Proses Kreatif Musikalisasi Puisi di Sumatera Utara

Proses Kreatif Musikalisasi Puisi di Sumatera Utara

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) beserta Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dinaunginya termasuk lembaga pemerintah yang paling ulet merawat proses kreatif musikalisasi puisi di Indonesia, khususnya tingkat pelajar SMA. Keistikamahan pelaksanaan festival skala nasional tersebut turut menyuburkan peristiwa musikalisasi puisi di Sumatera Utara.

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (BBPSU) sebagai UPT Badan Bahasa turut mendukung perkembangan musikalisasi puisi dengan khusyuk, tidak hanya melalui peristiwa festival, tetapi juga melalui bengkel dan ruang dialog interaktif. BBPSU pun menggelar Bincang-Bincang Proses Kreatif Musikalisasi Puisi secara daring pada tanggal 30 November 2023. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 50 peserta yang berasal dari kalangan guru, kreator, dan pengamat musikalisasi puisi dari Sumatera Utara, Yogyakarta, dan Papua. 

Kepala BBPSU, Hidayat Widiyanto, M.Pd., dalam sambutannya memberi kesadaran bagi peserta di ruang Zoom bahwa hakikat musikalisasi puisi bagi siswa adalah upaya merayakan kesenangan terhadap sastra. “Muara dari proses musikalisasi puisi ini bukanlah festival, melainkan bagaimana siswa mampu menyalurkan kesenangannya dalam bermusikalisasi puisi sehingga cinta mereka tumbuh terhadap sastra,” ucap Hidayat.

Pada kegiatan ini, BBPSU menghadirkan narasumber yang cakap dan tekun memproduksi musikalisasi puisi, yaitu Novianti, M.Pd. yang merupakan Guru SMAN 2 Binjai) dan Armando Bonavensus, S.Sn., Guru SMA Swasta Santa Maria Kabanjahe. Hasan Al Banna, S.Pd. selaku koordinator musikalisasi puisi dari BBPSU memandu kedua narasumber ini untuk berbagi pengalaman dan cerita-cerita inspiratif, baik saat membentuk dan membina sanggar maupun bermusikalisasi puisi bersama siswa. Ketelatenan dua guru tersebut diganjar sejumlah prestasi di tingkat provinsi, bahkan nasional. Prestasi yang tak kalah penting adalah bagaimana sanggar musikalisasi puisi senantiasa dimeriahkan dengan proses demi proses, karya demi karya. 

Novianti membuka tabungan pengalamannya kala membimbing siswa-siswanya yang terhimpun dalam komunitas sastra yang diberi nama “Rumput Hijau”. Dari tahun ke tahun, Novianti dan para siswa terus menciptakan karya musikalisasi puisi secara berkesinambungan. Novianti mengungkapkan bahwa ia membebaskan setiap siswa menafsir puisi untuk kemudian ia leburkan menjadi kesepakatan persepsi bersama sebelum diangkut ke laboratorium musik. Novianti yang merupakan guru bidang studi Bahasa Indonesia tak pernah sungkan meminta bantuan kepada guru seni musik atau siapa pun yang ahli di bidang musik.

“Saya membebaskan mereka untuk menafsirkan puisi itu secara beragam dan setelah itu, kami akan samakan persepsi. Nah, barulah kemudian proses pencarian komposisi aransemen kami lakukan secara bertahap,” papar Novianti.

Keterlibatan para alumnus membantu proses kreatif penciptaan musikalisasi puisi hingga sekarang juga menjadi hal yang disyukuri Novianti. “Saya senang karena anak-anak yang dahulu terlibat dalam musikalisasi puisi dan sekarang sudah menyelesaikan studinya bahkan sudah bekerja, masih tetap aktif membimbing adik-adik mereka. Meskipun sudah memiliki kesibukan masing-masing, mereka masih aktif menjadi mitra berproses adik-adiknya di Komunitas Rumput Hijau ini,” ujar Novianti di sela diskusi.  

Pada ruang Zoom yang sama, Armando Bonavensus menyampaikan bahwa keberanian mencoba berkali-kali menjadi salah satu kunci melahirkan musikalisasi puisi yang berkualitas. Latar belakang Armando sebagai lulusan sarjana seni musik membuatnya tertantang dan berani menggarap musikalisasi puisi sekali pun ia akui keterbatasannya dalam menafsir teks sastra.  Armando terinspirasi dengan ungkapan ‘musik adalah seni yang paling fleksibel’ yang pernah ia dengar dari salah satu narasumber bengkel musikalisasi puisi yang digelar Balai Bahasa. Baginya, puisi sudah indah dan tidak mungkin diutak-atik lagi sehingga ia berupaya agar musik yang menyesuaikan bentuk terhadap puisi, bukan sebaliknya.

Kisah-kisah asyik Novianti sebagai guru bidang studi Bahasa Indonesia dan Armando sebagai guru seni budaya (musik) seolah ingin meyakinkan peserta diskusi bahwa perbedaan latar belakang bidang keilmuan bukan hambatan dalam merayakan proses kreatif musikalisasi puisi. Dua narasumber begitu cekatan membagi rukun kreatif dalam mencapai tujuan sekali pun dengan cara pandang dan kreativitas yang berlainan. Paparan dua narasumber tersebut mengimbaskan stamina cita-cita bagi peserta daring. Dedek Hidayat, salah satu peserta kegiatan, memberikan apresiasi kepada BBPSU yang membuka ruang diskusi dan kegiatan berbagi kepada peserta agar terpacu menghasilkan karya musikalisasi puisi yang seru dan meningkatkan kecintaan siswanya terhadap sastra.

“Acara ini keren sekali, terlebih narasumber yang membagi pengalamannya. Saya termotivasi membentuk komunitas di sekolah saya bersama siswa-siswa yang tertarik pada sastra dan musik,” harap Dedek di penghujung sesi diskusi.

Bincang-bincang Proses Kreatif Musikalisasi Puisi difungsikan BBPSU sebagai ruang pelecut, baik bagi kelahiran kreator musikalisasi puisi yang baru maupun bagi yang berikhtiar meningkatkan kemampuan dan kebahagiaan bersastra (Haisyah Hani).






Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa