Buah Tangan dari Kota Jakaranda
AFRILEX atau African
Association of Lexicography merupakan asosiasi leksikografi yang
dibentuk pada tahun 1995 di Afrika
Selatan. AFRILEX memiliki anggota individu dan institusi yang berminat di
bidang leksikografi. Tujuan AFRILEX adalah memajukan penelitian dan pendidikan
di bidang leksikografi melalui publikasi jurnal dan literatur lain serta melalui
penyelenggaraan konferensi dan seminar secara berkala untuk memfasilitasi
pertukaran ide, gagasan, informasi, dan hasil riset di antara peneliti dan
praktisi di bidang leksikografi.
Konferensi Internasional Ke-28
AFRILEX (The 28th International AFRILEX Conference) diadakan
di Universitas Pretoria, Afrika Selatan, pada tanggal 1—4 Juli 2024. Konferensi
ini dihadiri oleh beberapa peserta dari negara-negara di Afrika dan
negara-negara lain di luar Afrika. Konferensi ini merupakan forum pertukaran
gagasan, ide, hasil riset, dan informasi lain yang relevan dengan bidang
leksikografi, terutama tentang perkembangan teknologi informasi untuk menunjang
leksikografi.
Keterlibatan anggota Kelompok
Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Perkamusan dan Peristilahan dari Pusat
Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra dalam konferensi ini didorong
oleh kesamaan latar belakang kebahasaan di Indonesia dan Afrika yang memiliki
banyak bahasa daerah. Anggota KKLP Perkamusan dan Peristilahan sebagai delegasi
Indonesia dalam Afrilex ke-28 tersebut adalah Chusna Amalia, Dewi Puspita, Dira
Hildayani, Dora Amalia, dan Dzien Nuen Almisri.
Berdasarkan kesamaan latar
belakang itu, delegasi Indonesia ingin mendiseminasikan gagasan dan praktik
baik yang telah dilakukan oleh Kemendikbudristek, dalam hal ini Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terhadap bahasa Indonesia yang pengayaan kosakatanya
bersumber dari bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Dalam konferensi ini Dewi Puspita
dan Dira Hildayani mempresentasikan materi tentang standardisasi dan kodifikasi
bahasa Indonesia dengan judul Indonesianization:
Standardization and Codification of Terms in Indonesian. Sementara itu, Chusna
Amalia dan Dzien Nuen Almisri memaparkan peran bahasa daerah dalam pengayaan
kosakata KBBI dalam materi yang berjudul Toward
200.000 Entries: How Regional Languages Contribute to The Great Dictionary of
The Indonesian Language.
Di sisi lain, delegasi Indonesia
ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh negara-negara Afrika dalam hal
dokumentasi bahasa-bahasa yang ada.
Tidak seperti Indonesia, negara-negara Afrika umumnya tidak memiliki satu
bahasa nasional atau bahasa resmi dan semua bahasa diperlakukan sama. Oleh
karena itu, berkaitan dengan dokumentasi bahasa dalam bentuk produk
leksikografi, negara-negara Afrika memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
Indonesia. Pertukaran informasi, gagasan, serta ide tersebut diharapkan dapat membawa
perbaikan dalam penanganan dokumentasi bahasa-bahasa di Indonesia, khususnya
dalam bentuk kamus atau produk-produk leksikografi sejenis.
Delegasi Indonesia dalam
konferensi Afrilex ke-28 ini memiliki tujuan, yaitu 1) mendiseminasikan ide dan
gagasan serta praktik baik yang dilakukan oleh Indonesia dalam bidang
leksikografi, khususnya dalam hal pengayaan bahasa Indonesia yang didukung oleh
sumbangan kosakata bahasa daerah; 2) mengetahui, mempelajari, dan membandingkan
apa yang sudah dilakukan oleh negara-negara Afrika dalam hal dokumentasi
bahasa-bahasa di Afrika; 3) mempelajari dan mengadaptasi pemanfaatan teknologi
informasi dalam bidang leksikografi seperti yang sudah dilakukan di Afrika;
serta 4) membuka peluang kerja sama antara Afrilex, khususnya Dictionary of
the Afrikaans Language (Woordeboek
van die Afrikaanse Taal/WAT).
Selama konferensi para delegasi
mendapat materi dari sesi pleno untuk pembicara kunci dan sesi paralel dari
peserta terpilih. Selain itu, dalam konferensi ini peserta
diikutsertakan dalam ekskursi. Ekskursi ini memberi pemahaman tentang kondisi
dan sejarah terbentuknya negara Afrika Selatan. Ekskursi ini mengunjungi tiga
tempat, yaitu Union Building yang merupakan gedung pemerintahan Afrika Selatan,
tempat presiden berkantor; Freedom Park, museum
yang menggambarkan sejarah perjuangan Afrika Selatan sebagai sebuah
negara dan bangsa; dan Voortrekker Monument yang menggambarkan sejarah
orang-orang kulit putih keturunan Belanda yang hijrah ke pedalaman Afrika
Selatan akibat enggan tunduk pada pemerintahan Inggris yang menguasai daerah
pesisir. Dalam diorama Voortrekker Monument digambarkan migrasi warga keturunan
Belanda dengan segala penolakan dari warga setempat sampai akhirnya terjadi
rekonsiliasi yang memungkinkan warga kulit putih hidup berdampingan dengan
damai di Afrika Selatan.
Konferensi ini berdampak besar bagi delegasi Indonesia yang berupa “keterpajanan” (exposing) terhadap hasil-hasil riset, metode, dan informasi terkini yang relevan dengan bidang leksikografi untuk menjadi bahan perbaikan dan pengembangan produk-produk leksikografi di Indonesia. Selain itu, dampak berikutnya adalah terjalinnya relasi profesional dengan individu atau organisasi yang memudahkan Indonesia untuk menjalin kerja sama dan menjadi warga organisasi profesi lintas negara dan benua. Aktivitas perkamusan di Indonesia, salah satunya melalui KBBI, telah tersebar luas kepada peserta konferensi yang datang dari berbagai negara sehingga timbul pengakuan bahwa aktivitas perkamusan di Indonesia patut diperhitungkan di tingkat internasional.
Dokumentasi