Penguatan Implementasi Revitalisasi Bahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo melalui Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mataram,
29 Januari 2024 — Program pelindungan
dan pemodernan bahasa dan sastra menjadi salah satu program prioritas Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Program yang telah berjalan sejak tahun 2022
ini bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa melalui Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat melaksanakan program
Revitalisasi Bahasa Daerah dalam beberapa tahapan.
Sebagai
Unit Pelaksana Teknis, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
mengupayakan pelaksanaan komitmen dari program Revitalisasi Bahasa Daerah.
Tahun 2024 program ini diwujudkan dalam kegiatan Rapat Koordinasi Antarinstansi
dan Diskusi Kelompok Terpumpun Penyusunan Model Pembelajaran Bahasa Daerah
Sasak, Samawa, dan Mbojo di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan di
Hotel Santika, Mataram.
Kepala
Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo,
menyampaikan bahwa tahun 2024 ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan
Revitalisasi Bahasa Daerah yang
dilaksanakan di NTB. Program ini rencananya akan dilanjutkan di masa
yang akan datang sehingga tujuan besar pelestarian dan pengembangan bahasa dan
kebudayaan daerah dapat terwujud.
"Kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Pejabat Gubernur Provinsi NTB dan
Dinas Pendidikan yang telah bekerja sama dengan kami, terutama dalam upaya
pelestarian bahasa daerah. Berkat adanya kolaborasi dan sinergi dengan para
mitra, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat mampu melaksanakan kegiatan
ini dengan maksimal. Perlu kami informasikan bahwa Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa melalui Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
memberi kontribusi pengembangan bahasa," ujarnya saat memberikan sambutan
sebagai pembuka kegiatan awal melalui ruang virtual Zoom.
Lebih
lanjut, ia menjelaskan mengenai tiga program prioritas Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. Tiga
program tersebut adalah literasi, pelindungan dan pemodernan bahasa dan sastra,
dan penginternasionalan bahasa Indonesia.
"Untuk
program literasi, kami telah mencetak dan mendistribusikan jutaan buku ke
berbagai wilayah, salah satunya NTB. Ini menjadi kewajiban kita bersama.
Program prioritas kedua adalah pelindungan bahasa dan sastra daerah, yaitu
program Revitalisasi Bahasa Daerah. Selain itu, ada program konservasi dan
pemetaan bahasa daerah dengan 718 bahasa daerah. Program ketiga sebagai
perwujudan dari peraturan perundang-undangan agar bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional. Pada bulan November 2023 lalu, bahasa Indonesia telah
ditetapkan sebagai bahasa resmi UNESCO," ungkapnya melanjutkan paparan.
Sebagai
informasi, rangkaian kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah, baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten di NTB, telah menyita atensi yang luar biasa dalam
penyelenggaraannya. Saat ini, program
Revitalisasi Bahasa Daerah menjadi program pemerintah daerah.
"Kami
telah beraudiensi dengan Sekretaris Jenderal dan Kementerian Dalam Negeri
terkait dengan penjajakan
kerja sama program Revitalisasi Bahasa Daerah yang akan dilaksanakan bersama.
Jika program ini dilaksanakan dengan penuh sinergi, pelestarian bahasa daerah kita dapat
dilakukan dan kita tidak akan kehilangan bahasa daerah," tutup Imam Budi
Utomo mengakhiri sambutannya dengan penekanan pada sinergi pelestarian bahasa
daerah.
Dukungan
program Revitalisasi Bahasa Daerah ditunjukkan juga oleh Penjabat Gubernur
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang hadir memberi sambutan sekaligus membuka
kegiatan secara resmi. Ia mengungkapkan bahwa dalam konteks pelestarian, bahasa
merupakan suatu hal yang otentik. Ia menekankan nilai filosofi tentang tiga
kepentingan dalam Trigatra Bangun Bahasa, yaitu bahasa Indonesia yang
diperkuat, bahasa daerah dilestarikan, dan bahasa asing dikuasai. Hal ini
adalah kondisi kebatinan kebudayaan dan bahasa.
"Hari
ini saya ungkapkan.
Mari, kita perkuat komitmen penguasaan
kita tentang bahasa daerah. Seperti pembukaan tadi, saya membukanya dengan
nembang puja puji. Betapa kita menjadi makhluk yang sangat kaya akan bahasa. Ke
depannya, kita harus memikirkan idealnya penggunaan bahasa," tuturnya
memulai sambutan dengan tembang bahasa Sasak.
Ia
menambahkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia telah mencanangkan Indonesia Emas.
Ia meminta adanya strategi dan upaya bersama untuk melestarikan bahasa daerah.
"Dalam
pergumulan proses waktu yang akan datang menuju Indonesia Emas, apakah
kemenangan kita berwujud penguasaan bahasa internasional? Apakah penegasan
UNESCO atas bahasa Indonesia memberi kontribusi positif? Apakah ada komitmen
kita dalam pelestarian bahasa daerah membekas dan berdampak nyata? Saya atas
nama pemerintah mengapresiasi kegiatan ini. Bagaimana di tengah pergulatan
zaman, kita mampu menggaungkan dan melestarikan bahasa daerah secara nyata.
Sekarang hadir para pemangku kepentingan. Silakan, kita koordinasikan dan rumuskan
bersama," tandasnya mengajak para pemangku kepentingan untuk ikut terlibat
aktif dalam merumuskan hasil kegiatan ini.
Menurutnya,
kebangkitan pelestarian budaya lokal menjadi salah satu poin penting dalam
menyukseskan kegiatan ini. Proses melahirkan bahasa tentu memiliki dimensi dan
ruang. Apakah tahun 2045 akan didominasi oleh bahasa Indonesia atau bahasa
asing? Bagi Lalu
Gita,
pertanyaan ini perlu
menjadi perenungan bersama.
"Saya
mohon Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat juga berkoordinasi dengan
Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk hal-hal yang bisa diintervensi dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Setelah ini, mari, kita berkoordinasi bersama dan hasil
ini akan dicatat sebagai hasil perencanaan Pemerintah Daerah Provinsi
NTB," terangnya mengharapkan koordinasi lanjutan bersama.
Selanjutnya,
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat memberi sambutan laporan
kegiatan. Ia menerangkan bahwa pelindungan
bahasa dan sastra daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat telah dilakukan selama
dua tahun berturut-turut, yakni pada tahun 2022 dan tahun 2023. Setiap tahun
kegiatan pelindungan bahasa dan sastra daerah di Provinsi NTB menghasilkan
keluaran 251 guru master atau guru utama. Guru-guru master yang dicetak oleh
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat diharapkan
dapat mengimbaskan ilmu yang didapat selama pelatihan kepada siswa, komunitas,
sesama guru, bahkan kepada masyarakat sehingga semangat atau sikap positif
penutur bahasa daerah terhadap bahasa daerahnya makin hari makin meningkat.
"Alasan
di balik ajakan ini sangat kuat. Dalam menghidupkan budaya dan bahasa daerah,
kita dapat merangsang pertumbuhan ekonomi lokal, mempromosikan pariwisata,
serta memperkuat identitas dan rasa kebangsaan," tutur Puji Retno.
Kegiatan yang
dilaksanakan selama tiga hari ini menghadirkan tiga narasumber yang akan
berbagi praktik baik pelaksanaan kebijakan pelestarian bahasa daerah dalam program
Revitalisasi Bahasa Daerah, yaitu 1) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Lombok Timur, Izzudin; 2) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Ikhsan Savitri; dan 3) Kepala Dinas Pendidikan,
Pemuda, dan Olahraga Kota Bima, Supratman. Kegiatan ini berfokus pada hasil rekomendasi kebijakan
dan pakta integritas. (Candra)
Dokumentasi