Bedah Buku “Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak”
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan
Bedah Buku yang bertema “Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak” pada tanggal 5
Desember 2023. Kegiatan ini berlangsung di Perpustakaan Badan Bahasa, Gedung M.
Tabrani, Badan Bahasa. Kegiatan tersebut menghadirkan Wenny Oktavia, Widyabasa
Ahli Madya dari Badan Bahasa yang menulis buku berjudul Izin Dahulu, Ya!,
Erna Fitrini yang menulis buku berjudul Anis Tidak Suka, dr. Isa
Multazam Noor yang merupakan Pakar
Kesehatan Jiwa dan Anak dari RSJ Dr. Soeharto Heedjan, serta Mira Ariyani
sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Pendidikan
Psikologi UNJ.
Bedah buku merupakan rangkaian dari program literasi
yang diemban oleh Badan Bahasa, Kemendikbudristek. Kepala Subbagian Tata Usaha
Sekretariat Badan Bahasa, Sartono, mengatakan bahwa terdapat tiga program utama
Badan Bahasa, yaitu Literasi, Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD), dan Internasionalisasi
Bahasa Indonesia. Literasi dimulai
dari menyediakan produk-produk, tata bahasa, kamus, dan buku bermutu. Salah
satunya adalah buku “Pencegahan Kekerasan terhadap Anak” ini. Ia juga
menyampaikan bahwa Badan Bahasa memiliki banyak buku bermutu yang dikirim ke
wilayah 3T secara
masif yang berguna untuk meningkatkan literasi anak.
Selanjutnya
adalah program
RBD sebagai program
prioritas Badan Bahasa yang
menjawab tantangan menjaga bahasa daerah Indonesia. Menurutnya, UNESCO mencetuskan perhatian bersama pada pelindungan
bahasa daerah dan Kepala
Badan Bahasa
, E. Aminudin Aziz, telah berkoordinasi
menyampaikan pentingnya upaya menjaga 718 bahasa daerah di Indonesia yang menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara dengan jumlah bahasa terbanyak di
dunia. Program ketiga adalah Internasionalisasi
Bahasa Indonesia yang menggembirakan. November 2023
lalu, bahasa Indonesia menjadi bahasa sidang umum UNESCO yang meningkatkan citra positif
Indonesia di mata dunia. Ke depan,
sastra Indonesia akan mendunia melalui program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
Jika berbicara tentang kekerasan, kekerasan terhadap
anak sering sekali dijumpai di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, ini menjadi
peran dan tanggung jawab bersama dalam mencegah hal tersebut agar tidak membawa
dampak buruk ke depannya. Bedah buku dengan tema “Pencegahan Kekerasan
Terhadap Anak” akan berfokus membahas tiga hal, yaitu intolerasi, kekerasan seksual di sekolah
maupun lingkungan kerja, dan perundungan. Dalam mendukung program tersebut, Badan Bahasa juga
menyediakan buku-buku terkait dengan pencegahan kekerasan pada anak dan mengajak
peserta membuat konten tentang hal itu serta berpartisipasi dalam program penulisan buku.
Kegiatan ini berlangsung dengan pengenalan buku Izin
Dahulu, Ya! oleh Wenny Oktavia yang merupakan seorang penulis dan Widyabasa
Ahli Madya di Badan
Bahasa. Wenny menjelaskan latar belakang
lahirnya buku tersebut yang merupakan hasil kolaborasi bersama
beberapa pihak. Selain
itu, Erna Fitrini menjelaskan bukunya yang berjudul Anis Tidak Suka. Buku
tersebut lahir dari beberapa
peristiwa kekerasan terhadap anak yang terjadi di Jakarta pada tahun 2017—2018.
Erna menjelaskan bahwa anak yang diperlakukan dengan kekerasan oleh orang
dewasa juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya yang masih kecil. Erna
juga melihat
dampak dari kekerasan terhadap
anak ternyata sangat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan anak. “Kekerasan
adalah tindakan atau kata-kata yang ditujukan untuk menyakiti dengan kekuatan
ekstrem dan melukai kondisi jiwa anak,” ungkapnya.
Sementara itu, dr. Isa Multazam Noor
mengatakan bahwa generasi yang tumbuh dengan streaming, media sosial,
dan layar di setiap perangkat elektronik yang tersedia hanya dengan sekali klik
tumbuh dengan perkembangan perangkat teknologi digital yang berkembang pesat dan
disebut juga sebagai “generasi kaca”. Kehidupan sehari-hari mereka selalu
dipengaruhi oleh sistem berbasis kecerdasan buatan. Contoh pengaruh dunia digital bagi kesehatan
jiwa adalah perundungan di dunia maya (cyberbullying), pornografi, judi
online, kecanduan gim, perilaku seksual, dan kekerasan (violence). Hal
ini harus dipersiapkan dengan upaya pendidikan dan pengajaran yang baik, salah
satunya adalah dengan menghadirkan buku cerita untuk menciptakan generasi emas
yang tangguh. Setelah narasumber memberikan materi, kegiatan bedah buku ini
juga diisi dengan penampilan puisi dari komunitas Vanderwick, komunitas Universitas
Muhammadiyah yang mendalami pembacaan, penulisan, dan musikalisasi puisi.