Dalam Rangka Memecahkan Rekor MURI, Universitas Terbuka Beraudiensi dengan Badan Bahasa
Jakarta, 19 Maret 2024 — Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan
Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi pada tanggal 19 Maret 2024 menggelar acara rapat audiensi dengan Universitas Terbuka (UT) di aula
Badan Bahasa, Jakarta. Dalam
audiensi ini UT mengharapkan agar Badan Bahasa dapat memvalidasi hasil penulisan cerita berbahasa daerah. Menurut
perwakilan dari UT, nanti akan ada 20 penulis cerita berbahasa daerah di UT yang ada di setiap daerah. UT membutuhkan validasi dari Badan Bahasa atas hasil karya para penulis itu.
Dengan penyelenggaraan kegiatan berbasis bahasa daerah itu, UT berharap akan mendapatkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Kegiatan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa pada kegiatan di UT dalam skala nasional. Kegiatan ini juga sangat mendorong mahasiswa
untuk mengeksplorasi penggunaan bahasa daerah dalam menulis cerita bertema
“Pendidikan Jarak Jauh”. Pelaksanaan
kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk merawat dan
memperkaya bahasa daerah yang merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Penulisan cerita berbahasa daerah itu
diselenggarakan untuk menyuarakan karya pendidikan sebagai salah satu kegiatan dalam
Dies Natalis Ke-40 Universitas Terbuka. Dalam rancangan kegiatannya, panitia
Dies Natalis Ke-40 Universitas Terbuka menargetkan pemecahan rekor MURI dengan
tiga kategori berikut:
(1) antologi cerita berbahasa daerah;
(2) video pembacaan cerita berbahasa daerah; dan
(3) penggunaan dialek bahasa daerah
terbanyak.
Dosen Pendidikan
Bahasa UT yang sekaligus anggota panitia Dies Natalis Ke-40 Universitas Terbuka,
Rahma Dewi Hartati, dalam presentasinya menyampaikan mengenai fenomena bahasa
daerah yang hampir punah. “Saya mendengar bahwa 25 bahasa daerah hampir punah, bahkan sudah punah atau kena revitalisasi. Dari sinilah kami ingin mendorong mahasiswa kami
untuk menghargai dan memperkaya bahasa daerah yang ada di daerah masing-masing,” ujar Rahma.
Rahma Dewi
Hartati menambahkan bahwa kegiatan penulisan cerita berbahasa daerah itu akan memberikan pernyataan bahwa bahasa daerah itu sangat banyak. ”Ada minimal 20 mahasiswa yang akan kami ajak untuk terlibat di setiap daerah. Jadi,
total ada 800 mahasiswa yang terlibat dalam penulisan cerita berbahasa daerah, video
pembacaan cerita berbahasa daerah, dan penggunaan dialek bahasa daerah
terbanyak untuk nantinya bisa memecahkan rekor MURI,” tambahnya.
Senada dengan pernyataan itu, Sekretaris Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan bahwa hal yang ingin dicapai oleh
UT sejalan dengan apa yang dilakukan Badan Bahasa. Menurut Hafidz Muksin, “Terkait dengan pemecahan rekor MURI, pembacaan cerita dengan dialek bahasa daerah
terbanyak itu sejalan dengan apa yang menjadi program prioritas di Badan Bahasa. Kami memiliki tiga program prioritas: yang pertama,
literasi kebahasaan dan kesastraan, kedua, pelindungan bahasa dan sastra, dan ketiga, internasionalisasi
bahasa Indonesia.”
Selanjutnya,
Hafidz Muksin menyebutkan bahwa Kemendikbudristek juga sudah meluncurkan
Merdeka Belajar Episode Ke-17 yang bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah. “Dalam
rangka pelindungan bahasa daerah, kami mempunyai program Merdeka Belajar Episode
Ke-17 yang diluncurkan Mas Menteri yang bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah
sehingga apa yang tadi disampaikan dan bagaimana antologi cerita berbahasa
daerah itu sangat positif,” ujarnya. (Puput)
Dokumentasi