Peningkatan Kepuasan Pemangku Kepentingan terhadap Layanan Bidang Kebahasaan dan Kesastraan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) selalu berupaya meningkatkan layanan prima di
bidang pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi yang berorientasi kepada
pemangku kepentingan (stakeholder). Pada tahun 2023, Biro Kerja Sama dan
Hubungan Masyarakat kembali melakukan survei kepuasan pemangku kepentingan atau
Stakeholder Satisfication Survey (SSS) di tingkat nasional. Survei ini
bertujuan untuk mendapat hasil evaluasi tingkat kepuasan dari para pemangku
kepentingan terhadap program kerja dan kebijakan dari Kemendikbudristek secara
nasional. Survei dibagi menjadi tiga kategori, yaitu bidang pendidikan, bidang
kebudayaan, dan pengguna Unit Layanan Terpadu (ULT).
Sampel responden bidang pendidikan meliputi PAUD, pendidikan
dasar, pendidikan SMA, pendidikan SMK, pendidikan tinggi dan vokasi, pendidikan
informal dan nonformal, pendidikan kebahasaan (komunitas sastra), internal, dan
eksternal. Metode pengambilan sampel dilaksanakan di tiap provinsi dan
kota/kabupaten. Di setiap kota/kabupaten dipilih satuan pendidikan secara
random sesuai jenjangnya. Jumlah responden dalam survei bidang pendidikan
adalah 11.556 responden di 34 provinsi.
Gambaran kepuasan pemangku kepentingan diukur secara
kuantitatif dalam bentuk indeks. Indeks kepuasan berdasar pada parameter bidang
pendidikan, khususnya kebahasaan. Produk, layanan, atau program kebahasaan yang
menjadi parameter merupakan produk yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan
Bahasa dan Sastra (Badan Bahasa). Terdapat tujuh produk Badan Bahasa dalam
survei ini, yaitu (1) Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), (2)
Revitalisasi Bahasa Daerah, (3) Penyuluhan Bahasa Indonesia, (4) Bantuan Pemerintah
Bidang Kebahasaan dan Kesastraan, (5) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Daring Edisi V, (6) Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka,
(7) Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Penghitungan indeks survei
kepuasan berdasarkan skor rata-rata yang dikonversi menjadi skala 0—100 (Geoff
Norman, Springer, 2010).
Laporan hasil survei menunjukkan bahwa tujuh produk bidang
kebahasaan tersebut meningkat berdasarkan data tahun 2022 dan 2023. Kenaikan
tertinggi diperoleh program Revitalisasi Bahasa Daerah yang meningkat 3,6 poin
dari skor 81,8 menjadi 85,4. Sementara itu, program BIPA memperoleh kepuasan
tertinggi (sangat puas) dengan mendapat kenaikan 3,3 poin dari skor 85,3 menjadi
88,6. Program pendistribusian buku bacaan bermutu untuk literasi Indonesia juga
mengalami kenaikan 2,7 poin dari skor 79,4 menjadi 82,1. Produk KBBI Daring
Edisi V pun meningkat 0,3 poin dari skor 84,3 menjadi 84,6. Produk lainnya adalah
UKBI Adaptif Merdeka yang naik 0,1 poin dari skor 82,8 menjadi 82,9, sedangkan
layanan penyuluhan bahasa Indonesia mendapat skor yang sama dengan tahun
sebelumnya, yaitu 85,2. Pada survei ini program Bantuan Pemerintah (banpem) Bidang
Kebahasaan dan Kesastraan yang merupakan program yang baru diinisiasi pada
tahun 2023 juga diukur dan langsung mendapat skor sebesar 85,1.
Sekertaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Hafidz Muksin, menyampaikan bahwa capaian peningkatan skor kepuasan pemangku
kepentingan program BIPA memiliki korelasi positif dengan upaya yang dilakukan
oleh Badan Bahasa melalui pengajaran bagi penutur bahasa asing dan dengan ditetapkannya
bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi pada sidang umum UNESCO pada 20 November
2023 lalu.
“Hasil survei
kepuasan pemangku kepentingan terhadap produk layanan kebahasaan dan kesastraan
di tingkat nasional ini akan menjadi salah satu tolok ukur Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa untuk meningkatkan pelayanan serta inovasi di masa depan,’’
pungkas Hafidz. (May)
Foto Dokumentasi: