Program Sastra Masuk Kurikulum untuk Memperingati Hari Buku Nasional

Program Sastra Masuk Kurikulum untuk Memperingati Hari Buku Nasional

Sejalan dengan tujuan utama Merdeka Belajar pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar peringatan Hari Buku Nasional (Harbuknas) 2024 melalui peluncuran program Sastra Masuk Kurikulum, aktivitas literasi, serta pembagian buku untuk masyarakat di Plasa Insan Berprestasi, Kemendikbudristek, Jakarta pada Senin, 20 Mei 2024.

Mendikbudristek mengatakan bahwa peringatan Harbuknas tahun ini menjadi momentum penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang kini telah diterapkan secara nasional. Menurutnya, kehadiran sastra dalam pembelajaran telah berlangsung pada sebagian kelas, tetapi terbatas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

“Melalui program ini, kami mendorong guru untuk memanfaatkan karya-karya sastra yang sudah dikurasi sebagai bahan ajar berbagai mata pelajaran, tidak hanya Bahasa Indonesia. Namun, guru tetap perlu mendampingi proses pembacaan yang dilakukan murid sehingga dapat menggali nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra,” papar Nadiem. 

Mendikbudristek juga menekankan bahwa kemampuan literasi lebih dari sekadar mampu membaca, tetapi mampu mengolah informasi dan memahami makna yang terdapat dalam suatu teks. “Kemampuan ini sangat diperlukan oleh anak-anak dalam tahapan pembelajaran dan menjadi bekal yang sangat berguna untuk kehidupan setelah menyelesaikan pendidikan formal,” jelas Nadiem.

Program Sastra Masuk Kurikulum diinisiasi oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2023 sebagai turunan dari Episode Merdeka Belajar ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Program ini dilaksanakan dengan mengumpulkan sastrawan, akademisi, dan pendidik yang memiliki perhatian khusus terhadap pemanfaatan sastra dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di sekolah dihadapkan pada paradigma baru bahwa guru tidak hanya memberi tugas kepada murid untuk membaca sastra, tetapi dapat memanfaatkan sastra menjadi satu kesatuan pembelajaran yang lebih bervariatif.

 Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, menambahkan bahwa Kemendikbudristek telah menyusun buku-buku fiksi dan nonfiksi sesuai jenjang usia anak dan juga telah menerjemahkan buku-buku bahasa asing dan daerah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sebanyak 27 juta eksemplar yang dikirimkan ke sekolah-sekolah di Indonesia. “Membuat anak-anak makin cinta membaca hanya bisa tercapai kalau anak-anak kita terpapar dengan buku-buku yang bagus,” ujar Anindito.

Kepala BSKAP juga menjelaskan bahwa karya sastra membuat pembaca menyelami apa yang dirasakan dan dipikirkan para tokoh dalam cerita sehingga karya sastra menjadi media belajar yang sangat berharga. “Sastra dalam pembelajaran juga mendorong hidupnya ruang diskusi dan refleksi antara guru dan murid. Di sisi lain, karya sastra kadang memuat tema sensitif yang sulit dibicarakan atau bahkan dianggap tabu yang bisa membuat orang tua atau guru gamang. Oleh karena itu, saat memanfaatkan sastra dalam pembelajaran, guru harus terus mendampingi muridnya,” jelas Anindito.

Kemendikbudristek menyediakan akses gratis dan mudah berbagai buku bacaan bermutu melalui laman buku.kemdikbud.go.id. dan budi.kemdikbud.go.id. Publik juga dapat mempelajari berbagai kebijakan, panduan, dan regulasi terkait dengan perbukuan pada laman tersebut.


Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa