Lokakarya Penerjemahan Cerita Anak bersama Global Digital Library (GDL)

Lokakarya Penerjemahan Cerita Anak bersama Global Digital Library (GDL)

Dalam rangka meningkatkan kemampuan penerjemah dan menerjemahkan buku cerita anak ke dalam bahasa daerah, Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa melalui Kelompok kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan yang bekerja sama dengan UNESCO dan Global Digital Library (GDL) mengadakan Lokakarya Penerjemahan Buku Cerita Anak pada Senin--Jumat, 4—8 Desember 2023 di Hotel Le Meridein Jakarta (4/12).

Lokakarya ini dirancang untuk melibatkan para penerjemah, baik penerjemah pemerintah yang bergabung dalam KKLP Penerjemahan maupun penerjemah umum yang berasal dari pegiat bahasa daerah dalam upaya menerjemahkan buku cerita anak yang bermutu tinggi ke dalam bahasa daerah masing-masing. Pemilihan buku akan dilakukan dengan cermat, yaitu memastikan bahwa buku-buku yang dipilih mencerminkan nilai-nilai budaya lokal dan memiliki daya tarik universal untuk anak-anak.

Kegiatan Lokakarya Penerjemahan dilaksanakan oleh 52 orang peserta yang terdiri atas anggota Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Penerjemahan di Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, penerjemah balai dan kantor bahasa se-Indonesia yang akan menerjemahkan buku cerita anak tahun anggaran 2023, penerjemah terpilih yang berasal dari masyarakat umum, dan fasilitator dari UNESCO dan GDL.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menyampaikan apresiasi dan berterima kasih kepada pihak UNESCO dan GDL yang hadir serta melihat secara langsung proses yang dilakoni oleh pihak Badan Bahasa dalam menerjemahkan bahan yang sudah disiapkan ke dalam bahasa daerah. Ia juga menyampaikan beberapa fakta di lapangan tentang penggunaan bahasa daerah, baik pada tahap pembelajaran tingkat awal maupun hal lain dalam penggunaan bahasa daerah.

“Menurut data, mengajarkan murid-murid di kelas awal pembelajaran dengan menggunakan bahasa dari daerah mereka justru lebih dapat dicerna dengan baik dibandingkan langsung menggunakan bahasa Indonesia,” tambahnya.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana, mengutip apa yang disampaikan oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, bahwa buku bacaan anak adalah buku yang menarik menurut anak dan bukan buku menarik menurut orang dewasa.

Kemitraan dengan Global Digital Library

Global Digital Library (GDL) merupakan perpustakaan digital internasional yang bertujuan untuk mengembangkan, mengadakan, dan mendistribusikan buku-buku agar anak-anak di seluruh dunia dapat memiliki buku dan materi pembelajaran yang dibutuhkan untuk belajar membaca dan membaca untuk belajar. GDL juga merupakan bagian dari the Global Book Alliance yang berada di bawah naungan the Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), suatu badan profesional di bawah Kementerian Luar Negeri (MFA) Pemerintah Norwegia.

Global Digital Library (GDL) yang diinisiasi oleh UNESCO telah membuktikan diri sebagai sarana yang efektif untuk mendukung literasi anak-anak di berbagai negara. GDL menyediakan akses terbuka ke berbagai bahan bacaan anak dalam berbagai bahasa untuk mendukung tujuan pembelajaran dan literasi di tingkat global. Melalui kemitraan dengan GDL dan UNESCO, lokakarya penerjemahan buku cerita anak dari bahasa Indonesia ke 27 bahasa daerah di Indonesia diselenggarakan. Lokakarya ini menjadi salah satu bentuk dukungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam melaksanakan misi peningkatan fungsi dan peran bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional dengan menekankan pentingnya keberagaman bahasa daerah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa.

Terdapat 27 bahasa daerah yang akan diterjemahkan oleh para penerjemah untuk memenuhi target produk penerjemahan yang telah ditentukan. Dua puluh tujuh bahasa tersebut adalah bahasa 1) Aceh, 2) Batak Toba, 3) Angkola Mandailing, 4) Melayu Jambi, 5) Kerinci, 6) Minang, 7) Melayu Riau, 8) Palembang, 9) Sunda, 10) Jawa (Jawa Tengah), 11) Jawa (Timur), 12) Madura, 13) Bali, 14) Sasak, 15) Samawa, 16) Larantuka, 17) Dawan, 18) Melayu Manado, 19) Satal, 20) Minahasa, 21) Bugis, 22) Dayak Maju, 23) Dayak Mayaan,  24) Banjar, 25) Galela, 26) Lani, dan 27) Mee. (TN)




Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa