
harus menggunakan bahasa Dawan. Itu adalah cara paling gampang agar bahasa Dawan
tetap lestari. Ia juga berpesan agar jika anak-anak sudah berkeluarga, mereka
juga mengajari bahasa daerah kepada anak-anak mereka. “Jangan dari kecil sudah
diajari bahasa Indonesia,” ungkap Khak.
Khak juga
berharap agar pemerintah daerah memberikan dukungan ril terhadap kegiatan ini.
Pemerintah daerah dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa perlu bekerja
sama dalam pelaksanaan pelindungan bahasa daerah. Selain itu, Khak juga
berharap agar pemerintah daerah berkenan mendukung pelindungan bahasa daerah melalui
regulasi dan anggaran agar bahasa daerah di sini tetap lestari. Khak juga
mengatakan bahwa pekerjaan melestarikan bahasa daerah akan menjadi amal baik sebagai
warisan untuk anak cucu. Khak juga berharap agar pemerintah daerah yang hari
ini memiliki kewenangan untuk mengatur anggaran berkenan untuk mengalokasikan
kegiatan seperti Festival Tunas Bahasa Ibu ini pada tahun berikutnya.
Sementara itu, Bupati
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Egusem Pieter Tahun, mengatakan bahwa Festival
Tunas Bahasa Ibu ini menjadi bagian yang sangat penting karena di NTT terdapat 72
bahasa daerah, salah satunya adalah bahasa Dawan. “Mari kita sama-sama dukung
program Festival Tunas Bahasa Ibu, bahasa Dawan ini. Saya berharap dalam waktu
yang singkat ini bahasa kita bisa lebih familier lagi,” ungkap Egusem.
Kepala Kantor
Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, Elis Setiati, menjelaskan bahwa dari sisi
ekonomis upaya revitalisasi bahasa merupakan usaha yang tidak nyata hasilnya secara
materi, tetapi gerakan ini merupakan perjuangan untuk memberikan sumbangan
signifikan dalam rangka menjaga kekayaan batin bangsa, sesuatu yang menyangkut
jiwa, perasaan, dan semangat. Jika bahasa daerah punah, hilang jati diri kita
serta kekayaan tradisional yang ada di dalam bahasa tersebut, apalagi
bahasa-bahasa yang ada di NTT memiliki nilai moral yang harus dilestarikan.
Program Merdeka Belajar Episode Ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah adalah satu
cara pemerintah untuk menguatkan kembali penggunaan bahasa daerah di generasi
muda dan menggelorakan penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan
sehari-hari serta meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah.
Selanjutnya, Elis juga menjelaskan bahwa tujuan akhir dari program ini adalah agar para penutur muda menjadi penutur aktif bahasa daerah dan memiliki kemampuan untuk fasih berbahasa daerah. “Kami berharap Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat kabupaten ini berjalan dengan lancar, memperlihatkan semangat, dan memperkuat silaturahmi. Kita berharap agar pemda menaunginya dalam sebuah regulasi yang menetapkan kurikulum muatan lokal bahasa daerah,” ungkap Elis. Dukungan pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan pelindungan bahasa daerah melalui revitalisasi bahasa Dawan dan Festival Tunas Bahasa Ibu sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bahasa Dawan di kalangan generasi muda di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kemana pun mereka tinggal dan pergi, bahasa daerah adalah rumah, bahasa Dawan yang terbaik dan terindah. Elis berharap agar FTBI yang sudah diselenggarakan kedua kalinya ini menjadi ajang pembelajaran bagi siswa untuk memiliki mental juara. Elis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan melalui dinas pendidikan dan kebudayaan serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyelenggaraan Festival Tunas Bahasa Ibu ini.